Niall Horan; "Half As Much As I Love You"

3.6K 166 11
                                    

A/N: You'll never treat yourself right, darling, but I want you to...

ENJOY!

***

Sinar matahari pagi menyusup diantara celah tirai kamarku. Dengan beberapa kali tarikan nafas berat, aku menutup novel yang baru saja kubaca. Aku menepuk-nepuk pipiku lalu merentangkan kedua tanganku lebar-lebar. Lelah. Tidak tidur semalaman dan memutuskan untuk membaca novel yang kubeli kemarin.

Ceritanya cukup manis. Tentang seorang gadis bernama Bianca yang diam-diam menyukai seorang lelaki populer di sekolahnya yang bernama Jayden. Classic, I know right. Tetapi, Jayden bahkan tidak mengenalnya begitu juga sebaliknya. Meskipun begitu, Bianca tetap berusaha mencari tahu segala hal tentang lelaki yang disukainya tersebut.

Mungkin, kala itu dewi fortuna sedang berpihak padanya. Mereka tidak sengaja terkunci di perpustakaan saat Bianca sedang membereskan buku-buku baru dari kardus dan menyusunnya di rak dan Jayden yang terkadang suka tidur di bagian pojok perpustakaan saat jam makan siang. Ya, Bianca tidak mengetahui bahwa penjaga sekolah telah mengunci ruangan itu dan Jayden, setelah makan siang ia sudah asyik terlelap dalam tidurnya di pojok ruangan perpustakaan. Tentu saja Bianca kaget bukan kepalang saat menemukan sosok Jayden yang sedang tertidur. Tapi, itu membuatnya bisa berduaan bersama Jayden. Apa yang harus disesali?

Pada akhirnya, mereka saling berkenalan dan berteman baik. Bianca pikir, menjadi kekasih Jayden adalah hal yang paling dia inginkan. Tapi ia salah. Menjadi temannya lebih baik dari apapun di dunia ini. Meski, jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih memendam rasa sukanya yang begitu besar tanpa Jayden ketahui. Hingga akhir hidupnya, Jayden-lah satu-satunya orang yang selalu dicintai oleh Bianca. Tidak ada ikatan, hanya sebatas teman. Dan kau tahu? Bianca meninggal di pelukan Jayden, dengan mengucapkan kata-kata terakhirnya, "I love you."

Walaupun aku berpikir kalau dengan Bianca mengutarakan perasaannya pada Jayden adalah manis, itu tetaplah menyedihkan dan menyakitkan. Bayangkan bagaimana perasaan Jayden setelahnya. Seharusnya Bianca tetap memendamnya. Biarkan Jayden hidup dengan tenang, menganggapnya hanya sebagai sahabat seterusnya.

Moving on.

Mungkin aku juga sama seperti Bianca. Tidak. Bukan 'mungkin' tapi memang aku dan dia mempunyai suatu hal yang sepenuhnya sama. Menyukai lelaki yang tidak pernah mengenalmu, secara diam-diam.

*

Aku membawa lima buku tebal yang sangat berat ke kasir. Malam ini, aku harus menyeleasikan membaca semua buku ini karena referensi bahan ujian salah satu mata kuliahku terdapat di dalamnya. Bless my life.

Setelah membayar di kasir, aku sedikit melambankan langkahku karena kedua tanganku terasa pegal. Buku-buku ini berat sekali. Tak lama, aku menghentikan langkahku karena ada seseorang yang menepuk pundakku.

"Hai," sapa orang itu.

Aku menatapnya heran. "Ya?"

"Kelihatannya berat." katanya sambil berinisiatif meraih semua tumpukan buku tebal yang dibawa olehku. Aku memandang bingung ke arah lelaki berambut pirang yang tengah berdiri di depanku yang sedang membenarkan posisi buku–bukuku yang dibawanya.

"Biar aku saja yang bawa. Kau terlihat lelah dan itu," Matanya tertuju pada kedua tanganku. "Tanganmu sampai merah begitu."

Aku mengerutkan keningku hendak menyelanya namun ia kembali berbicara, "Apa kau mau pulang?"

"Uh, ya." jawabku dan sebelum aku bertanya siapa dia, tahu-tahu saja kami sudah berada di dalam lift. Sangat cepat. Aku memperhatikannya sekilas. Rasanya dia familiar bagiku. Tapi siapa, ya?

L'Éternité et AprésWhere stories live. Discover now