Louannah; "You'll Always Come Home To Me"

4.4K 214 34
                                    

[Louannah: Louis Tomlinson x Hannah Walker]

ENJOY!

***

Dia cukup tampan, cukup pintar dan cukup kaya. Dia lelaki yang serba berkecukupan. Dan aku mencintainya. Aku mencintai Louis, sahabatku sendiri.

Jika kau mencari penyimpan rasa tanpa suara terbaik di muka bumi ini, hubungi saja aku.

Mungkin ini terdengar klasik, cerita tentang sepasang sahabat yang salah satunya mencintai yang lain secara diam-diam. Hal yang paling bodoh adalah, aku baru sadar kalau yang kulakukan selama ini—menyembunyikan perasaanku selama belasan tahun lamanya dan mengaguminya dari dekat itu percuma.

Sebab dia akan pergi jauh sebentar lagi.

Meninggalkanku sendirian, menanggung perasaan tak terbalas ini.

Aku menekuk lututku dan membenamkan wajahku lebih dalam lagi di sela-sela antara kedua tempurung lututku. Aku baru saja memantapkan diri untuk tidak menghadiri pesta perpisahan yang diadakan oleh Louis bersama teman-teman kami yang lain. Mengingat Louis akan pindah ke Minnesota dua hari lagi untuk kuliah di sana.

Aku? Oh, jangan tanya lagi seberapa sulitnya menyatukan kepingan hatiku yang pecah saat pertama kali mendengar bahwa Louis akan berada sangaaat jauh dariku. Sebagai sahabat saja, dia sudah cukup jauh dari jangkauanku. Aku tidak mau membayangkan gambaran hidup yang tidak terdapat Louis di dalamnya. Aku terlalu bergantung padanya. Aku tidak mau kehilangannya.

"Hannah?"  aku mendengar suaranya memanggilku dari luar kamar mandi. "Hannah, kau ada di dalam?"

Aku menghapus air mataku dan merapikan rambutku yang kusut lalu berdiri menggapai kenop pintu, namun keduluan oleh Louis yang sudah membukanya.

Louis menatapku khawatir. "Mengapa kau tak datang? Dari seluruh orang yang kuundang, kaulah tamuku yang terpenting. Mengapa kau tak datang?"

"A-aku... aku..."

Louis menyentuh pundakku dan turun beralih menggenggam kedua tanganku, ia tersenyum masih dengan guratas cemas di dahinya. "Apakah aku berbuat salah?"

Aku tergelak. "Tidak, tidak! Tidak sama sekali."

"Lalu mengapa kau meringkuk di kamar mandi rumahmu dibanding pergi ke pesta perpisahanku? Kita akan semakin jarang melihat satu-sama lain, lho."

Aku menunduk ke bawah. Louis, aku tidak ingin kau pergi, sungguh-sungguh tidak rela.

"Aku mencintaimu."

Ada beribu-ribu kata namun hanya kata-kata itulah yang akhirnya mampu keluar dari bibirku. Tiga kata sederhana yang bisa mewakilkan semua yang ingin aku katakan padanya. Dan dia tampak terkejut. Mata itu menatapku dengan tatapan tidak percaya. Aku ingin tersenyum dan meyakinkannya, tapi lagi-lagi bibirku mengkhianatiku. Bukannya tersenyum, aku justru mengatakan kembali kata yang selama ini aku tahan dalam hatiku.

"Aku mencintaimu, Louis..."

Dan apa yang dia lakukan selanjutnya persis seperti yang sudah kuduga. Dia melepaskan genggaman tangannya dan pergi keluar dari dalam kamar mandi dalam kamarku tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Aku kira dengan menyatakan perasaanku yang sesungguhnya, itu akan membuat Louis tetap tinggal dan merubah keputusannya. Oh, betapa egoisnya diriku. Louis tentu sudah memikirkan banyak pertimbangan selama ini tentang dirinya yang ingin melanjutkan kuliah di Amerika. Dan aku telah membuat beban pikirannya bertambah banyak.

Tiba-tiba aku merasakan rasa sakit lagi. Sakit tepat di jantungku. Rasanya satu hentakan telah menamparku dengan begitu keras. Aku memejamkan mataku, meringis karena rasa sakit tersebut berangsur-angsur mereda.

L'Éternité et AprésWhere stories live. Discover now