VIII. Yang Paling Aku Takutkan

4.5K 145 7
                                    

Yang paling aku takutkan adalah ketika tiba saatnya aku sama sekali tidak peduli terhadapmu.

Aku tidak merindukanmu sedikitpun, atau peduli tentang apa yang sedang kamu lakukan sekarang. Aku sama sekali tidak merasa ingin bertemu denganmu.

Padahal, aku selalu punya rindu buatmu sejak pertama kali kita bertemu. Padahal, aku pernah menangis saking rindunya dengan kamu. Padahal, aku pernah menulis satu buku harian penuh hanya karena aku merindukanmu. Padahal, aku sering membungkus rindu itu agar perasaanku padamu tetap utuh.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Dulu, aku mencintaimu lebih dari apapun.

Dulu, kamu merupakan duniaku.

Tetapi kemana dunia itu pergi? Kemana cinta itu pergi?

Aku ingat saat kamu bilang, "It will be forever."

Aku ingat kalau aku mempercayaimu.

Percaya akan kamu, percaya akan kita.

Sekarang aku bahkan tidak tahu siapa kita sebenarnya, atau apakah kita sebenarnya. Aku tidak bisa mengingat bagaimana rasanya mencintai kamu.

Aku sedang menatapmu, tapi aku tidak melihat apa-apa.

Wajahmu seperti wajah orang lain di keramaian Town Square, kamu tidak spesial lagi.

Padahal, aku bisa tahan berjam-jam memandangi wajahmu. Meski kamu tidak sekaya Donald Trump dan meski kamu tidak setampan Channing Tatum apalagi Matt Bomer, kamu selalu menjadi porosku di titik yang sempurna. Pusat rotasiku, iya, kamu.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Kamu bukan siapa-siapa lagi bagiku.

Kita berdua seperti bom waktu yang hanya tinggal menunggu waktu meledaknya saja. Aku dan kamu berbarengan meledak, dan tidak akan ada lagi kata "kita".

Dan itu menakutkanku. Sangat menakutkanku.

L'Éternité et AprésWhere stories live. Discover now