David Henrie; "Take Me With You"

2.9K 110 7
                                    

A/N: Buat salstories, terima kasih challenge-nya, dan semoga kamu suka! :D

ENJOY!

***

Sore itu terasa berbeda. Seorang gadis bermata eboni, dengan pembawaan yang santai dan senyum cerah, tiba-tiba menceritakan banyak hal yang dilakukannya pada liburan pekan lalu. Kami membunuh waktu dengan mengobrol begitu saja menunggu sampai bus datang. Aneh, memang, mengobrol dengan orang asing yang bahkan sama sekali tak kuketahui namanya.

"Menurutmu, apakah kita akan bertemu lagi?"

"Rasanya, sih, itu klise sekali dan cuma ada dalam cerita-cerita roman picisan yang dijual di pasaran."

"Hmm, siapa tahu? Tapi aku yakin, kita mengobrol seru dan banyak begini, nyambung satu sama lain, belum tentu besok kau masih ingat denganku. Haha!"

"Kita lihat saja nanti," aku mengusap daguku. "Tapi setidaknya, obrolan ini pernah berlangsung, bukan? Hanya masalah ingatan saja, kau ingin menyimpannya atau tidak."

Dia tertawa renyah sambil menyelipkan sejumput rambutnya di belakang telinga. "Oke, aku mengaku kalah. Dan lagi, segala sesuatu tak mungkin terjadi tanpa alasan dibaliknya."

Aku hanya tersenyum. "Termasuk perkenalan kita ini?"

"Itu yang sedang kubicarakan!" dia memutar matanya, pura-pura terlihat muak.

Lalu, sesaat bus berwarna merah berhenti di depan halte yang menjadi saksi bisu pertemuan pertama kami. "Aku duluan, ya. Selamat tinggal." dia lalu berdiri dan tersenyum sekali lagi.

Di antara desakan para penumpang bus yang turun menapaki aspal, aku duduk mematung. Pertemuan ini terasa terlalu singkat bagiku. Aku menginginkan yang lebih. Aku dan dia bahkan belum bertukar nama.

Tetapi kalau dipikir-pikir lagi, bukankah semua hubungan berawal dari pertemuan dua orang asing?

Aku pun berjalan cepat mengikuti arus penumpang yang berebut masuk ke dalam bus melalui pintu depan dan saat aku menemukan pintu belakang terlihat lengang, aku beralih masuk melalui pintu tersebut. Setelah berada di dalam bus merah itu, tidak sulit untuk menemukannya. Aku hanya perlu mencari seseorang yang berambut hitam legam dengan potongan pendek sedagu.

Aku menepuk pundaknya sekali dan dia menoleh, terkejut. "Boleh duduk di sini?"

Dia akhirnya duduk di dekat jendela, mempersilahkanku duduk di bagian luarnya. "Tentu, oh! Kau juga searah denganku? Di mana rumahmu?" cecarnya antusias.

"Sebelumnya..." aku mengulum senyum. "Aku David. Siapa namamu?"

"Aku Salsa." Mata gadis itu berkerling menggoda. "Sepertinya dugaanku meleset."

Ini memang saat yang paling tepat untuk memulainya. Karena perhentianku adalah bersamanya.

L'Éternité et AprésOnde histórias criam vida. Descubra agora