Bagian 26. Faded

480 58 13
                                    

State of Tetraxons

Bagian 26. Faded

Aku tidak bisa merasakan sakitnya saat saudara sendiri sudah tiada atau bahkan ketika berpisah dan tak ada kesempatan lagi untuk bertemu. Mungkin rasa sakitnya sama dengan rasa sakit saat aku melihat kedua orangtuaku meninggal bersamaan makhluk aneh itu akibat tertimbun api. Semua manusia pasti akan mengalami saat dimana mereka ditinggalkan. Atau bahkan, mereka yang meninggalkan.

Meadow -yang sekarang aku ketahui bahwa dia adalah Jet yang sebenarnya- hanya bergeming menatapku dengan pandangan kosong. Dia bahkan tidak menjawabku saat aku bertanya apakah dia baik saja. Dan begitulah bodohnya aku. Di saat orang tengah berduka, aku malah bertanya pertanyaan yang paling bodoh. Menyedihkan, bukan?

Ia membenciku dari sekarang. Bisa kutebak dari apa yang dia lakukan. Dia berpaling saat aku menatapnya lagi. Musuhmu di luar sana sedang berkeliaran, Jean. Dan kau menambah satu musuh lagi yang kini berada di hadapanmu? Luar biasa! Aku merasa sebagai seseorang yang sudah memisahkan kakak dengan seorang adik. Bukan. Aku adalah pelaku yang sudah membuat seorang adik mati di tangan musuh sendiri.

"Kau tidak harus merasa bersalah, Foxter." Meadow seakan membaca pikiranku. Ya, kuakui aku merasa bersalah kepadanya sejak tadi. Sayangnya, aku tidak bisa mengungkapkannya hingga dia sendiri yang mengatakannya.

Kedua mataku tidak tahan untuk tidak menatapnya. "Tapi, kenapa?"

Tapi, Meadow seolah tidak berbicara kepadaku. Dia masih dengan tatapannya ke lantai ubin yang ada di bawahnya. "Karena itu sudah menjadi takdirnya, kurasa".

Pernyataan yang keluar dari mulutnya seolah menyatakan bahwa dia hanya bisa pasrah. Namun, kebencian pada diriku pasti ada di dalam dirinya. Yang pasti aku sudah merasakan apa yang Meadow rasakan saat ini; kehilangan seseorang yang kau cintai. Aku tidak ingin berkata apa-apa lagi. Sampai kami ditanyai oleh Catty atas apa yang terjadi. Meadow tak mau berkata apapun kepada Catty. Maka, aku yang kali ini angkat bicara.

Aku menjelaskan hal-hal yang telah aku alami. Hanya beberapa hal saja. Sebenarnya cukup membuatku tertekan saat hendak menceritakan bahwa aku yang menyaksikan Callie diubah saat aku tertangkap di Central bersama Blake dan aku pula yang menyaksikannya dibunuh saat kami tak sengaja bertemu. Sebaiknya, aku simpan saja dua bagian cerita itu untukku. Aku hanya mengisahkan bagian dimana aku sangat bodoh membiarkan anak panahku terlepas dari genggamanku dan akibatnya, Callie dibawa pergi.

Maafkan aku, Callie!

Aku turut berduka, Nak!" ucap Catty lalu disusul oleh Mallet yang mengiyakan. Sudah pasti dia berbicara kepada Meadow. "Setidaknya, setelah sekian lama, kita sudah berusaha mencarinya,".

Pernyataan Catty disambut oleh Meadow dan Mallet dengan anggukan. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut kami. Aku merasa terpojokkan walaupun mereka tidak mempermasalahkannya. Apalagi saat Catty menyebutkan bahwa mereka telah berusaha mencari.

Kuakui, kau memang jahat, Foxter!

"Aku ingin tidur saja," ucap Meadow yang segera merebahkan badannya ke atas lantai. Kini dia bersiap hendak tidur dengan katana sebagai gulingnya. Aku hanya bisa tertunduk lesu karena aku merasa ada sebuah papan di kepalaku yang bertuliskan 'Pembunuh'. Ibu dan anak ini juga belum mengalihkan perhatiannya dariku. Sehingga membuatku tak nyaman berada dalam satu ruangan bersama mereka.

"Tidak apa, Nak! Kau tidak harus memikirkannya," ucap Catty kali ini kepadaku. Aku hanya bisa merengkuh diriku sendiri seraya memberikannya tatapan Bagaimana bisa?.

"Ya, kita pasti tahu hal itu akan terjadi. Dan kita harus bisa mempersiapkan mental untuk hal semacam itu,". Kali ini Mallet yang angkat bicara. Si pria-otot-godam itu benar juga. Sekarang dunia menggila dan kita tak harus ikut gila di dalamnya, bukan? Maka dari itu, Mallet benar. Sebaiknya, aku tidak terlalu memikirkan hal itu lagi.

State Of TetraxonsWhere stories live. Discover now