Bagian 30. Another Ally

267 45 9
                                    

State of Tetraxons
Bagian 30.
Another Ally

Suara rintihan yang kudengar adalah suara dari Mallet yang disakiti oleh sekelompok pria bejat itu. Aku tidak ingin mengatakan ini namun perkataan Catty benar. Kami kalah jumlah. Aku melihat Mallet disakiti oleh beberapa pria yang masih hidup. Termasuk Jack. Walaupun kondisi badannya banyak terkena timah panas, tapi dia tetap bisa berdiri walau dengan badan yang terbungkuk-bungkuk. Memangnya terbuat dari apa sih badannya itu?

Sementara, kondisi Catty juga tidak kalah menyedihkan. Ujung bibir wanita itu berdarah dan kondisi kelopak mata yang membengkak. Catty juga diancam dengan sebilah mata pisau seperti yang Jack lakukan padaku sehingga wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa. Senjata-senjata mereka juga disita oleh Para Pembajak itu. Nyawa mereka berdua sedang berada di ujung tanduk namun akan lebih parah jika aku dan Meadow muncul untuk membebaskan mereka. Aku berusaha memikirkan suatu cara namun nyatanya malah membuat kepalaku pusing. Rasa sakit akibat daun telingaku robek menjadi penghalang bagiku. Aku tidak bisa berpikir jernih.

"Jika kau tidak berkata apa-apa, akan kubunuh wanita tua ini!!" suara itu terdengar mengancam seseorang. Kuyakin mereka sedang menginterogasi Mallet. Atmosfer di sekitarku seolah mengurungku dan udara membuatku tercekik. Kondisi seperti inilah yang tidak aku sukai. Sudah berkali-kali aku berharap bahwa semua ini hanya bunga tidur ketika aku mengistirahatkan badanku di siang hari, tujuh bulan ke belakang. Nyatanya rasa sakit di sekujur tubuhku ini tidak membuatku terbangun juga dan itu menohokku pada kenyataan yang sebenarnya terjadi.

"Aku harus menyelamatkan mereka," bisik Meadow sambil menahan amarahnya. Suaranya menyadarkanku bahwa situasi seperti ini tidaklah bagus untuk menjadi seorang pahlawan. Aku sudah berkali-kali merasakan situasi seperti ini. Kemungkinan-kemungkinan terburuk pasti terjadi.

"Tidak, Meadow! Kau–" bisikku kepada Meadow tak menghentikan niatnya. Perbuatannya yang malah membuatku menghentikan perkataanku. Meadow gila! Dia nekat keluar dari tempat persembunyiannya.

"Lepaskan mereka!" perintah Meadow. Aku juga harus keluar dari persembunyianku. Tapi sebelumnya, aku menatap Blake.

"Janji kau harus tetap disini dan tunggu aku!" ucapku yang dibalas dengan anggukan Blake. Seketika gerakan itu membuatku lega. Aku bergegas keluar dan mendapati diriku ditatap oleh manusia yang sudah kehilangan sebagian jati diri mereka. Aku dan Meadow seketika mendapat sambutan hangat dari beberapa senjata api yang mereka gunakan untuk mempertahankan diri mereka. Kami pun tak mau kalah, aku dan Meadow pun bersiap dengan senjata kami. Situasi saat ini cukup membuat jantungku hendak melompat keluar dari tempatnya. Siapapun dari kami semua bisa mati.

"Wah, wah, wah, lihat siapa yang muncul di depan kita!" ucap Jack sambil menatap tajam ke arahku dan Meadow. "Tunggu! Aku kenal kau!" Jack menodongkan senjata kepada Meadow. Pertahanan gadis itu terlihat hendak goyah. Kau pasti bisa, Meadow!

"Ya, aku kenal kau! Sudah lama aku tidak menikmati tubuhmu, Jalang!" ujar Jack yang membuatku terkejut. "Kemana saja kau selama ini, hah?! Aku merindukan tubuhmu itu, Sayang!"

"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu, Brengsek!" ancam Meadow dengan nada suaranya yang sangat kesal.

"Atau apa, hah?" ancam Jack sambil mengarahkan moncong senjata api itu ke kepala Meadow. "Aku tahu kalau kau juga menikmatinya. Iya kan?"

Setelah Jack mengatakan itu, Meadow langsung melayangkan katana miliknya dengan cepat namun Jack segera memundurkan posisi tubuhnya lalu menangkap tangan Meadow dan meremas tangan Meadow hingga dia menjatuhkan katananya di atas tanah. Semua kejadian itu berlangsung sangat cepat hingga aku tidak bisa berbuat sesuatu bahkan hingga Meadow mengerang kesakitan saat tangannya diremas oleh kepalan besar Jack. "Jangan berlagak sok pahlawan disini, Sayang!"

State Of TetraxonsKde žijí příběhy. Začni objevovat