Bagian 14. Central

695 64 7
                                    

State Of Tetraxons

Bagian 14. Central

[◆]

Pandanganku buram dan gelap.

Sesekali aku membuka mataku dan melihat ruangan gelap. Tubuhku seakan terangkat. Tapi, aku tidak mengetahui secara jelas siapa atau apa yang mengangkat tubuhku yang tidak terlalu berat ini. Karena mataku setengah sayu dan pikiranku pun setengah sadar.

Yang bisa kulihat berkali-kali ialah ubin. Berlanjut ke ruangan yang gelap kemudian ke ruangan yang cukup cahaya. Hingga akhirnya kedua mataku menutup kembali.

[◆]

Dengan mataku yang masih terpejam dan telingaku yang tidak bisa mendengar apapun, aku merasakan tubuhku dihempas ke sesuatu yang keras. Ubin, mungkin. Membuat tubuhku sakit seketika. Namun, aku tak bisa meringis kesakitan. Belum. Karena mungkin aku masih memejamkan mataku.

Tubuhku merasa sangat lelah. Sangat lelah hingga mengangkat kedua kelopak mataku saja aku perlu berpikir lagi. Menggerakkan jari-jariku saja, aku merasa seakan kebas. Apa yang terjadi padaku sebenarnya?

Setelah itu, aku merasakan kedua benda yang saling berbenturan. Aku sangat lelah. Sungguh. Aku tak tahu apakah aku harus segera bangun atau menetap untuk tidur sejenak. Walaupun aku berusaha untuk membuka kedua mataku, aku tak bisa merasakan separuh tubuhku.

Jadilah aku menetap. Hanya untuk tidur sebentar, tak akan masalah bagiku selama aku baik-baik saja. Mungkin saja setelah aku tidur, pendengaran serta kesadaranku akan pulih.

[◆]

Cahaya biru. Suara mesin yang bergema. Hingga pengait yang melingkar di salah satu kakiku. Tubuhku terangkat di udara sampai pada sesuatu yang bersinar terang berwarna biru. Terkilas di pikiranku memori-memori acak yang membingungkanku.

'Jean!' Suara yang sama terdengar lagi. Tapi, kali ini terdengar agak berat.

'Jean, bangun!' Suara itu memaksaku untuk keluar dari cahaya-cahaya memori yang terpintas.

'Jean! Sadarlah!'

'JEAN!'

Kedua kelopak mataku terbuka dengan berat. Entah kenapa, setelah aku membuka kedua mataku, kedua iris mataku terasa sedikit sakit. Untunglah, sakitnya berkurang dan hilang dalam sekejap. Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku yang sedikit buram karena kurangnya cahaya yang masuk ke retina. Aku bisa merasakan jari-jariku kembali. Bergerak sedikit demi sedikit, aku berusaha untuk bangun.

Namun sebelum itu, mataku menangkap sesuatu yang janggal.

Dimana aku?

Aku menatap langit-langit di ruangan ini. Kemudian, beralih ke jendela yang dihalangi oleh lempengan besi yang terletak di atas kepalaku. Pandanganku kembali beralih ke suatu batas ruangan yang terbuat dari besi-besi. Tunggu, ini bukan sekedar batas ruangan.

Ini adalah sel layaknya sel tahanan. Aku membulatkan mataku dan badanku terbangun seiring dengan kebingunganku. Dengan sedikit pergerakan, aku berusaha untuk memaksa tubuhku agar bisa bangun dan duduk. Setelah berhasil duduk, aku memegang kepala bagian belakangku yang terasa sakit dan berat. Mataku kembali mengawasi sekitarku. Membuatku seakan sesak nafas dan merasa pening.

Aku berada di dalam sel jeruji besi. Aku segera beranjak dari tempatku duduk lalu menuju jeruji besi yang menghalangiku dengan ruangan lain.

"Tidak! Kenapa aku ada disini?" Tanyaku heran sambil mencengkeram jeruji besi yang ada di depanku. Berusaha mendobrak jeruji besi ini dengan badanku berulang kali. Hasilnya hanya nihil.

State Of TetraxonsWhere stories live. Discover now