Bagian 13. Kidnap

783 64 3
                                    

State Of Tetraxons
Bagian 13. Kidnap

Holland Mason, Perakit Mesin Yang Gagal.

'(12/2/06)Washington DC, USA.Seorang profesor yang ahli dalam bidang mekanik dan astronomi ini merakit sebuah mesin untuk ditunjukkan kepada publik dan pemerintah. Profesor berumur tiga puluh tahunan ini berkata bahwa mesin ini dapat menentukan masa depan di bumi. Namun, di tengah-tengah mendemonstrasikan mesin ini, Mason mengalami kendala besar yang mengakibatkan Dewan pemerintahan tidak mempercayainya. Akibatnya, Mason dianggap gagal lagi dalam menciptakan inovasi terbaru untuk menentukan masa depan bumi.

"Saya tidak gagal. Saya hanya mengalami kendala!" Ujar Profesor Mason sedikit memberi tanggapan.

Dewan pemerintahan mengakui kegagalan yang dialami Mason untuk ketiga kalinya. Hingga pemerintahan tidak lagi bisa mempercayai ilmuwan yang memiliki satu anak ini. Mereka masih menunggu apakah ada penemuan serta inovasi terbaru yang diciptakan oleh ilmuwan ini dan gagal kembali? (rf)'

Lalu, aku melihat sebuah gambar di bawah wacana itu yang menampilkan seorang pria yang wajahnya tak jelas karena kertas koran yang renyuk sedang berdiri di samping sebuah mesin yang entah kenapa aku merasa mengenali mesin yang diciptakan oleh pria yang ada di gambar. Kelihatannya pria yang ada di gambar ini sedang berusaha mengatasi tekanan yang dialaminya. Pantas saja, karena mesin yang dia ciptakan gagal saat didemonstrasikan di depan publik.

Aku berusaha mencari tahu apa yang terjadi tujuh tahun yang lalu di negara ini. Namun, tak ada keterangan sama sekali mengenai pria bernama Holland Mason ini. Identitas bahkan riwayat hidupnya tidak dituliskan di kertas koran ini. Aku perlu informasi yang sangat mendetail mengenai siapa Holland Mason ini dan atas alasan apa dia menciptakan mesin penentu masa depan bumi itu.

Aku tidak memiliki petunjuk kali ini.

Hanya ada informasi acak yang kudapat di ruangan ini. Sekali lagi aku melihat ke arah orang mati ini. Aku perlu jawaban. Seandainya saja orang ini masih hidup, aku akan menanyakan apa saja pada orang ini. Kemudian, ruangan ini menjadi gelap sesaat karena cahaya tak lagi masuk ke dalam ruangan. Itu artinya aku harus mencari tempat untuk tidur malam ini. Dengan sigap, aku mengambil kertas koran dan kertas-kertas lainnya yang ada di dekat pria ini lalu memasukkannya ke dalam ranselku. Kemudian, aku beralih ke orang mati ini dan mengambil pistolnya serta tanda pengenal FBI yang ada di tangannya dan memasukkannya juga ke dalam ranselku. Saat aku hendak beranjak, aku sempat melihat sebuah kertas lain yang berwarna kebiruan. Kertas itu terjepit badan orang ini. Aku kembali mendekat dan menggeser tubuhnya dengan tanganku lalu mengambil kertas biru yang tertindih badannya.

Di kertas ini, aku melihat sketsa suatu desain benda yang acak. Ukuran kertas ini sama seperti ukuran kertas koran tadi. Tapi, warna kertas ini biru dan sketsanya ditulis dengan tinta putih. Penggambaran sketsa yang rapi dan acak  menyulitkanku apa yang sebenarnya di desain di kertas cetak biru ini. Karena menurutku penting, aku menyimpannya bersama kertas-kertas lain di dalam ranselku dan bersiap dengan pistol Five Seven yang kupunya.

Aku keluar dari ruangan itu dan kembali menuju ruangan yang dulunya adalah bilik lebah pekerja dengan komputer di masing-masing biliknya. Awalnya aku ingin kembali menyalakan CPU dan komputer itu agar mencari tahu siapa sebenarnya Holland Mason dan apa yang dirakitnya. Tapi, kondisi waktu yang hendak sore, mengingatkanku kembali bahwa perutku setengah kosong dan aku harus kembali mencari tempat perlindungan untuk malam ini.

Aku keluar dari gedung itu dan melihat ke langit yang mendung dan gelap. Sehingga menyulitkan cahaya matahari sore menyinari kota dan aku tak tahu apakah akan terjadi hujan asam lagi. Kemudian, angin berhembus sangat kencang hingga mengakibatkan beberapa sampah dan koran bekas hampir mengenai wajahku. Angin yang kuat juga hampir mendorong tubuhku. Kemudian, terdengar suara petir di atasku. Dan satu pemikiranku bahwa hujan asam tidak akan berawal seperti ini. Ini pasti badai. Aku harus segera mencari tempat perlindungan sebelum mendengar suara petir untuk kedua kalinya. Kemudian, di sebelah utaraku, aku mendengar suara deruman hujan yang mengarah ke tempatku berdiri. Aku segera berlari dan menghampiri sebuah mobil yang terparkir berkarat di samping trotoar.

State Of TetraxonsWhere stories live. Discover now