2. Rachel Adinata Pradhikta

88.7K 7.9K 197
                                    

Mengelap keringat yang membasahi seluruh wajah serta lehernya Rachel masuk ke dalam toko roti yang juga menjual minuman dingin, dia berniat untuk mengademkan diri sebentar sekalian mengambil beberapa potong roti karena perutnya keroncongan.

Hari ini lumayan menyenangkan, dia bolos sekolah, mengambil alih pertikaian yang harusnya dikendalikan oleh kakak kelas. Meski Rachel memiliki wajah cantik dan suka memoles diri kadangkala dia bisa berubah menjadi brutal dan menyeramkan jika sedang menghabisi lawannya. Dia mempunyai kecantikan yang natural dan itu terlihat jauh lebih menarik daripada ketika dia menebalkan wajah pakai make up, bila Rachel tersenyum tidak akan ada yang menyangka dirinya sosok perempuan nakal terkenal di sekolah bahkan kantor Polisi sekalipun.

Kepala Rachel celingak-celinguk mencari penjaga yang biasanya keluyuran mengawasi pelanggan. Setahu Rachel dia sempat menguping kalau kamera pengintai yang terpasang di sudut toko tengah rusak, dia menyeringai menatap kamera kecil tersebut kemudian mengangkat tangannya mengarahkan jari tengah sambil menjulurkan lidahnya itu ke arah kamera, seperti mengejek.

Lalu Rachel kembali pada tujuan utamanya ke sini. Dia membuka tas merahnya kemudian memasukkan dua bungkus roti ke dalam lantas segera menarik resletingnya ke tempat semula. Rachel berlagak normal, seolah dia tidak pernah mengambil apa pun, dengan santai dan tenangnya dia berjalan keluar pintu.

Namun, tiba-tiba seorang pengunjung lelaki meneriakinya.

"Hei, dia mencuri roti!"

Rachel mengumpat.

Dia merapatkan tas yang berada di punggung hendak berlari tetapi satpam yang berjaga di depan parkiran lebih dulu mencegahnya.

"Hayo, mau kemana, Neng?"

Sial.

Lagi dan lagi Rachel tertangkap.

•••••

Suara hentakan antara botol dengan meja cukup mengusik ketenangan Rachel. Dia mendesah kesal menatap Polisi yang bertugas di hadapannya. Walau terlihat masih muda, gagah dan tampan Rachel tetap saja dongkol padanya.

"Pak, kalo mau nanya, nanya aja nggak usah malu-malu,"

Bima-nama Polisi tersebut, tersentak ketika mendengar Rachel menggerutu. Dia menatap perempuan di hadapannya takjub. "Baru kali ini saya dengar ada orang yang sedang diinterogasi minta ditanyakan terus,"

Rachel mendecih. "Gue bosen tau nggak, di sini mulu. Nggak ada makanan apa? Gue laper,"

Bima terkekeh. Dia memang sudah mendengar berita tentang Rachel-si perempuan brutal yang hobi keluar masuk kantor Polisi karena ketahuan mencuri.

"Kamu masih bisa santai setelah mengambil makanan, heh?"

"Terus lo mau gue gimana? Ngamuk-ngamuk? Oke,"

Rachel mengacak rambutnya sendiri lantas menggebrak meja seolah-olah dia tengah emosi. Bima memutar bola mata jengah, sungguh, ada apa dengan perempuan ini? Mengapa sikapnya sangat aneh dan memalukan.

"PAK POLISI GUE LAPER, PAK! YO, KASIH GUE MAKANAN, YO, YO, YO!"

Astaga.

Bima mendesah frustrasi, Rachel malah menggelengkan kepalanya semakin menggila. Bahkan rekan kerja Bima mulai memerhatikannya antara kasihan, ngakak dan terganggu. Mereka tahu apa yang terjadi pada Rachel namun mereka juga tidak membenarkan kenapa perempuan itu selalu bertindak yang berakhir dirinya terseret ke kantor Polisi.

"RACHEL!"

Seseorang berseru, bagi sebagian Polisi di sana kedatangan sosok berwajah kalem itu adalah sesuatu yang melegakan karena hanya dialah yang bisa menghentikan aksi gila Rachel setiap kali dia ditahan.

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang