24. Terungkap pelaku teror

42.5K 4.8K 213
                                    

Minggu ini tugas kelompok di kumpulkan, memasuki hari selasa bagian kelompok Rachel yang maju untuk menjelaskan. Dendy berdiri dipojok kelas bersama Rachel yang memasang wajah datar, Bunga memeriksa kembali materi di laptop sedangkan Niko menyalakan proyektor. Pertama-tama mereka akan menayangkan sebuah video dahulu yang sudah dibuat Bunga, Niko memberi aba-aba jika dia sudah siap memencet tombol mulai. Sejenak layar menghitam, Bunga berdeham hendak menjelaskan.

Namun tiba-tiba dia tertegun.

Gambar yang ada di layar bukanlah video yang semestinya diputar, justru itu rekaman dirinya yang sedang mengobrak-abrik loker Rachel lalu memberantaki meja perempuan itu. Bulu kuduk Bunga meremang, meski dia sudah mengenakan jaket tetap saja wajahnya dapat terlihat jelas. Entah siapa yang telah mengambilnya yang pasti saat ini kepala Rachel sudah berasap.

Seisi kelas mulai heboh, mereka tidak menyangka jika pelaku peneroran Rachel adalah Bunga yang terkenal cerdas dan siswi teladan di sekolah. Sebelum Guru mereka berhasil melerai Rachel menerjang Bunga lebih dulu. Dia menampar Bunga, menarik rambut terkuncir dua perempuan itu hingga mematahkan kacamatanya.

"Brengsek lo ya!" maki Rachel enggan memindahkan tatapan mematikannya dari Bunga. "Tampang lo sok baik tapi aslinya kayak tai!"

Tidak bisa dibiarkan begitu saja Guru berinisatatif memisahkan mereka, anak lelaki turut membantu. Sebagian memegangi Rachel, sebagian lagi memegangi Bunga. Rachel terus menghina Bunga dengan ucapan yang kasar tidak peduli akan sekitar atau Bunga yang bisa saja sakit hati. Rachel sangat benci manusia bermuka dua.

"Dasar gila! Sinting! Psikopat kuda!"

Tak tahan menerima cacian Rachel lantas perempuan itu memberontak, sudut matanya membiru dan air mata tak terbendung lagi berjatuhan membasahi kedua pipinya. "Gue benci sama lo!" teriak Bunga menginterupsi Rachel. Sorot kebencian Bunga membesar kala dia menatap Rachel pakai matanya yang memerah. "Lo cewek paling serakah yang pernah gue temui! Dulu lo ambil Raga, setelah Raga mati karena lo, lo rebut Gara! Dasar gatel nggak tau malu! Terus sekarang apa lagi? Belum puas? Lo ambil Agra juga!" cercanya menunjuk Rachel sangsi.

Rachel kehilangan kendali. Dia memukul orang di belakangnya lantas kembali menyerbu Bunga yang sama emosinya. "Sialan!" umpat Rachel menampar Bunga sekali lagi.

•••••

Di ruang musik Gara berlatih, dia mencoba membuat lagu tetapi pikirannya selalu mendadak kosong. dia sedang tidak ada Guru jadi bebas melakukan apa pun, malas di kelas Gara memutuskan menghabiskan waktunya di ruang musik sendirian.

Lelaki itu menghela napas jengah. Tidak menemukan inspirasi sama sekali padahal kepalanya penuh, Gara ingin melampiaskannya tapi cita rasa liriknya tidak lagi seindah dulu. Gara jadi kesulitan menuliskannya, dia meremas kertas dan membuangnya ke tong sampah. Sudah 20 kali dia melempar kertas.

"Lemah amat lo, Gar! Kalo nggak bisa nyiptain lagu ya nggak usah gegayaan deh," hina Raga menepuk punggung kembarannya keras.

Gara berdecak jengkel. Dia sengaja berdiam diri di ruangan musik untuk menulis tapi selalu gagal. "Bantuin gue kek, Rag," pintanya.

Raga terkekeh. "Mana tulisan lo? Coba sini gue baca," Raga mengambil kertas yang berbaris tulisan tangan rapi Gara. Dia membacanya secara saksama lalu meminjam gitar, mencocokkan antara nada dan lirik. "Lo harusnya bikin nada dulu baru liriknya, Gar," nasihat Raga.

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang