14. Sosok itu...

49.3K 5.2K 241
                                    

Suasana keributan bukan lagi hal baru bagi Rachel setelah dia yakin untuk memberontak terhadap mamanya sendiri. Jika biasanya Rachel sendirian kini dia dibantu oleh Raga. Selain menemani dan memastikan dirina tidak terluka. Lelaki itu juga mengajarkannya banyak hal termasuk; perempuan wajib bisa memukul dan memberontak supaya saat keadaan genting dia bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Karena teknik bela diri Rachel sangat kurang. Maka tidak heran sekarang dalam seminggu Rachel bisa dua kali terjebak di perkelahian antar sekolah, sebab sikap barbarnya sungguh tak tertolong.

Namun kali ini tampaknya berbeda. Ada dua orang preman datang menemui mereka di kedai kopi tempat biasa Raga serta teman-temannya berkumpul. Saat ini suasana masih sepi, belum ada tanda-tanda anggota geng Raga akan datang.

Dilihat dari gayanya Rachel menyimpulkan dua orang preman tersebut adalah orang suruhan Fredd. Bukan semata-mata berpikiran buruk soal Ayah tirinya itu, hanya saja Rachel sudah hapal di luar kepala segala tindakan Fredd padanya akhir-akhir ini, yang makin di luar kendali. Dapat di pastikan dua orang yang sedang menatapnya secara intens itu memang benar bawahan Fredd.

Apalagi ketika mereka menghadang meja Rachel lalu mengatakan Rachel diwajibkan pulang ke rumah sekarang juga tanpa kata apa pun, dengan sigap Raga membawa Rachel lari. Raga telah mengetahui masalah hidup Rachel oleh karenanya dia semakin merasa bertanggung jawab atas seluruh kehidupan Rachel. Rachel sering menceritakan dia bosan di rumah, jadi dia memilih selalu pulang telat daripada tepat waktu. Walau Raga mendukunya, berbeda dengan kembarannya yaitu Gara yang justru menentang keras perilaku Rachel.

Di samping jalan raya. Raga menghentikan larinya kala dua orang itu datang langsung menerjangnya. Beruntung Rachel mundur beberapa langkah sehingga wajahnya tidak terkena baku hantam. Mata Raga menggelap dipenuhi emosi, dia marah pada orang yang sudah mengutus dua preman ini. Entah apa maksudnya, Raga tidak mengerti.

Raga berusaha melindungi Rachel. Dia menghindar, berkelit bahkan tak sungkan untuk membalas pukulan-pukulan yang diberikan preman itu ke tubuhnya. Sesaat salah satu dari mereka berniat meninju perut Raga, buru-buru lelaki itu menyingkir dan berbalik menendangnya keras hingga tersungkur.

Napas Raga tersengal. Bercampur kesal dan lelah. Dia berbalik memandang Rachel teliti, memeriksa adakah satu bagian tubuhnya yang terluka atau tidak. Begitu melihat Rachel baik-baik saja, Raga mengucapkan syukur lantas menarik gadis itu menjauh.

Tak disangka keduanya masih dikejar-kejar. Makian demi makian dilontarkan Raga yang mencari tempat persembunyian. Dia berbelok ke arah kanan, menelusuri gang sempit kemudian menyeret langkahnya ke belakang tembok bangunan usang.

Napas keduanya memburu. Raga melirik Rachel yang bercucuran keringat, kunciran di rambut gadis itu terlepas membiarkan rambut panjangnya keluar dari ikatan.

"Gue nggak sangka Fredd bakalan senekat ini," ujar Rachel pelan.

Raga menarik napas dalam. Kini dia tahu siapa dalangnya. "Bokap tiri lo sadis."

Mata Rachel mengerling ke samping, dia menatap Raga yang tampak kacau tetapi juga tenang padahal pipinya membiru akibat ditonjok karena melindunginya. Rachel sendiri gemas akan tingkah Raga, karena Rachel tadi ingin memukul juga namun Raga malah menguasai peperangan.

Tak berapa lama kemudian ponsel Rachel bergetar. Ada pesan masuk dari Fredd.

Kamfredd: Kalau Raga kabur berarti dia memang pantas disingkirkan. Pria sejati nggak akan pernah pergi ketika tahu perempuannya selalu dikejar bahaya, bukan begitu, Rachel?

Seakan aliran darahnya berhenti. Rachel memandang layar ponselnya pilu. Apa-apaan Fredd ini? Permainan apa yang sedang dibuatnya kali ini? Apa yang dia inginkan dari Raga?

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang