15. Jatuh tak terelakkan

47.2K 5K 231
                                    

"Cewek itu nggak boleh lemah. Kalo sakit, hajar aja terus,"

Raga mengajarkan Rachel ilmu bela diri boxing. Dia mengarahkan Rachel untuk terus meninju bantalan yang berada tepat di depannya bersama Raga yang menyemangatinya terus-menerus.

Rachel menelan ludahvsambil menyengir lebar dia melirik Raga. "Termasuk mukul lo boleh dong ya?" goda Rachel melayangkan satu pukulan kecil ke lengan Raga.

Lelaki itu tertawa tidak merasa sakit sama sekali. "Apaan nih? Lo abis ninju orang pake tangan apa lemparin kapas doang?"

Gantian, Rachel yang tergelak. "Istirahat bentar ah gue capek,"

"Lemah banget lo," celetuk Raga bercanda.

Rachel memeletkan lidahnya berjalan ke pinggir ring. "Emang,"

Raga mengikuti Rachel, perempuan itu meraih botol minuman dengan sarung tinju yang masih terpasang. Melihat kebiasaan Rachel, usai meletakkan bantalan dia menarik pergelangan tangan Rachel lantas melepaskan sarungnya, membuka botol Rachel agar kekasihnya itu bisa minuman dengan mudah. Rachel melengkung senyumannya, Raga yang terkenal galak di sekolah memiliki sisi lembut yang akan hadir jika bersamanya.

"Lo harus atur stamina, kalo suatu saat nanti lo lagi dalam keadaan ke jepit dan cuma lo sendiri yang bisa lindungin diri lo, apa yang lo lakuin dengan kemampuan selemah ini?" ujar Raga.

Rachel mengerling, meneguk air dinginnya sedikit. "Ya, gue telepon lo lah, susah amat,"

Lelaki di sampingnya kontan berdecak. "Gue ngajarin lo tinju bukan buat sekadar olahraga tapi biar lo juga bisa ngelawan!"

Rachel menyengir. "Iya, iya, gitu aja sensi."

Sementara Rachel menertawakan kekesalan Raga, lelaki itu justru tak bisa menahan senyumannya ketika melihat wajah Rachel yang berseri bahagia. Sudah hampir tiga bulan mereka pacaran dan Raga mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam hidupnya. Rachel mungkin perempuan baik-baik, terpelajar dan penurut namun setidaknya hanya Rachel yang memasang sikap asli ketika perempuan lain berlomba agar citranya kelihatan baik.

Raga menggaruk ujung hidung mancungnya kemudian berdeham. "Coba sini," Raga bergeser memberi ruang terpisah bagi mereka. "Misalkan gue penjahatnya dan lo korban yang gue incer," Rachel mengikuti intruksi Raga yang menyuruhnya berbalik. Rachel menengadah, memandang Raga heran. Lelaki itu menempelkan telapak tangannya ke kedua pipi Rachel kemudian mendekat yang membuat Rachel otomatis menutup mata. "Kalo tiba-tiba lo dihadapkan dalam posisi ini, bagaimana?"

Dada Rachel bergemuruh. Dia mengepalkan kedua tangannya saking gugup akan kedekatannya bersama Raga. Walau mereka terkenal akan reputasi yang buruk sesungguhnya Rachel tidak pernah bersentuhan sama lelaki lebih dari menepis tangan atau menendang tulang keringnya. Hanya pada Raga dia bisa memeluk dan berpegangan tangan tanpa keributan. Kini, jika hembusan napas Raga terasa di wajahnya Rachel mati kutu.

Mendadak kehangatan menutupi seluruh bibir Rachel, lebar dan kasar. Rachel membuka kelopak matanya lagi langsung bersitatap dengan manik mata Raga yang hitam legam. "Tutup mulut lo, karena lo milik gue."

Kemudian Raga menyingkirkan telapak tangannya, dia menyodorkan bibirnya ke permukaan bibir Rachel. Dalam hitungan detik, benda kenyal itu menempel di bibir Rachel. Sontak Rachel terlonjak. Ini ciuman pertamanya! Rachel menutup matanya kembali membiarkan bibir Raga yang manis bergerak di atas bibirnya. Sepersekian menit berikutnya Raga menyudahi ciuman tersebut, dia terkekeh melihat wajah Rachel merah merona.

"Dasar lemah." ledek Raga menyentil kening Rachel lalu menuruni ring menuju kamar ganti meninggalkan Rachel yang masih mematung.

•••••

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang