10. Strawberry orang asing

54.6K 5.5K 90
                                    

Sudah dua hari sejak insiden Rachel mendorong Angel. Perempuan itu luntang-lantung di kelab malam, bosan dengan suasana rumah yang lagi dan lagi Mama selalu memaksanya menerima Fredd. Di pertambah pula oleh ancaman Martha yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Credit cardnya benaran diblokir sama Fredd karena hari itu Rachel pulang jam 12 malam. Terpaksa selama dua hari Rachel tidak keluar kamar, akhir pekannya dia habiskan dengan mendengarkan musik di kamar.

Namun, hari ini berbeda. Rachel ingin melepas penat sekalian meminjam uang pada Wanda, salah satu pengantar minuman cantik berusia 25 tahun di kelab malam tempat biasa Rachel menghabiskan waktu luangnya.

"Wan, gue pinjem duit dong. Nanti gue ganti berkali-kali lipat deh," rayu Rachel menempelkan dagunya ke meja bar.

"Gue bukannya nggak mau ngasih lo pinjeman tapi lo tau sendiri gaji gue kecil dan gue harus biayai anak gue," jelas Wanda menunggu bartender bikin minuman untuk pelanggan. "Hidup gue nggak seindah lo Rachel yang kesusahan sebentar tapi kemudian bisa berlimpah harta lagi,"

Rachel menghela napas panjang. Dia mengangkat dagunya menatap keriuhan lantai dansa. "Makasih banyak, Tante," ujar Rachel terdengar meledek Wanda. "Udah ngingetin gue betapa indahnya hidup yang gue jalani." tambah Rachel dramatis.

Wanda terkekeh agak menundukkan kepalanya seraya menggeleng, seakan-akan omongan Rachel barusan adalah sebuah lelucon. Rokok yang diapit dua jari kanannya nyaris menyentuh pundak Rachel bila perempuan itu tak sigap berpindah.

"Lo ngomong kayak gitu seolah-olah diri lo suci, sementara gue dan bokap lo ini penuh dosa." sahutnya menatap Rachel sayu.

Rachel mengedikkan kepala malas. Dia berteman dekat dengan Wanda sejak dua tahun lalu dia mengenal dunia malam, gara-gara Diana menamparnya hanya karena Rachel tidak mau diajak liburan bareng sama Fredd. Perempuan itu kabur tengah malam ke tempat sepi, hampir saja Rachel disentuh oleh pria mabuk apabila Wanda yang waktu itu sedang merokok tidak mendengar jeritannya. Dari situlah Rachel nyaman berada di samping Wanda meski usia mereka terpaut 9 tahun. Sifat Wanda yang sebelas duabelas dengannyalah yang bikin Rachel bisa bersahabat baik bersamanya.

Rokok di tangan Wanda kini terjatuh di lantai. Dia menginjak putung rokok tersebut menggunakan heels sepuluh sentinya. "Lo anter minuman, gih, ke ruangan 3 VVIP. Biasanya pelanggan yang ini suka kasih tip."

"Nganter minuman doang kan?" tanya Rachel memastikan. Wanda malah mengangkat kedua bahunya merapikan gelas minuman yang sudah siap di atas nampan besi. "Gue nggak mau kalau dia minta yang aneh-aneh." ujar Rachel.

Wanda tertawa. "Nggak usah sok, lo itu butuh duit, Rachel," peringat Wanda memandang Rachel seperti mengatakan lo-mau-makan-apa-emang-kalau-nggak-nurut? "Lagipula mereka baik, bahkan ada yang paling tajir di antara yang lain dan wajahnya masih keliatan muda. Namanya Om Dikta. Kalo lo godain dia, lo minta apa aja diturutin sama dia. Banyak cewek di sini yang siap layanin dia tapi selalu ditolak mentah-mentah,"

"Tua bangka kayak gitu banyak yang mau? Dilihat dari segi mananya?"

"Meski berumur dia berduit, Rachel,"

"Dasar murahan,"

"Thanks. You too, bitch," Wanda melemparkan senyum miring mendengar makian Rachel. "Mereka bukan murahan cuma berusaha hidup di ibu kota yang kejamnya melebihi ibu tiri,"

Rachel mendongak menatap Wanda sangsi.

"Siapapun cewek yang kerja dan dateng ke sini, bakal dicap cewek murahan, Wanda. Kalo emang mereka mau hidup seharusnya kerja di tempat yang lebih layak! Bukan di sini, di kelab Sexty dengan mengobral keperawanan mereka secara diskon sama laki-laki yang bahkan bisa aja mati saat bergairah!"

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang