9. Ancaman Martha

58.4K 5.8K 67
                                    

Di hadapan para tamu. Rachel menyembunyikan tawanya, Agra menonton jelas bagaimana Rachel mengerling padanya sekilas seakan memberitahukan bahwa semua ini sengaja. Dengan gusar Agra menerobos kerumunan yang ingin melihat Angel lebih jelas, Agra menyeret Rachel kasar menjauhi keramaian. Beberapa orang menyadari keduanya namun mereka tidak melakukan apa-apa kecuali berbisik ada apa yang sebenarnya terjadi di sini.

Rachel menarik tangannya ketika mereka sudah berada di parkiran. "Biasa aja kali nariknya emang lo kira gue sapi!" sembur Rachel mengelus pergelangan tangannya, memerah.

Sebelum berbalik Agra menghirup napas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya. "Apa mau lo?" tanya Agra tegas tanpa basa-basi.

Rachel bersedekap pongah. "Gue nggak ngerti apa yang lo omongin,"

"Lo tau? Sifat cewek yang paling gue benci di dunia ini adalah cewek yang nggak punya keberanian untuk menyatakan kemarahannya tapi malah jadiin orang lain korban dari emosinya sendiri." tandas Agra menatap Rachel tajam.

Rachel merasa tertohok oleh ucapan Agra. "G-gue tadi cuma bercanda, kok!"

"Bercanda lo nggak lucu,"

"Emang!" sahut Rachel mengangkat dagu.

"Lo sadar perbuatan lo udah kelewatan?" Agra memajukan langkah bersama sorot matanya yang kian mendingin.

Rasanya sudah lama sejak pertama kali Rachel terintimidasi. Kini, setelah Raga yang dulu sempat memberinya tatapan sedingin itu ada orang baru lagi yang melayangkan pandangan tidak bersahabat seperti itu juga.

"Kalo lo nggak cuekin gue, gue nggak akan sengaja dorong Angel," aku Rachel membuat Agra membeku. "Iya, gue sengaja. Biar lo natap gue. Lo pikir nggak kesel dari tadi gue ngomong nggak didenger? Sekarang gue tau kalo lo naksir Angel jadi gue bisa manfaatin dia buat narik perhatian lo."

Sesaat Agra ingin membalas perkataan Rachel yang seolah menyudutkannya suara teman-teman Agra merebak, Rachel lekas meninggalkan tempat sebelum mereka melihatnya berduaan sama Agra.

"Lo pake aja dulu nih bajunya si Rafe," Flavian membuka bagasi mobil mengeluarkan satu buah baju warna merah tua kepada Gara lengkap dengan pakaian dalam serta celananya.

Gara menerima barang tersebut ragu-ragu. "Serius nih gapapa? Kalo Abang lo nyariin gimana?"

"Ya'elah, kaku amat lo sama dia, tinggal bilang aja pakaiannya dipinjem sama lo,"

"Oke. Omong-omong Rafe lengkap juga bawanya."

"Ya lo taulah Rafe atlet renang. Liat sungai ciliwung lagi banjir aja dia suka nggak nahan diri buat terjun makanya dia bawa baju ganti." canda Flavian ditanggapi tawa oleh Gara.

Selang menit berikutnya, Gara pamit berganti baju karena dia sudah kedinginan. Flavian mengiyakannya, dua dari samping mobil yang berjejer rapi Flavian tahu bila sejak tadi Agra berdiam diri di sana tidak keluar sama sekali. Flavian terkekeh duduk di pinggiran bagasi kemudian memanggil Agra.

"Nggak ada yang mau lo ceritain ke gue nih, Gra?"celetuk Flavian menyadarkan Agra jika sahabatnya itu sudah tahu.

Agra keluar, dia berjalan gontai menghampiri Flavian. Lelaki berambut cepak itu melemparkan sekaleng minuman yang langsung sigap ditangkap Agra pakai dua tangan.

Flavian menyesap minumannya sembari menyuruh Agra menempati sebelahnya. "Nggak capek lo diem-dieman sama Gara?" Agra bungkam, usai menduduki diri dia membuka minumannya lantas meneguknya. "Gue kira setahun di Aussie lo bisa lupain Angel dan baikkan sama Abang lo sendiri."

Sebagai sahabat sedari kecil jelas saja Flavian mengetahui apa yang terjadi di antara kedua kakak-beradik tersebut. Flavian juga tahu apa alasan Agra enggan baik pada Gara itu semua karena pengkhianat yang telah Gara berikan padanya hingga menghilangkan kepercayaan Agra terhadapnya.

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang