21. Diakui

46.3K 5K 240
                                    

Usai upacara Rachel sangat mengantuk, dia tidak mendengarkan amanat dengan baik karena memasang earphone kedua telinga. Untung pengawas di belakang barisan tidak memerhatikan jadi Rachel tidak ketahuan. Dia menguap beberapa kali, mengusap matanya. Semalam Rachel tidak bisa terlelap, dia begadang menghabiskan sisa series yang belum sempat dia selesaikan.

Memasuki kelasnya yang ramai, para siswa menyingkir memberi Rachel jalan. Mereka menatap Rachel antara kasihan dan tak acuh, bisik-bisikkan mereka menyadarkan Rachel dari keterantukkannya, dia membuka mata lebar-lebar lantas memekik saat menemukan mejanya berantakan serta penuh debu.

"Ah, shit!" maki Rachel berlari kecil menghampiri tempat belajarnya tersebut, dia mengambil tas yang juga ditaburi pasir kemudian membersihkannya lantas dia memandang seisi kelas berang. "Siapa yang udah ngelakuin ini? Jujur nggak lo semua? Apa yang lo lakuin ini nggak lucu, tai!"

Ketua kelas maju, lelaki berkacamata itu menjilat bibirnya ngeri. "Gue nggak tau, Chel. Seinget gue kelas udah dikunci waktu kita semua ke lapangan,"

"Terus menurut lo ini semua dari mana? Jatuh gitu aja dari langit atau ada setan yang bawa, hah?!" gertak Rachel marah. "Denger ya, kalo emang lo semua ada masalah sama gue, bilang! Buat apa lo kayak gini segala? Buat gue ngerasa terintimidasi? Nyari masalah sama gue? Gue tau nggak ada yang suka sama gue dan gue nggak peduli tapi lo ngerusak daerah ternyaman gue,"

Kamera CCTV mati sejak sebulan lalu, belum dibetulkan oleh pihak sekolah. Jadi mereka tidak bisa mengecek sendiri siapa pelaku dari teror ini. Siswa lain memundurkan langkah, mereka tidak ingin jadi sasaran emosi Rachel lalu terancam akan dikeluarkan kalau ketahuan berurusan dengannya.

Ketua kelas bertugas membuat kelas nyaman maka dari itu berupaya menenangkan Rachel yang berapi-api. "Lo duduk dulu, Chel. Kita bisa omongin ini baik-baik,"

"Mau duduk di mana? Semua tempat gue kotor!" sentak Rachel menunjuk tempat duduknya yang memang dipenuhi noda.

Mau tidak mau ketua kelas terpaksa membicarakannya dalam keadaan suasana kelas masih ricuh bahkan hingga keluar. Dia menelan ludah, membetulkan letak kacamata kemudian menilik satu persatu siswa kelasnya. Tidak ada satu pun dari mereka yang menunjukkan tanda-tanda simpatik dan tahu siapa pelakunya. Memang benar tidak ada yang menyukai Rachel tapi bukan berarti mereka bertindak sejauh ini.

"Gue nggak mau kelas kita dipanggil ke BK hanya karena masalah ini, apalagi kalo wali kelas sampe tau. Kita udah sama-sama dewasa, bener-bener nggak lucu kalo masih ngelakuin hal kekanak-kanakan kayak gini. Jujur aja siapa yang udah naruh debu di meja Rachel?" tanya ketua kelas lantang.

Sontak semuanya menggeleng. Rachel berdecih, percuma saja karena kalaupun memang ternyata pelakunya salah satu dari siswa di kelas mereka takkan main mengaku begitu saja.

Kebetulan Gara melewati kelas Rachel, dia menangkap omongan siswa lain yang berkerumun di depan kelas perempuan itu membicarakan lagi dan lagi Rachel diusili seseorang. Alis Gara naik sebelah, dia mendekat lalu melihat ke dalam kelas. Dia menemukan Rachel berdiri di samping mejanya sambil mengatur deru napas yang memburu. Ketika dia melihat meja dan bangku Rachel kotor kening Gara mengerut. Dia tidak siapa yang sudah mengerjai Rachel tapi yang pasti dengan mengoroti mejanya sama saja membuat perempuan itu tidak bisa belajar.

Lantas Gara kembali ke kelas, dia meminta teman sebangkunya untuk membawakan kursi sementara dia menenteng meja. Beruntung meja sekolahnya terpisah, masing-masing anak dapat satu bukan lagi meja kayu panjang yang digunakan untuk 2 orang. Berat mejanya ringan, terbuat dari plastik berkualitas super bagus berwarna abu-abu dengan biru.

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang