45. Pupus

43.2K 4.3K 1.5K
                                    

Seharian rasanya Fredd akan benar-benar mati kali ini, rasa sakitnya berangsur hilang namun dia yakin pertahanan tubuhnya dan harapan hidupnya kian menipis. Rachel sudah pulang dari 2 jam yang lalu tapi karena Fredd harus mengembalikan staminanya yang terbuang akibat menahan sakit demi menyetir keliling Jakarta mencari Rachel dia mendiamkan perempuan itu dulu. Lagipula Fredd bersyukur karena Rachel pulang dalam keadaan selamat.

Meski lagi dan lagi perempuan itu memutuskan untuk menginap di rumah Tara.

Fredd mengetuk pintu, tak lama pintu putih itu terbuka menampilkan pria dewasa berperawakan tinggi dengan mata elang yang menatapnya heran. Fredd memperkenalkan diri sebagai Ayah Rachel, rupanya pria dewasa yang memakai setelan jas kantor tersebut Ayah Tara. Dia mengizinkan Fredd masuk lalu memanggil Rachel.

Tak lama Rachel datang sendirian tanpa Ayah Tara yang mengikutinya, dia menatap Fredd lelah. Wajahnya teramat datar dan dingin sebelum Fredd membuka suara dia berjalan duluan melewati pria itu mengajak Fredd berbicara di dalam mobil. Dia duduk di bangku penumpang menunggu Fredd yang masih termenung segera masuk.

Begitu Fredd duduk di bangku pengemudi kepala Rachel sontak berpaling ke jendela di sebelahnya. "Buat apa lo cari gue?"

"Rachel..."

"Lo seneng kan sekarang karena gue udah di keluarin dari sekolah?" cecarnya menarik napas. "Lo nggak usah khawatir, setelah ini gue akan berusaha hidup sendiri. Gue cuma numpang sehari lagi di rumah Tara. Lo nggak perlu cari gue ke sana kemari karena gue nggak akan sudi menginjak rumah itu lagi,"

Fredd mencengkram setir mobil melampiaskan kemarahannya, bukan marah mendengar perkataan Rachel tetapi marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melunakkan anak perempuannya.

"Apa saya harus mencelakakan Tara agar kamu kembali?"

"BERHENTI NGANCEM GUE, BRENGSEK!" teriak Rachel kehabisan kesabaran, dia memutar kepalanya memandang Fredd benci. "Dulu lo juga bertingkah begini, lo ancem Gladys sampe dia pindah sekolah. Lo pikir ini lucu? Gue mau hidup kayak anak normal lainnya yang nggak dipenuhi oleh ketakutan karena kemungkinan orang terdekatnya dalam bahaya!"

Gladys. Ah rupanya Rachel masih mengingat itu. Fredd mengembuskan napas dia tidak bisa menceritakan kebenarannya sebab percuma yang Rachel butuhkan adalah meluapkan kemarahan bukan penjelasan. Sekitar setahun lalu, kurang lebihnya awal Rachel masuk SMA. Dia berteman akrab sama Gladys, perempuan cantik bermata sipit.

Mulanya Fredd tidak ada masalah, dia senang karena teman Rachel baik. Tapi semuanya berubah ketika Fredd tanpa sengaja mendengar Gladys berteman sama Rachel hanya untuk memorotinya saat dia berkunjung ke sekolah. Fredd mulai mengancam Rachel akan membuat Gladys pergi kalau tidak pernah menurut, dan sebulan kemudian Gladys pindah, tepatnya dikeluarkan di sekolah setelah ketahuan mengambil barang milik orang lain yang telah direncanakan Fredd untuk menjebaknya.

Katakanlah Fredd licik tapi dia melakukannya demi melindungi Rachel dari orang jahat.

Perlahan sorot mata Rachel berubah jadi terluka. "Udah berapa kali gue bilang kalo gue benci sama lo?" tanya Rachel mengembuskan napas. "Gue tau kalo bokap gue masih hidup dan dia selama ini jadi wali Angel,"

Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi selama ini Fredd bungkam, sengaja agar Rachel tidak tahu namun ternyata anak itu tahu duluan. Dia menyandarkan punggungnya kemudian menatap gerbang rumah Tara yang tertutup.

"Ya, saya tahu itu. Pria yang bertemu dengan saya sewaktu kamu dan Angel terlibat pertengkaran di sekolah. Beliau Ayah tiri Angel," Fredd tidak tahu kapan dia bisa terus hidup di atas kesakitan jadi dia berpikir untuk menceritakan semuanya hari ini pada Rachel mumpung perempuan itu mau mendengarnya. "Kamu tahu apa alasan saya menikahi Diana? Ibumu?" tanya Fredd tidak memandang Rachel sama sekali. "Karena saya kasihan. Diana masih muda ketika ditinggalkan Fredd, tetapi cintanya yang tulus membuat dia tersiksa dan menyedihkan," mendengar penuturan Fredd lantas membuat Rachel marah. "Dan... mungkin ini akan lebih mengejutkan bagimu,"

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang