Pie Cake

2.5K 98 25
                                    

Keesokan harinya. Hari minggu.
"Sayang.. Kamu dimana?"
"Kamu masih perlu nanya"
"Aku kesana sekarang"
"Aku menunggumu"

10 menit kemudian.
"Sayang.. Aku merindukanmu"
"Ayolah, Batz.. Baru semalam aku tidur dipelukanmu yang aku gatau kapan kamu pulang"
"Hahahaha aku pulang jam 12. Tadinya aku mau menemani tidur tapi pasti kamu marah"
"You know me so well, sayang"
"Kamunya aja yang ga peka, Aom Sushar" ucap Batz mencium pipi Aom
"Jangan dibahas lagi" ucap Aom
"Yayaya terserah"
"Ah.. Ini bukan cake kesayanganku" ucap Aom manja di lengan Batz
"Maafkan aku. Kita sarapan dulu ya, abis itu kencan" ucap Batz merangkul pinggang Aom
"Minggu ini mau kencan dimana, cake?"
"Aku padamu, pie"
"Hahaha aku selalu senang dengan panggilanmu" ucap Aom mencium pipi Batz
"Jadi kita mau kemana?"
"Kamu kencan sama Nae kemana?"
"Nonton, sama makan. Kenapa pie?"
"Aku mau juga"
Batz mengangguk
"Sarapan dulu ya. Aku mau makan bubur"
"Iya. Aku ngikut kamu aja"
Batz menggenggam tangan Aom masuk ke mobilnya

Di dalam mobil
"Pie.. Kamu benar gamau di tempatku?"
"Aku gamau ngerusak mood pagi kamu ya, cake"
"Baiklah.. Aku paham"
"Maafkan aku. Maafkan aku yang tidak pernah bisa menerima permintaanmu"
"Kamu pasti sudah hapal jawabanku, pie. Sudahlah. Aku sangat lapar"
"Hooiii.. Bukankah semalam kamu menghabiskan masakanku?"
"Hahaha iya. Tapi kan kamu selalu tau, aku selalu berselera jika itu masakanmu"
"Itulah mengapa aku tidak menerimamu, nanti aku hanya dijadikan rice cookermu"
"Hahahaha bagaimana bisa aku sangat menyayangimu, pie"
"Jelas, aku cantik"
"Hahaha tingkat narsismu sudah overload"
"Hahaha Sudah sampai. Aku pesankan ya" ucap Aom turun dari mobil Batz dan memesan dua mangkuk bubur beserta teh tawar

"Sudah, sayang?" Ucap Batz mencium pucuk kepala Aom
Aom mengangguk
"Cake.."
"Ya.."
"Kamu yakin gamau melepasku?"
"Gak"
"Itu cuma buat kamu tambah sakit"
"..."
"Cake.."
"Heemm.."
"Aku sayang kamu"
"Bahkan aku mencintaimu. Tapi sudahlah, pie. Ini pilihanku. Aku menikmatinya. Tetaplah seperti ini, pacar tanpa statusku"
"Hahahaha apaan itu?"
"Keadaan kita"
"Cake.."
"Iya, aku paham. Sudah ya. Jangan bahas lagi. Sakit? Ga. Aku bahagia bersamamu"
"Maafkan aku, sayang"
"Jangan melepasku"
"Tidak akan. Yuk makan, nti keburu dingin" ucap Batz mencium punggung tangan Aom
Aom mengangguk

Usai makan.
"Kita nonton apa, cake?"
"Kamu mau apa? Horor? Romance? Comedy?"
"Romance aja yuk. Udah lama kita ga nonton"
"Kalo aku khilaf?"
"Semalam juga kamu khilaf"
"Kamu ga nolak"
"Hahaha sudah sana pesan"
"Siap, nyonya" ucap Batz mencium pipi Aom
Aom tersenyum

Di dalam bioskop.
"Tempat favorit, cake?"
"Hanya denganmu"
"Manisnyaaaa" ucap Aom mengusap bibir Batz
Batz tersenyum.

Aom menonton sangat khusuk. Batz terus memainkan jemari Aom di genggamannya dari awal mereka duduk. Batz tidak peduli sama filmnya karena Batz tidak menyukai film Romance 'membosankan' menurut Batz. Hanya demi Aom dia rela menontonnya di hari Minggu.
Setelah sekian lama bosan, Batz menarik dagu Aom dan melumat bibirnya. Aom tersenyum dan membalas ciuman Batz. Lalu Aom melepas ciuman mereka.
"Bentar ya. Lagi seru" ucap Aom mengusap bibir Batz
Batz mengangguk. Kini ia telah memeluk Aom dari samping, wajahnya ia tenggelamkan di leher Aom. Aom mendekatkan dirinya ke tubuh Batz. Ia tahu Batz sangat bosan. Batz mencium lambat pundak dan leher Aom.
"Masih lama?" Ucap Batz
"Sebentar lagi, sayang"
Batz mengangguk.
"Cake.."
Batz menegakkan duduknya, tersenyum dan mulai melumat bibir bawah Aom. Aom membalas ciuman Batz dengan lembut. Mereka terus berciuman hingga film habis. Aom melepas ciuman mereka tepat saat lampu bioskop menyala.
"Terima kasih, pie" ucap Batz mencium kilat bibir Aom
Aom mengangguk dan mengusap bibir Batz dengan ibu jarinya.

"Mau kemana setelah ini, pie?"
"Mau es krim"
"Hahahaha apakah bibirku kurang manis sehingga kamu masih menginginkan es krim?"
"Selalu manis, hangat dan lembut. Tapi aku pengen rasa coklat"
"Hahaha baiklah. Kita berangkat. Eh.. Kemana ya, pie?"
"Hahahahahahaha kamu selalu nge-hang kalo abis ciuman sama aku"
"Aku bingung"
"Iya.. Kita ke taman bermain aja yuk"
"Oke. Lanjuuuuttt"

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang