Awal Mula

1.4K 69 11
                                    

Waktu terus berlalu. Tak terasa sudah enam bulan berlalu semenjak kepergian Aom. Selama itu pula Batz menjalani hidupnya dengan imajinasinya dan Nae dengan setia memperhatikan bahkan menemani Batz menceritakan kesehariannya.

Sampai tiba suatu hari.
"Hentikan, Batz! Cukup! Aom sudah tiada! Dia sudah meninggal! Kamu harus sadar! Ini kenyataannya! Dia sudah meninggalkan kita!" bentak Mamah Batz saat Batz ingin pergi menjemput Aom dan mengantarkannya kerja.

*deg*

Tas kantor Batz jatuh. Ia diam mencerna kalimat Mamahnya. Ia mematung. Nae berdiri menghampiri Batz, ia memegang tangan Batz. Batz menghempas tangan Nae kasar dan berlalu ke kamarnya. Batz diam, ia memperhatikan makam Aom di tamannya. Lalu ia mengganti pakaiannya dan turun hendak pergi.

"Kamu mau kemana?" tanya Nae lembut yang menghentikan Batz berjalan. Namun Batz hanya diam dan berlalu. Nae mengikuti Batz ke garasi. Batz menaiki motor ninjanya. Nae kaget. Batz tidak pernah menggunakan motor itu meski motor itu selalu di rawat dan dibersihkan.
"Kamu mau kemana?" tanya Nae gusar. Batz hanya diam.
"Hati-hati" ucap Nae pasrah. Batz sempat melihat Nae sebelum melajukan motornya dengan kebut.

Nae sangat khawatir. Nae menyerahkan kerjaannya pada Darin. Pikirannya sedang kacau. Sementara pekerjaan Batz di ambil alih oleh Mamah dan di bantu Papah.

Malam harinya pukul 1 am, terdengar suara motor Batz. Nae lega dan berjalan untuk menyambut Batz. Namun kelegaannya berubah menjadi kepanikan.
"Ka..mu.. Ke..na..pa?" tanya Nae sangat kaget melihat wajah Batz yang babak belur. Batz menatap Nae kemudian berjalan melewati Nae menuju kamar. Nae sempat diam kemudian berlari mengikuti Batz ke kamarnya.

"Batz.." ucap Nae menghentikan Batz yang akan membuka kamarnya.
"Tidurlah" ucap Batz tanpa menatap Nae dan menutup pintu kamarnya.
Nae menghela napas berat. Nae turun dan masuk ke kamarnya.

Nae mengirimkan chat ke Batz.
-kamu kenapa?- nae
-ada apa?- nae
-mengapa wajahmu seperti itu?- nae
-aku ke kamarmu ya- nae
-batz.. Aku obati ya- nae
-itu harus segera diobati- nae
-tidurlah- batz

Nae menghela napas. Bagimanapun juga, Nae sangat khawatir. Ia tidak bisa tidur sepanjang malam. Pukul 5 am, akhirnya Nae tertidur karena sangat ngantuk. Lalu Nae kebangun pukul 8 am.
"Pagi, Mah.." ucap Nae menghampiri Mamah yang sudah di meja makan
"Pagi, sayang. Kamu sangat lelah ya?" ucap Mamah melihat Nae yang baru bangun.
"Mamah gatau apa-apa? Ah.. Biarkan saja. Aku gamau Mamah tambah khawatir" batin Nae
"Iya, Mah. Batz mana mah?" tanya Nae
"Gatau, Nae. Mamah belum liat. Mamah mau ke kantor, Mamah titip Batz ya" ucap Mamah
"Iya, Mah" ucap Nae mengangguk.

Setelah Mamah pergi, Nae mandi dan bergegas ke kamar Batz.
"Tidak dikunci" gumam Nae setelah membuka pintu kamar Batz
"Batz.." panggil Nae namun tidak ada jawaban. Nae mencari ke seluruh penjuru kamar. Kosong. Nae pergi ke garasi. Kosong. Tidak ada motor Batz. Nae mengacak rambutnya frustasi. Bahkan Nae tidak tau kapan Batz pergi apalagi mencari kemana Batz pergi. Orang yang sangat mengetahui Batz sudah tiada. Tak ada informasi yang didapatkannya. Nae sudah bertanya pada Air, selaku asisten, yang merupakan orang yang paling dekat dengan Batz di kantor. Namun hasilnya sama. Nihil. Menurut Air, hanya Aom yang sangat mengetahui Batz. Batz dulu pernah seperti ini, namun dengan cepat, Aom membalikkan keadaan Batz seperti semula. Ya, hanya Aom. Dan mereka tidak ada yang diperbolehkan tau caranya oleh Batz. Dan sekarang informan telah tiada. Mereka hanya bisa pasrah.

Dua bulan berlalu.
setiap harinya, Batz selalu pergi lebih pagi dan pulang larut. Namun Nae selalu menunggu Batz pulang. Setiap harinya, tubuh Batz makin tidak karuan. Wajahnya penuh luka dan lebam. Dan Batz tidak pernah menghiraukan pedulinya Nae. Kata yang terucap untuk Nae adalah 'tidurlah'. Semua chat Nae hanya dibaca.

Satu bulan berlalu.
Malam ini, Batz dipapah oleh Ninew.
"Batz.." ucap Nae khawatir saat Ninew membuka pintu taxi.
"Aku tunggu di kamar" ucap Ninew. Nae mengangguk dan menyiapkan air hangat serta P3K.

Nae masuk ke kamar Batz, terlihat Ninew sedang mendudukan Batz.
"Tidurkan saja" ucap Nae dengan wajah penuh kekhawatiran
"Duduk" ucap Batz datar
"Tidur!" bentak Nae emosi.
Ninew dan Batz langsung diam melihat Nae yang sedang mempersiapkan handuk untuk Batz. Ninew melihat ke Batz dan Batz mengangguk. Ninew membantu Batz untuk merubah posisinya.

Nae membersihkan wajah Batz, beberapa diberi NaCl, rivanol dan betadine.
"Aw.. Pelan-pelan" ucap Batz meringis
"Bisa sampe hancur gini, cuma dibersihin aja meringis" cibir Nae.
"God.. Udah begini aja masih keliatan cantik. Kenapa aku baru sadar" batin Nae.

Batz memanyunkan bibirnya yang langsung diberi tekanan sedikit keras oleh Nae menggunakan kapas.
"Aw.. Hih.. Perih tau" ucap Batz
"Berisik! Ini ujung bibirmu berdarah. Udah deh diem aja, jagoan!" ucap Nae kesal.
"Astagaaaa.. Bibirnya.. Like a cherry. Seandainya.. Ah.. Mikir apa kamu Nae" batin Nae yang masih fokus dengan ujung bibir Batz.

Ninew hanya tertawa mendengar Nae bicara seperti itu.
"Diamlah, Nin. Lo juga berisik! Mandi sana!" tegas Nae yang dibalas anggukan oleh Ninew dan langsung keluar kamar Batz.
"Huh.. Untung ada Ninew. Kalo ga, makin ketauan deh gugup gue" batin Nae lagi.

"Kamu mau apa?" tanya Batz bingung saat Nae akan membuka bajunya.
"Mengobatimu" ucap Nae datar
"Kan udah" ucap Batz menatap Nae. Nae balas menatap Batz tajam membuat Batz diam dan tak berkutik. Nae membuka baju Batz.
"Oh God.. Mulus, putih, bersih. Meski penuh luka, tetap terlihat sangat menggoda. Damn! Mengapa dia bisa semenggoda ini dan gw baru sadar. Oh no.. Jangan mikir macem-macem, Nae" batin Nae.

Dibersihkannya badan Batz dan diobati. Begitu banyak memar disekujur tubuh Batz.
"Buka celanamu" ucap Nae
"Hah?" tanya Batz kaget. Nae menutupi bagian bawah Batz dengan selimut. Batz mengangguk dan membuka celananya dan meninggalkan dalamannya. Bagian atas Batz juga hanya tertinggal sport bra nya karena badannya masih dipenuhi obat yang baru Nae oleskan.

Lalu Nae membersihkan kaki Batz. Hanya sebatas setengah paha ke bawah dan mengobati beberapa memar di kaki tersebut.
"Shit! Kakinya sangat jenjang, putih dan mulus. No! Berpikir jernihlah! Tapi memang sangat menggoda. Damn! Gak gak. Berhenti berpikir seperti itu" batin Nae kalut.

"Tunggu disini. Aku kebawah bentar. Jangan tidur!" ucap Nae mengultimatum. Batz hanya mengangguk takut melihat tatapan tajam Nae.

Nae keluar kamar Batz dan menuju dapur.
"Astagaaaa.. Apa yang tadi aku pikirkan? Mengapa aku segugup itu? Tapi tadi dia sadar ga ya dengan kegugupanku? Haduh.. Nae.. Betapa bodohnya kamu. Yatapi kan wajahnya memang cantik. Dan bibirnya sangat pink. Belum lagi tubuhnya yanga sangat.... Menggoda. Haish.. Mikir apa kamu, Nae" batin Nae tersenyum mengingat kejadian yang baru saja ia alami.

"Ngapa lo senyum-senyum?" tanya Ninew curiga
"Ini.. Gw lagi masak bubur, rasanya aneh" ucap Nae berusaha tenang.
"Gw ke atas duluan" ucap Nae lagi dan dijawab anggukan oleh Ninew.

"Good girl. Sekarang makanlah" ucap Nae senang Batz mengikuti perintahnya.
"Aku gamau" ucap Batz datar
"Makan!" tegas Nae

*glek*

"Sini" ucap Batz meminta makanannya yang dibalas senyum manis dari Nae.
"Ga usah senyum kaya gitu. Bikin ga nafsu makan" ucap Batz
"Haih... Udah sakit masih aja tuh mulut ngeselin" ucap Nae kesal
"Berisik" ucap Batz yang sudah memakan habis buburnya.
"Lo laper?" tanya Nae dan dibalas gelengan oleh Batz
"Itu" ucap Nae menunjuk mangkok buburnya yang sudah bersih.
"Biar cepet" ucap Batz datar
"Hahahahaha laper mah laper aja. Alibiiii" ucap Nae tertawa dan memberikan Batz minum laly obatnya.
"Terserah" ucap Batz santai
"Minum obatnya lalu tidurlah" ucap Nae perhatian. Batz menatap mata Nae yang sedang memgeluarkan obatnya. Saat Nae menatap balik, Batz membuang muka.

"Maafkan aku" batin Batz lalu ia mengambil obat dari tangan Nae dan meminumnya. Lalu dengan bantuan Nae, Batz merebahkan dirinya untuk tidur dan Nae duduk di samping kasur Batz menemani.
"Terima kasih" ucap Batz dan tersenyum. Nae mengangguk dan membalas senyum Batz.

The ChoiceWhere stories live. Discover now