Kamulah Bahagiaku

2.2K 72 58
                                    

Keesokan harinya.

*tok tok tok*

Nae yang sudah bangun, langsung memakai pakaian dalam yang berserakan, celana dan juga kemeja Batz yang tergantung. Sambil memastikan matanya terbuka sempurna, Nae membuka pintu.

Setelah merasa nyawanya terkumpul semua, Nae mengerjabkan matanya beberapa kali.
"Ma..mah.." Ucap Nae gugup. Mamah tersenyum setelah tadi memandangi penampilan Nae dan juga tanda di leher Nae.

Nae langsung menunduk dan menggaruk kepalanya yang tentu saja tidak gatal.

"Ga usah malu. Gpp. Batz masih tidur?" Tanya Mamah masih tersenyum melihat Nae yang masih malu.
"Iya, Mah" jawab Nae malu.
"Tadinya Mamah kira Batz mau ke kantor, tapi kok belum turun. Kalo begini ya gpp. Kalian ga usah ke kantor dulu aja" ucap Mamah mengelus rambut Nae.
"Makasih ya, Mah" jawab Nae masih malu.
"Udah ah jangan malu gitu. Oh iya, kalau kalian mau keluar, pakai foundation untuk lehermu ya. Mamah ke kantor dulu" Mamah terkekeh dan meninggalkan Nae yang masih bingung.

Setelah Mamah turun dari tangga, Nae baru sadar. Nae menutup pintu dan berjalan ke arah meja rias.
"Batz.. Kenapa sebanyak ini? Bukan cuma merah lagi" gerutu Nae. Sedangkan sang pelaku masih asik tidur tengkurap.

Nae langsung masuk ke kamar mandi. Saat membuka baju, Nae lebih kaget lagi.
"Astagaaaa... Mengapa sebanyak ini?? Kapan dia melakukannya?" Nae terus mengomel di kamar mandi hingga ia memutuskan untuk berendam air panas.

Usai mandi, Nae merapihkan kamarnya yang berantakan. Ia berniat untuk membuat sarapan terlebih dahulu baru mengurusi lehernya.

Nae membuat pancake yang ia baluri selai strawberry dan juga susu coklat serta salad buah untuk sarapan mereka.

Nae membawa makanannya ke kamar. Ia melihat Batz masih tertidur sangat pulas.

"Batz.. Sayang.. Bangun yuk. Sarapan dulu" Nae menggoyangkan lengan Batz.

Batz membuka matanya dan tersenyum menatap Nae yang sudah tersenyum di depannya.

"Aku cuci muka dulu ya" jawab Batz yang diberi anggukan oleh Nae.

Usai cuci muka, Batz duduk dengan menyandarkan badannya di kepala ranjang dan Nae duduk di depannya.

"Kenapa ga di bawah aja?" Tanya Batz.
"Kelamaan. Keburu dingin" ucap Nae yang dijawab anggukan oleh Batz.

Mereka sarapan bersama pagi itu dan dilanjutkan dengan bersantai di rumah.

Dua bulan kemudian.
Semakin hari, BatzNae semakin mesra. Mereka juga tidak malu untuk mengumbar kemesraan mereka di depan umum.

Nae sangat senang karena benar saja, Batz akan menunjukkan sikap kasih dan manjanya apabila ia telah nyaman. Dan Nae sudah membuktikannya yang berarti bahwa Batz sudah sangat nyaman bersama Nae.

Batz sangatlah sibuk. Namun ia tidak pernah lupa untuk menghampiri Aom tiap harinya.

Meski hatinya sudah memilih Nae, Aom tetap tidak terganti. Batz berulang kali meminta maaf dan berterima kasih soal Aom le Nae. Dan berulang kali juga Nae menjelaskan kalau Aom bukanlah orang yang pantas untuk ia gantikan.

Memberi kebahagiaan untuk Batz adalah pencapaian tertinggi bagi Nae. Tak ada cemburu untuk Aom. Tanpa Aom, semuanya tidak akan seperti ini. Tentu saja ini rencana Tuhan, tapi Aom lah perantaranya. Dan Nae meyakini, siapapun pasti tidak akan bisa menggantikan Aom. Bukan hanya untuk Batz tapi juga untuk semuanya.

Satu bulan berlalu.
Di depan makam Aom.
"Sayang.. Aku mau punya anak" ucap Batz menatap Nae.
Nae yang sedang menatap makam Aom langsung menatap Batz.
"Kamu serius??" Tanya Nae dan dijawab anggukan mantap oleh Batz.

Nae tersenyum dan ikut mengangguk.
"Terima kasih, sayang" jawab Batz mencium bibir Nae. Mereka saling cium dan saling enggan melepaskan. Sampai akhirnya Nae melepaskan ciumannya.

"Tapi aku ada permintaan" ucap Nae sambil mengusap bibir Batz.
"Apa?" Tanya Batz.
"Aku mau menamakannya Aom Sushar" ucap Nae tersenyum.
"Sayang..." Ucap Batz bingung dengan permintaan Nae.

"Kita semua sangat menyayanginya, sayang. Dan aku harap, kehadirannya nanti akan membawa kebahagiaan seperti apa yang sudah Aom berikan pada kita semua" jawab Nae sambil tersenyum.
"Aku tahu maksudmu, sayang. Apa kamu yakin?" Tanya Batz.
"Aku sudah memikirkannya matang-matang. Kamu bisa memanggilnya Pie. Ya, hanya kamu. Kami, seluruh keluarga dan sahabat, akan memanggilnya Little, karna Aom tetaplah seorang Aom. Little Aom bukankah sangat lucu?" Tanya Nae mengelus pipi Batz.
"Hanya aku? Little?" Tanya Batz mengulang penjelasan Nae yang sudah sangat jelas.

"Iya, sayang. Pie adalah panggilan khususmu untuk Aom. Dan itu berlaku untuk Little. Hanya kamu yang boleh memanggilnya seperti itu. Dia akan menjadi Little Pie mu. Dan aku akan mengajarinya memanggil Aom dengan sebutan Bunda. Mamah untukmu, dan Mami untukku. Bagaimana?" Tanya Nae menatap mata Batz yang sudah berkaca-kaca.

"Terima kasih, sayang. Terima kasih. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Aku sangat mencintaimu. Terima kasih sudah memikirkan kebahagiaanku. Terima kasih atas segalanya" Batz memeluk Nae erat dan menciumi kepalanya berkali-kali.

"Kamulah bahagiaku, Batz. Akan aku lakukan apapun agar aku bahagia. Dan itu adalah membuatmu bahagia" ucap Nae mantap.

Batz mencium kening Nae lama.
"Kamulah bahagiaku, Nae. Terima kasih telah menghantarkan bahagiaku. Maaf soal Aom. Kamu dan Aom tetap yang teratas. Kamu harus tau itu" ucap Batz menatap mata Nae dan kembali mencium kening Nae.
"Aku paham, sayang. Bukan hanya sekedar tahu" ucap Nae menutup matanya merasakan kasih sayang Batz.

Dan sore ini, mereka berangkat ke rumah sakit untuk menjalankan proses inseminasi.

The ChoiceWhere stories live. Discover now