Menggila

1.6K 70 46
                                    

Satu bulan setelah kejadian di restoran, Nae selalu pulang telat. Usai makan malam, Nae baru sampai di rumah.

"Belum tidur?" tanya Nae melihat Batz yang masih nonton tv di ruang keluarga. Batz hanya menoleh sekilas ke Nae lalu kembali menonton tv. Nae yang merasa diacuhkan, berjalan ke arah kamarnya.
"Darimana?" tanya Batz datar dengan masih menatap tv.
"Makan malam" ucap Nae santai dan memilih ke dapur untuk mengambil minum.
"Sama siapa?" tanya Batz dan masih asik dengan tv nya.
"Ped. Kenapa?" tanya Nae dan duduk di samping Batz.
"Makan malam sampe jam 10?" tanya Batz lagi
"Gak. Sampe jam 8 tapi kami jalan-jalan dulu. Kamu tadi langsung pulang?" tanya Nae
"Kamu suka Ped?" tanya Batz dan mengacuhkan pertanyaan Nae
"Kamu cemburu?" goda Nae menatap Batz
"Omong kosong macam apa itu. Apakah kamu mau banget aku cemburui?" tanya Batz menatap Nae seolah mengejek
"Ya, aku suka Ped. Kenapa?" tanya Nae ingin melihat ekspresi Batz
"Baguslah. Jangan terlalu berharap padaku" ucap Batz santai namun tidak dengan Nae. Nae terkejut.
"Apa ini artinya Batz memberi lampu merah?" batin Nae
"Sial! Apa yang tadi aku ucapkan? Bukan itu maksudku. Aarrggghhh" batin Batz kesal

"Aku tidur duluan. Jangan begadang" ucap Batz menaruh remot dan berjalan ke arah kamarnya sementara Nae menghela napas kasar.

"Aku dan Ped hanya teman. Tidak lebih. Sesungguhnya aku telah menaruh hati padamu, Batz. Tapi mengapa sesakit ini?" gumam Nae menatap nanar pintu kamar Batz.

Semenjak malam itu, selama satu bulan, hubungan BatzNae merenggang. Tak ada lagi curhat malam hari. Chat/telpon hanya sebatas keluarga dan pekerjaan.

Sampai pada suatu malam.
"Kok baru pulang?' tanya Nae  melihat Batz membuka pintu.
"Bukan urusanmu" ucap Batz acuh dan membanting tubuhnya di sofa samping Nae.
"Kamu mabuk?" tanya Nae mencium bau alkohol dari tubuh Batz. Batz menatap Nae tajam, terdapat amarah dan kesepian di matanya. Tangan Batz mengepal namun Batz langsung menghela napas kasar.
"Aku mau tidur" ucap Batz meninggalkan Nae menuju kamarnya.

"Astagaaaa apalagi yang dia lakukan?" batin Nae menatap punggung Batz yang menghilang di balik pintu kamarnya.

Selama satu bulan, Batz kembali 'menggila' tanpa ada yang tau alasannya. Hingga akhirnya emosi Nae meradang dan memutuskan untuk berbicara dengan Batz.

Malam hari.
"Minum lagi?" tanya Nae saat Batz sudah duduk di sampingnya.
"Bukan urusanmu" ucap Batz datar
"Jelas urusanku. Aku istrimu. Tiap malam, rumah ini bau alkohol. Kelakuanmu menggila lagi. Kamu kenapa?" tanya Nae
"Apa pedulimu?" tanya Batz menatap dingin mata Nae yang membuat Nae diam menatap mata Batz yang dipenuhi amarah namun ada kehampaan disana.
"Aku menyayangimu" jawab Nae yang tidak mengalihkan pandangannya dari mata Batz
"Hahahaha berapa banyak orang yang sudah kamu obral kasih sayangmu?" tanya Batz meledek
"Apa maksudmu?" tanya Nae bingung
"Sudahlah. Urus saja kerjaan dan pacarmu" ucap Batz meninggalkan Nae dengan kebingungan menuju kamarnya.

Saat Batz menutup pintu kamarnya, Nae baru sadar akan ucapan Batz sebelumnya.
"Pacar?? Aku kan ga ada pacar. Apa Ped yang dia maksud? Kalau begitu.. Apa dia cemburu? Ah, masa iya karna cemburu dia sampai menggila lagi? Tapi apa ini artinya? Aku ga bisa kegeeran sih. Tapi kalo bener, aku seneng. Akhirnya perasaanku terbalas. Aku harus cerita sama Darin besok" batin Nae tersenyum dan masuk ke kamarnya.

Sementara di kamar Batz.
"Astagaaaa Batz. Apa yang tadi lo omongin. Kenapa bisa kelepasan gitu? Tapi ya gw kesel aja sama yg namanya Ped. Siapa pula lelaki kemaren sore itu? Gw harus nyari tau. Eh.. Tapi.. Buat apa? Emang apa urusan gw kalo Nae sama dia? Yatapi gw ga suka! Apa gw mulai ngijinin dia masuk ke hati gw ya? Gak. Gak. Gak. Kebawa suasana aja ini. Eh tapi kan? Bodo ah.. Ngeselin banget sih. Masa iya gw menggila karna hal ini doang? Nae.. Nae.." batin Batz menggerutu dari kamar mandi hingga sekarang ia sudah berada di atas kasur.

"Huaaaa.. Terserahlah. Gw mau tidur aja" ucap Batz setelah tadi sempat sedikit berteriak meluapkan kekesalannya.

Sementara di kamar Nae.
"Bener ga sih dia kesel sama aku karna Ped? Tapi siapa lagi yang akan di duga pacar? Kan akhir-akhir ini aku hanya dekat dengan Ped. Hahaha lucu sekali kalo harapanku adalah kenyataan. Selamat malam, Batz" gumam Nae tersenyum, mematikan lampu di kamarnya dan tertidur.

The ChoiceOnde histórias criam vida. Descubra agora