Senyum Tipis

1.4K 71 5
                                    

Keesokan harinya.
Nae sudah di dapur untuk membuat sarapan. Tak lama Batz sudah di depan kulkas.
"Astagaaaa Batz! Kaya hantu sih" ucap Nae kaget.
"Lebay" ucap Batz datar dan mengambil susu lalu duduk di meja makan.
"Makanlah" ucap Nae menaruh nasi goreng di depan Batz
"Thanks" ucap Batz dan dijawab anggukan oleh Nae

"Gw nya mana?" tanya Ninew dan duduk di depan Nae
"Di dapur masi ada sepiring. Takut lo lama jadi ga gw taro di piring dulu" ucap Nae
Ninew berjalan ke dapur, mengambil nasi goreng lalu kembali duduk.

"Mamah mana?" tanya Batz
"Udah pergi tadi" ucap Nae
"Lo gimana?" tanya Ninew
"Gw mau ketemu Bang Jon" ucap Batz
"Aku ikut" ucap Nae
"Ga" ucap Batz datar
"Kenapa?" tanya Nae
"Ga penting" jawab Batz
"Kalo gitu kamu ga usah pergi, kan ga penting" ucap Nae
"Terserah. Gw duluan" ucap Batz berdiri usai menghabiskan makanannya dan berjalan ke kamarnya.

Nae menghela napas.
"Gw juga mau pergi ya. Ada janji sama Mean" ucap Ninew yang dijawab anggukan oleh Nae.

Akhirnya Nae memutuskan untuk ke kantor.

Di kantor.
"Ada apa, Rene?" tanya Darin saat melihat wajah Nae yang ditekuk
"Batz.." ucap Nae
"Ada apa dengan Batz?" tanya Darin
Nae menjelaskan semuanya yang mendapat respon kaget dari Darin.
"Jadi gimana?" tanya Nae
"Buat dia jatuh cinta ke kamu" jawab Darin
"Hah?? Kamu gila?" tanya Nae
"Kamu punya pilihan solusi lain?" tanya Darin balik. Nae menggeleng, karna dia juga tidak tahu harus apa. Makanya dia cerita ke Darin.
"Itu solusiku. Pilihannya, buat dia jatuh cinta atau biarkan dia pada pilihannya" ucap Darin menskak Nae.
"Bagaimana caranya? Sementara Aom terpatri sangat dalam dihatinya" ucap Nae pesimis.
"Kamu ga akan pernah bisa menggantikan Aom dihatinya. Jangan pernah berpikir untuk menghapus Aom. Usahamu akan sia-sia. Rebut hangatnya. Dia membuka hatinya aja udah bagus. Setidaknya buat dia mengikhlaskan Aom" ucap Darin
"Caranya?" tanya Nae makin pesimis
"Jadi dirimu sendiri. Kamu punya rasa ke dia?" tanya Darin
"Gatau. Belum ngerasain lagi" ucap Nae pasrah
"Nanti kamu rasain dulu. Kalo ternyata ada, kamu bisa lebih mudah. Kalo ga ada, jadikan sahabat" ucap Darin memberi pendapat dan dijawab anggukan oleh Nae.

Malam hari, Nae sampai di rumah dan sudah ada Batz di ruang tengah.
"Kok baru pulang?" tanya Batz. "Abis jalan sama Darin? Kok udah pulang?" tanya Nae balik. "Daritadi siang. Bosen. Masi males ngantor" ucap Batz santai. "Abis ngapain?" tanya Nae yang sudah duduk di samping Batz. "Ngambil motor aja" ucap Batz datar.

"Kenapa harus nyiksa diri sih?" tanya Nae fan mengambil pizza di atas meja di depannya. "Bukan urusanmu" ucap Batz datar. "Urusanku lah. Aku istrimu. Keadaanmu ga karuan. Kan aku juga yang repot" ucap Nae yang langsung ia sesali. Batz menatap Nae dan meninggalkan Nae ke kamarnya.

"Bodohnya kamu, Nae. Gimana mau balikin dia. Padahal tadi bukan mau ngomong gitu lah" batin Nae menyesal.

Di kamar Batz.
"Segitu merepotkannya ya?" ucap Batz memandangi wajah lebamnya di depan kaca.

Sementara di ruang tengah.
"Ah sudahlah. Pizza nya enak" ucap Nae menghabiskan pizza yang ada lalu masuk ke kamarnya.

Keesokan harinya, Batz sudah siap mau ke kantor.
"Mau ngantor?" tanya Nae di meja makan yang sudah melihat Batz duduk di meja makan juga. Batz hanya mengangguk menanggapi. "Dengan muka berantakan gitu?" tanya Nae lagi yang mendapat anggukan dari Batz. "Pake foundation, setidaknya menyamarkan. Punya?" tanya Nae dan Batz hanya menggeleng. "Tunggu" ucap Nae lagi dan lagi-lagi Batz hanya mengangguk.

Nae berdiri dan berjalan ke kamarnya. Tak lama kemudian, Nae keluar dengan membawa peralatannya. "Sini" ucap Nae menarik kursi ke samping Batz, menarik wajah Batz agar menghadapnya dan memakaikan foundation ke wajah Batz untuk menyamarkan lebam yang ada. "Kampret! Deket banget gini wajahnya, aduh.. Jantung gw kenapa lagi. Semoga dia ga denger" batin Nae dan tetap berusaha tenang.

"Selesai. Setidaknya ga berantakan bangetlah wajahmu" ucap Nae tersenyum melihat hasil karyanya. "Cantik" ucap Batz tanpa sadar. "Bodoh. Ngomong apa lo barusan, Batz. Hadeeehhh.. Tapi emang cantik kok" batin Batz. "Apa?" tanya Nae. "Yaudah awas. Makasi" ucap Batz kembali dingin. "Hmm" ucap Nae dan berjalan ke kamarnya.

"Bareng aja" ucap Batz saat melihat Nae sudah keluar dari kamarnya. "Naek motor? Ogah" ucap Nae memakai sepatunya. "Gak. Naek mobil. Aku yang antar" ucap Batz dan dijawab anggukan oleh Nae.

Sebulan berlalu. Nae makin mengakrabkan diri dengan Batz. Batz masih dingin namun terkadang ia memberi sedikit perhatiannya ke Nae. Seperti saat ini.
"Dimana?" tanya Nae ke Batz via telpon.
"Rumah. Kenapa?" tanya Batz malas.
"Ujan. Ga ada taxi. Darin udah pulang" ucap Nae bingung.
"Kenapa ga pulang dari tadi?" tanya Batz datar. "Tadi masih ada kerjaan. Ga bisa ditinggal. Deadlinenya malam ini. Gimana dong?" tanya Nae mulai cemas. "Ga ada orang disana?" tanya Batz. "Ada satpam doang. Tapi ga bisa ninggalin kantor" ucap Nae khawatir. "Ya cari caralah. Suruh siapa nyari masalah" ucap Batz ketus. "Aku ga sadar kalo udah malam. Aku bingung. Kamu dimana?" ucap Nae dengan suara bergetar.

"Ga usah nangis" ucap Batz tetap datar. "Aku takut" ucap Nae telah duduk berlutut dan mulai menangis. "Bangunlah" ucap Batz lembut. Nae mendongakan wajahnya dan mendapati Batz telah di depannya. Nae langsung berdiri dan menghamburkan badannya untuk memeluk Batz. Batz membalas pelukan Nae. "Yuk pulang" ucap Batz mematikan sambungannya dan menarik tangan Nae menuju mobilnya.

Sesampainya di mobil.
"Kamu langsung jalan ya pas aku nelpon?" tanya Nae saat mobil mereka sudah berjalan. Batz hanya diam. "Makasi ya, Batz. Kenapa ga telponnya dimatiin aja?" tanya nae lagi. "Kalo aku matiin, nanti kamu makin ngerasa sepi dan panik" ucap Batz santai dan tetap fokus pada jalanan. Tak terasa, Nae tersenyum mendengar jawaban Batz. "Makasi ya, Batz" ucap Nae tersenyum tulus menatap Batz. Batz menoleh ke Nae sambil tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Edaaaann.. Senyumnyaaaa" batin Nae senang.
Nae memberanikan diri menggenggam tangan Batz. Batz hanya diam membiarkan namun tanpa terlihat oleh Nae, terdapat senyuman tipis yang terukir di wajah manis Batz.

The ChoiceWhere stories live. Discover now