Bukan Wakil Tuhan

1.4K 60 22
                                    

"Batz.." ucap Darin memanggil Batz dengan takut. Batz hanya menatap dingin ke arah Darin.
"Kenapa kalian menyembunyikan semuanya?" tanya Darin lagi
"Gw juga ga ngerti bidadari ini hatinya terbuat dari apa" ucap Batz mencium pelipis Aom.
"Cake.." ucap Aom menatap mata Batz
"Bicaralah" ucap Batz menatap balik mata Aom

"Sudah kamu ceritakan semua. Apalagi?" tanya Aom yang kini menatap DarinNinew dengan tatapan tajamnya.
DarinNinew makin tercekat melihat tatapan Aom.
"Buset nih orang berdua, tatapannya harus banget pada membunuh gitu ya?" batin Darin seret menelan air liurnya

"Aom.. Gw.. minta.. maaf.." ucap Darin terbata
"Gw maafkan" ucap Aom datar
"Kenapa lo sebaik ini?" tanya Darin sangat menyesal
"Gw bukan wakil Tuhan yang berhak menghakimi sesama" ucap Aom datar dan mendapat kecupan dari Batz di pelipisnya.
Darin tersenyum sumringah.
"Gw sekarang tau kenapa semua orang suka sama lo. Maaf atas semuanya. Gw bener-bener nyesel" ucap Darin menatap mata Aom
"Segampang itu? Maaf? Setelah semuanya? Orang baik memang akan selalu ada jalan penolongnya. Dan gw merasa beruntung selalu ada tepat waktu sebelum semua kepicikan lo terjadi ke Aom. Gw ga pernah kebayang kalo sampe gw telat hanya satu menit. Dan lo sekarang dengan mudahnya hanya minta maaf?" ucap Batz sinis
"Cake.. Aku sudah memaafkannya. Sudahlah" ucap Aom mencium pipi Batz
"Ini yang aku tidak suka darimu. Terlalu baik, terlalu berpikir positif" ucap Batz menghela napas.
Aom menarik tangan kiri Batz yang berada dipundaknya untuk merangkul pinggangnya.
"Aku hanya bisa melakukan itu. Merasa bersih adalah pikiran picik seorang pecundang bukan?" ucap Aom menatap lekat wajah Batz. Batz menghela napas dan mengangguk. Aom tersenyum dan mengusap lembut pipi Batz.

"Sudahlah. Aku hanya minta satu dari kalian. Darin, lepaskan Nae. Berikan penjelasan sayangmu sebatas sahabat, tidak akan pernah bisa lebih. Ninew, berhenti memanfaatkan kesepian orang untuk meramaikan kemauanmu. Lepaskan Nae kalau kamu tidak bisa" ucap Aom tegas
DarinNinew mengangguk setuju.
"Terima kasih" ucap Aom dan semua mengangguk.

"Sejak kapan kamu merokok?" tanya Batz menatap Aom
"Mampus gue" gumam Aom yang dapat didengar semua.
"Emh.. Aom.. Batz.. Sebagai permintaan maaf, gw mau traktir kalian makan siang. Makan sore sih sebenernya. Gw sama Ninew ke resto duluan ya. Kalian nyusul" ucap Darin dan Ninew menahan tawa melihat tatapan mengancam Aom.
"Awas kalian ya" ucap Aom tanpa suara.

"Oke. Nanti kami menyusul" ucap Batz datar menatap DarinNinew

DarinNinew pergi dan meninggalkan AomBatz di ruangan Aom.
"Hai, cake" ucap Aom canggung
"Sejak kapan kamu merokok?" tanya Batz datar
"Baru tadi" jawab Aom santai
"Aku tidak sebodoh itu, genius diva! Ga mungkin orang yang baru merokok dapat menghisap seprofesional itu" ucap Batz menatap mata Aom
"Dari SD. Berenti saat ketemu kamu. Namun masih aku hisap saat stres" jelas Aom
"Berapa banyak?" tanya Batz
"Paling banyak sehari lima bungkus" ucap Aom santai
"Lima bungkus?? Kamu isep rokok apa makan permen??" tanya Batz dengan nada meninggi
"Isep rokok berasa makan permen. Kayaknya baru isep, udah abis aja" ucap Aom mengambil minumannya
"Kapan?" tanya Batz
"SMA. Setelah itu ga banyak. Apalagi saat aku kerja. Paling banyak cuma lima batang sehari" ucap Aom
"Boleh aku minta kamu untuk berhenti?" tanya Batz memohon
"Boleh. Akan aku coba" ucap Aom tersenyum
"Kamu dapet uang darimana beli rokok?" tanya Batz penasaran
"Manfaatkan teman yang ada" ucap Aom santai. Batz tertawa mendengar jawaban Aom dan Aom tersenyum mendengar tawa Batz.

"Yuk susul mereka. Aku lapar" ucap Aom. Batz mengangguk dan mengulurkan tangannya. Aom menyambut uluran tangan Batz lalu mereka keluar dari ruangan Aom.

"Jason.. Maaf membuatmu kerja lebih. Ruangan Aom berantakan, tolong bersihkan ya. Ntar gw transfer" ucap Batz ke Jason yang sedang meracik minuman
"Siap! Thanks bray" ucap Jason yang dijawab anggukan oleh Batz.

Di resto.
"Udah urusan rumah tangganya?" tanya Ninew ke Aom. Aom hanya menatap kesal ke arah Ninew maupun Darin. Sementara Batz mulai tidak peduli mereka sedang dimana, ia sedang menyibukkan dirinya ke Aom seperti biasa.
"Hih.. Biasa deh. Kalo udah sama Aom pasti lupa ada orang laen" gerutu Darin
"Berisik" ucap Batz menciumi pundak Aom. Aom hanya tersenyum sambil mengusap tangan Batz yang melingkar di perutnya.

Hari ini merupakan hari baru bagi kedamaian mereka berempat. Mereka makan sore dan berbincang. Malam ini, semua akan diluruskan. Harus. Secepatnya. Agar tak ada lagi hati dengan luka yang tertahan.

The ChoiceOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz