Mencoba Membuka

1.5K 72 9
                                    

Sore hari, Batz pulang kerumahnya setelah sebelumnya mampir ke taman hiburan hanya untuk main bianglala di waktu senja.

Sesampainya di rumah, Batz melihat Nae sedang di dapur. Batz langsung duduk di ruang tengah dan menonton televisi. Tak lama kemudian, Nae duduk di samping Batz dan memberikan mangkok berisi es krim coklat untuk Batz.

Batz menoleh ke Nae, melihat mangkok tersebut lalu tersenyum menatap Nae.

"Selamat ulang tahun, Batz. Selalu bahagia ya" ucap Nae tersenyum menatap Batz. Batz membalas senyuman Nae dengan senyum manisnya.

"Makasih ya, Nae. Kok tulisannya irit banget? Pake e**sia ya? Perkarakter?" canda Batz yang menadapat tawa dari Nae.
"Hahaha kan mangkoknya juga kecil, ya secukupnya aja" ucap Nae menanggapi.

Nae memberikan Batz semangkuk es krim coklat dengan tulisan 'hbd batz' yang dibuat dengan selai strawberry. Serta emot senyum di bawahnya.

Lalu Batz dan Nae memakan es krim tersebut sambil berbincang. Batz juga menceritakan kalau dia sudah mengikhlaskan Aom. Dia bercerita tentang apa yang telah dia dan Aom lakukan di ulang tahunnya di tahun kemarin, kecuali malam panasnya. apa kado dan kejutannya dan apa yang menjadi kebiasaan mereka. Nae mendengarkan dengan seksama dan antusias. Terkadang Nae merespon dengan memberikan beberapa komen.

Namun ternyata tidak dengan hatinya. Nae merasa sedikit sesak.
"Ada apa denganku? Aku senang Batz mulai membagi ceritanya padaku. Tapi kenapa aku sesak saat dia dengan bahagianya menceritakan hidupnya dengan Aom? Apakah aku cemburu? Ah.. Kalaupun aku cemburu, harusnya tidak dengan Aom. Aku harus mengubur cemburuku pada Aom. Tidak boleh. Itu hanya sia-sia seperti ucapan Darin" batin Nae yang wajahnya mendengarkan Batz seksama namun pikirannya kemana-mana.

"Hahahaha begitulah, Nae. Kamu maukan membantuku mengingatkanku kalau aku di luar batas saat aku merindukan Aom?" tanya Batz
"Akan aku usahakan, Batz. Bukalah hatimu agar aku bisa lebih mudah" ucap Nae tersenyum menatap Batz yang dijawab anggukan oleh Batz.

"Baiklah. Kita tidur yuk. Sudah larut" ucap Nae dan mengambil mangkok yang sudah bersih.
"Iya. Tidur yang nyenyak, Nae" ucap Batz dan dibalas senyuman oleh Nae.

Empat bulan setelah ulang tahun Batz, sikap Batz kembali hangat, tentunya dengan bantuan Nae, Darin, Ninew, Mean dan keluarga mereka semua. Batz juga mulai membuka hatinya. Batz mulai merasa nyaman dengan perhatian-perhatian Nae.

-makan malam dengan yang laen yuk- Nae
-ok. Aku jemput kamu nanti- Batz

Pulang kantor.
"Udah lama?" tanya Nae menghampiri Batz di parkiran
"Ga kok. Yuk" ucap Batz membukakan pintu mobilnya untuk Nae lalu Batz masuk ke kursi pengemudi

Di resto.
"Hai.. Maaf ya telat. Macet" ucap Nae ke para sahabatnya.
"Santai.. Kami juga baru sampai kok" jawab Darin tersenyum menyambut BatzNae. BatzNae duduk sampingan dan berhadapan dengan Darin dan Ninew.

Saat mereka sedang asik berbincang, ada seseorang yang menepuk pundak Nae.
"Nae.." ucap seseorang tersebut memastikan.
"Ped.." ucap Nae namun terdengar seperti pertanyaan untuk memastikan
"Iya, aku Ped" ucap orang tersebut tersenyum
"Hey apa kabar?" tanya Nae berdiri dan memeluk lelaki tersebut
"Baik. Kamu gimana?" tanya Ped membalas pelukan Nae
"Seperti yang kamu lihat, aku baik juga" ucap Nae
"Boleh aku gabung?" tanya Ped menatap Nae. Nae menatap Batz dan yang lainnya dan mendapat anggukan sebagai jawaban.
"Ya tentu saja. Ayo duduk" ucap Nae menarik kursi disampingnya. Ped langsung duduk dan tersenyum ke semuanya.

"Ped, ini Batz.. Darin.. Ninew" ucap Nae memperkenalkan.
"Salam kenal, saya Ped, teman SMP Nae" ucap Ped ramah dan dibalas senyuman serta anggukan dari semuanya.

Lalu mereka semua berbincang, Nae juga bernostalgia bersama Ped dan terlihat beberapa kali memegang lengan Ped di atas meja makan. Tak jarang juga Nae memukul lengan Ped apabila menceritakan kenakalannya dulu.

"Apa-apaan dia ini? Manja sekali. Pake pegang-pegang tangan" batin Batz saat Nae tertawa dan memegang tangan Ped
"Genit banget sih pake mukul-mukul manja gitu. Ekspresinya juga kenapa harus sok imut gitu" batin Batz memperhatikan ekspresi dan kelakuan Nae terhadap Ped
"Wah.. Dia bisa tertawa sangat lepas seperti itu.. Eh, ya ga usah genggam tangan juga bisa kali" batin Batz kali ini saat mendengar obrolan Nae mengerjai teman sekelasnya.
"Huh.. Kenapa dinisi gerah sekali ya. Panaaasss.. Apa AC nya ga idup?" batin Batz melihat hp nya untuk mengalihkan pandangannya yang membuatnya semakin gerah.

"Aku ke toilet dulu" ucap Batz tetiba entah pada siapa dan langsung berdiri. Semua yang ada di meja menatap heran dengan sikap Batz barusan dan langsung mengangguk.

Usai Nae mengangguk, Nae kembali berbincang dengan Ped.
"Panas" gumam Batz dan langsung mendapat tatapan bingung dari semuanya.
"Kenapa, Batz?" tanya Nae menoleh ke arah Batz. Batz menggeleng dan berjalan menuju toilet.

"Tadi Batz ngomong apa ya?" tanya Darin. Semua menggeleng menandakan tidak mendengar.
"Panas. Tapi kenapa?" batin Nae bingung. Lalu Nae kembali berbincang dengan Ped dan yang lainnya, namun ia masih mengingat ucapan Batz yang membuatnya bingung.
"Kan ada AC, di luar juga sejuk. Kok panas?" batin Nae bingung.

Sesampainya di kamar mandi, Batz membasuh wajahnya dan mencuci tangannya. Lalu mengeringkannya.
"Hah.. Gerah" ucap Batz mengipaskan tangan ke depan wajahnya. Batz menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar.
"Ada apa ini? Kenapa panas? Apakah ini? Ah.. Tidak. Tidak. Tapi... Ah, sudahlah" batin Batz dan kembali mengatur napasnya lalu menatap wajahnya di kaca toilet.

"Kok Batz lama ya?" tanya Nae kepada yang lainnya.
"Rame mungkin" jawab Darin dan dijawab anggukan dari yang lainnya.

Saat Nae ingin menyusul Batz, Nae melihat Batz keluar dari toilet. Tanpa disadari, ada lengkungan tipis tertarik ke atas di wajah Nae saat menatap Batz yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Maaf ya lama" ucap Batz berusaha bersikap tenang
"Ga kok. Santai aja" jawab Darin. Nae menatap Batz namun Batz tidak sedikitpun menoleh ke arah Nae.

Batz tau Nae memperhatikannya namun ia mengacuhkannya. Saat Nae sudah mengalihkan pandangannya, Batz sempat melirik Nae melalui ekor matanya dan tanpa sadar, Batz tersenyum tipis.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang