Momentum

1.8K 86 42
                                    

Hari pertunangan.
"Kamu dimana, Pie?" tanya Batz via telpon
"Dibelakangmu"
Batz berbalik dan mendapatkan Aom sedang menatapnya dengan senyuman.
Batz menghela napas dan langsung memeluk Aom.
"Jangan membuatku ingin mati. Aku kira kamu tidak akan datang" ucap Batz memeluk Aom sangat erat dan menangis
"Jangan menangis, sayang" ucap Aom
"Aku menginginkan bersamamu"
"Pasangkan liontin ini di tanganku" ucap Aom
Batz memundurkan wajahnya dan menatap mata Aom. Aom mengangguk. Batz membuka kalung Aom, melepaskan liontinnya dan menatap Aom. Aom kembali mengangguk dengan senyum manisnya.
"Aku nya?" tanya Batz
Aom mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Batz menutup mulutnya.
"Cake Pie?" ucap Batz
Aom mengangguk
"Pasangkanlah. Di sebelah kanan" ucap Aom
Batz mengangguk. Batz memasangkan cincinnya di jemari manis tangan kanan Aom.
"Kamu milikku selamanya" ucap Batz
Aom tersenyum dan melakukan hal yang sama.
"Kamu milikku selamanya" ucap Aom setelah memasangkan Batz cincin di jemari manis tangan kanannya
"Terima kasih, sayang" ucap Batz
Aom mengangguk
Batz mencium Aom, dengan tangisan dan penuh cinta. Aom melepasnya, mengecup singkat san mengusap bibir Batz. Batz mencium kening Aom lama. Menumpahkan segala cinta dan sayangnya. Aom menutup matanya. Lalu Batz melepasnya.
"Terima kasih, sayang. Terima kasih banyak" ucap Batz
"Apapun untukmu. Sudah ya, jangan menangis lagi. Jangan takut lagi. Aku sudah milikmu. Sekarang keluar yuk, bentar lagi acara pertunangannya dimulai"
"Iya, sayang. Aku sangat bahagia. Kamu mau ikut melihat?"
"Gatau, sayang. Kalo aku ga ada gpp ya. Kayaknya aku belum siap dimadu dalam waktu kurang dari sejam"
"Hahahaha maafkan aku"
"Udah deh. Kamu mau aku putuskan dalam waktu 5 menit?"
"Mana bisa? Kamu udah jadi milikku selamanya kok"
"Hahaha yuk keluar. Ga enak, Papah tadi sudah melihatku. Aku sama Mamah ya"
"Kamu udah ketemu Mamah?"
"Udah makan bareng malah"
"Apa respon Mamah?"
"Aku tetap mantu harapannya"
"Hahaha bilang aja udah jadi" bisik Batz
Aom mencubit pinggang Batz. Batz hanya tersenyum.

Mereka lalu keluar, Batz duduk bersama Papah di kursi pertunangannya. Sedangkan Aom sudah duduk bersama Mamah sambil memakan buah.
"Kalian bagaimana?" tanya Mamah
"Seperti yang dulu, Mah. Masih sesuai perjanjian"
"Ini yang Mamah ga suka. Maafkan Papah dan Batz ya, nak"
"Gpp, Mah. Aku mengerti"

Acara pertunangan dimulai. Aom berdiri di samping Darin dan Mamah.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Aom
"Sedih. Mengapa harus dijodohkan. Kamu?" ucap Darin
"Sakit"
"Oh ya, Kenalkan, ini Mario, pacarku"
"Aom.."
"Mario.."

Acara pertunangan selesai. Dilanjutkan makan malam dan perbincangan keluarga tentang pernikahan.
Aom sedang di taman menelpon seseorang.
"Iya. Datang sekarang aja" ucap Aom
"Siapa, sayang?" ucap Batz memeluk Aom dari belakang
"Ninew"
"Menjemputmu?"
Aom mengangguk
"Mau kemana?"
"Rapat sama boss. Mau buka cabang"
Batz mengangguk
"Lepaskan. Ga enak. Kamu baru tunangan"
"Kenapa? Toh keluarga besarku sudah tau kita"
"Ada keluarga besar Nae. Ga enak, sayang. Tolong aku. Kamu mau mereka mikir aku macem-macem?"
"Siapa yang berani?"
"Batz!"
"Ya, baiklah" ucap Batz melepas pelukannya.
"Maafkan aku. Tolong pahami posisiku di mata keluarga besar Nae. Kalau hanya di keluarga besarmu, aku tidak masalah"
"Iya. Maafkan aku"
"Sudah ya. Aku mau minum dulu"
"Aku ambilkan"
"Ga usah. Tuh kamu dipanggil Mamah"
Batz menoleh dan mendapatkan Mamahnya sedang tersenyum menatapnya.
"Ikut yuk" ucap Batz
Aom mengangguk sesudah mengambil minum

"Aku kangen" ucap Batz memeluk Mamah
"Apalagi Mamah, sayang"
Aom hanya tersenyum melihat pemandangan haru di depannya. Mamah melepas pelukan mereka dan merangkul pinggang Aom.
"Jadi kalian bagaimana?" tanya Mamah
"Mamah pasti tau jawabannya" ucap Batz
Mamah tersenyum.
"Maafkan Mamah"
"Ga ada yang perlu dimaafkan, Mah. Ini pilihan kita semua" ucap Batz
Aom mengangguk

"Aku kebelakang dulu ya, Mah" ucap Aom
Mamah mengangguk. Aom menatap Batz, Batz mengangguk.

Saat Aom kebelakang, Aom dikejutkan dengan pemandangan di depannya. Aom terus memperhatikannya. Lalu Aom melihat ke arah lebih depan. Aom menghela napas. Aom terus memperhatikan dan mengambil posisi aman. Aom melihat dan mendengarkan semuanya. Aom sempat geram namun untuk saat ini, ia hanya bisa memperhatikan.

"Kamu ngapain, sayang?" tanya Batz
"Kamu diem atau pergi"
"Woh.. Ada apa ini?"
"Berisik!"
Batz langsung diam dan mengikuti arah tatapan Aom. Batz diam ikut memperhatikan.

"Udah yuk" ucap Batz mengajak Aom berdiri dan pindah
"Ga ah. Aku mau disini aja. Aku malah berniat mau keluar. Nyari angin. Sesak"
"Pie.."
"Tinggalkan aku sendiri"
"Aku temani"
Aom mengangguk
AomBatz duduk di taman, Aom menyandarkan kepalanya di pundak Batz.
"Makin rumit" ucap Aom
"Kita bisa apa?" tanya Batz
"Belum bisa apa-apa. Aku sudah dapat melihat jelas bagaimana kusutnya benang kita"
"..."
"Tetaplah disampingku"
"Selamanya. Itu janji kita"
Aom mengangguk
Mereka cukup lama dalam posisi itu.

"Batz.."
AomBatz menoleh.
"Ya, Mah?" ucap Batz
"Pada mau pulang" ucap Mamah
Batz mengangguk

Setelah berpamitan, kini hanya tinggal keluarga Batz.
"Aku pamit juga ya" ucap Aom
Batz mengangguk
"Chat aku kalau sudah sampai" ucap Batz
Aom mengangguk

Aom pamit ke keluarga besar Batz. Semua orang di keluarga Batz memberi semangat ke Aom.
"Sabar ya, nak... Ada kami.. Kamu sudah menjadi keluarga kami.." ucap keluarga besar Batz

"See? Kamu sudah jadi keluarga. Ga perlu diperjelas" ucap Batz
Aom mengangguk
"Jangan terlalu dipikirkan. Nanti kita hadapi sama-sama. Aku akan selalu bersamamu"
Aom hanya mengangguk
"Aku pamit" ucap Aom
Batz mengangguk dan mencium kening Aom

Aom pulang bersama Ninew. Sepanjang jalan, mereka hanya diam, sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Selama menuju pernikahan, AomBatz masih tetap mesra namun lebih menjaga bila di tempat umum. Tapi tidak dengan Nae yang menjadi sedikit pendiam.

Satu bulan kemudian.
Hari pernikahan.

Di kamar Batz, Aom masuk dan melihat Batz sedang melamun di pinggir kasurnya menatap cincin mereka. Aom mendekat dan berdiri di depan Batz. Merasa ada orang di depannya, Batz menengadahkan wajahnya.
"Pie.."
"Sudah ya.. Kamu sudah banyak menangis dalam seminggu ini. Aku melepasmu menikah dengannya. Bukankah itu tidak masalah, kan kita udah terikat di hari pertunanganmu. Ingat janji kita kan? Aku sudah menjadi milikmu selamanya"
Batz mengangguk
"Kamu benar. Maafkan aku yang hampir mengacaukan semuanya?"
"Kamu mau apa?"
"Aku tadi ingin pergi mengajakmu"
"Kamu tau kan resikonya. Hidupku, hidupmu, hubungan kita tidak akan aman"
"Iya. Mengapa kamu selalu datang di waktu yang tepat? Aku sangat bahagia memilikimu. Maafkan aku hampir menyusahkan hidupmu. Terima kasih, sayang. Aku sangat mencintaimu"
"Iya. Sudah ya. Aku ke bawah duluan. Mamah butuh teman"
"Kamu gamau nyium aku dulu?" tanya Batz
"Aku pake lipstik Mamah, ga matte. Nanti berantakan. Lipstikku gatau dimana"
"Tuh, di mejaku. Sisa kemaren"
"Astagaaaa aku nyariin udah ngebongkar lemari loh"
"Kamu ga nanya"
"Aku lupa"
"Yaudah. Berarti sekarang bisa dong" ucap Batz yang sudah menghapus lipstik Aom
"Seenaknya" ucap Aom cemberut
Batz hanya tersenyum. Belum lama mereka berciuman, pintu kamar Batz diketuk.
"Hih.. Ganggu deh" ucap Batz kesal
Aom mencium kilat bibir Batz
"Sudah yaa. aku ke kamar mandimu dulu. Kamu keluarlah" ucap Aom
Batz mengangguk dan membuka pintu
"Hih.. Mamah" ucap Batz kesal
"Loh kok kesal gitu?" tanya Mamah
"Tau ah" ucap Batz langsung keluar kamar
Mamah bingung melihat Batz turun.
"Oooohhh.." ucap Mamah melihat Aom yang baru keluar dari kamar mandi
"Eh.. Mamah. Kenapa, Mah?" tanya Ao
"Tadi Batz kesal pas tau Mamah yang ngetuk. Mamah kira ada apa, ternyata ada kamu di kamar. Pantas dia kesel. Ganggu momen kalian" ucap Mamah
"Hahaha masih saja seperti itu. Biarin aja, Mah. Aku bersyukur, kalo ga pasti masih lama dia mintanya"
"Hahaha selalu seperti itu dia mah saat bersamamu. Yuk ke bawah" ucap Mamah.
Aom mengangguk

Acara pernikahan berlangsung khidmat. Usai mengucap janji, pasangan diperbolehkan berciuman namun Batz hanya mencium kening Nae. Keluarga besar Batz diam-diam melirik Aom, Aom memberikan senyum termanisnya menandakan dia baik-baik saja.

Acara resepsi berlangsung meriah hingga malam. Saat malam hari semua berbincang hingga larut. Lalu mereka masuk ke kamar masing-masing.

Keesokan harinya, kamar pengantin tidak ada penghuninya. Aom tidur dipelukan Batz sedangkan Nae tidur dipelukan Darin di kamar tamu masing-masing.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang