Tjurhat

1.5K 64 4
                                    

Usai kencan, NaeBatz pulang ke rumah Batz. Sementara AomDarinNinew pulang ke rumah masing-masing.

Saat Batz memasukkan mobilnya, Nae baru diantar pulang oleh Darin.
"Makasi ya buat hari ini. Maafkan aku" ucap Nae mengelus pipi Darin. Darin mengangguk dan mencium kening Nae.

Nae masuk gerbang dan menunggu Batz turun dari mobil.
"Loh, baru pulang juga?" tanya Batz
"Iya. Kamu juga?" tanya Nae ke Batz. Batz mengangguk dan membuka pintu.

Mereka masuk ke dalam rumah. Lalu Batz naik ke tangga, namun langkahnya terhenti oleh panggilan Nae.
"Batz.." panggil Nae. Batz membalikan badannya untuk melihat Nae.
"Ya, ada apa?" tanya Batz menghentkan langkahnya.
"Kamu sudah ngantuk?" tanya Nae sambil memainkan ujung bajunya.
"Belum. Aku mau mandi dulu. Kenapa?" tanya Batz menatap Nae dari tangga.
"Bisa temani aku malam ini mengobrol di taman?" tanya Nae hati-hati.
"Oke. Aku mandi dulu. Kamu juga mandilah dulu" ucap Batz tersenyum.
"Terima kasih ya, Batz" ucap Nae senang. Batz hanya mengangguk dan berlalu ke kamarnya untuk mandi.

Usai mandi, Nae menyediakan minum dan makanan ringan di taman. Ia ingin bercerita pada Batz. Ia sudah menganggap Batz sebagai sahabatnya. Sementara Batz sedang menelpon Aom.
"Pie.. Kamu tidur ya. Besok aku jemput" ucap Batz via telpon
"Iya. Kamu juga. Malam, sayang" jawab Aom.
"Iya, sayang. Malam" ucap Batz mematikan telponnya dan mencas hp nya lalu turun menemui Nae di taman.

Di taman.
"Maaf ya lama. Aku abis telpon Aom dulu" ucap Batz melihat Nae yang sudah duduk di kursi santai di taman rumah Batz.
"Iya. Gpp. Santai aja. Aku juga baru duduk kok" ucap Nae tersenyum. Batz mengangguk dan duduk disamping Nae.

"Ada apa, Nae? Tumben banget ngajak ngobrol gini?" tanya Batz mulai memakan makanan yang disediakan oleh Nae.
"Hahahaha iya ya. Ya gpp sih. Aku hanya ingin bercerita. Kamu mau dengerin ceritaku ga? Ga perlu ngasi solusi juga gpp. Cukup dengerin aja. Mau ya" ucap Nae memasang wajah puppy face nya.
"Hahahahahaha iya iya baiklah. Kamu bisa cerita kapanpun kamu mau. Aku siap mendengarkan" ucap Batz tersenyum dan mengacak rambut Nae. Nae tertunduk malu. Nae selalu salting apabila ada yang mengacak rambutnya.

"Aku bingung, Batz" ucap Nae memulai ceritanya.
Batz memiringkan badannya menghadap Nae dan dengan serius mendengarkan.
"Aku harus apa? Aku menyayangi Aom dan aku tahu Aom sangat mencintaimu. Aku mencintai Darin dan Darin mencintai Mario. Aku nyaman sama Ninew tapi aku belum tau siapa dia. Aku selalu salting saat dengannya dan Darin selalu cemburu melihatku seperti itu. Dia memberiku pilihan tapi dia tidak melepaskan. Aaaarrrrggghhh.. Apa aku sama kamu saja? Kan kamu pasangan sahku" ucap Nae menatap mata Batz
"Eh.. Aku kan ada Aom" ucap Batz kikuk saat Nae tiba-tiba menatapnya.

"Hah.. Iya. Kamu dan Aom sepertinya tidak bisa diganggu. Tapi aku bingung. Tadi aku jalan sama Darin dan Ninew dan aku berasa jalan sama pacar dan selingkuhan sekaligus. Kebayang ga, Batz?" tanya Nae dengan muka cemberut yang terlihat menggemaskan.
"Hahahahahahahaha kamu rakus banget sih. Semua diembat. Itu hati apa terminal, semua bisa masuk?" ledek Batz tertawa puas
"Ih.. Malah diketawain. Aku juga gatau. Eh tapi kan aku berhak dong selektif memilih pasangan hidupku" ucap Nae membela diri
"Berhak. Sangat berhak malah. Tapi kan jangan sekaligus. Jangan pake jalan tol lah. Repot" ucap Batz menjelaskan dengan perumpamaan.
"Jadi aku harus gimana dong?" tanya Nae bingung
"Tanya hati kecilmu" ucap Batz
"Aku ingin menikahi Aom aja boleh? Aku rasa aku akan bahagia bila bersamanya" ucap Nae memandang ribuan bintang di langit sambil tersenyum.
"Kamu bosan hidup, huh?" tanya Batz kesal
"Apakah kamu bahagia bersama Aom?" tanya Nae tetap memandang langit
"Sangat" ucap Batz tersenyum mengingat Aom.

Nae menggigil. Batz menoleh ke arah Nae dan berdiri lalu mendekat.
"Geser" ucap Batz datar. Nae menggeser posisinya lalu Batz tiduran disamping Nae.
"Mau apa?" tanya Nae bingung.
"Angkat palamu" ucap Batz tidak menjawab pertanyaan Nae. Nae mengangkat kepalanya, sementara Batz meluruska tangan kanannya.
"Taruhlah kepalamu di tanganku" ucap Batz. Nae bingung dan hanya menatap Batz.
"Kamu ga keberatan?" tanya Nae.
"Cepatlah, sebelum aku berubah pikiran" ucap Batz datar.

Nae menaruh kepalanya di tangan kanan Batz, tangan kanan Batz merangkul pundak Nae. Lalu tangan kiri Batz mengenggam tangan kanan Nae dan menaruhnya di atas perut untuk memeluk tubuh Batz sementara tangan kiri Batz mengelus lengan kanan Nae. Nae hanya diam dan kaget melihat setiap pergerakan Batz.
"Mengapa ia sangat manis? Pantas saja Aom sangat mencintainya" batin Nae.
"Jangan mikir macem-macem. Aku tahu kamu kedinginan dan kamu masih ingin bercerita disini. Aku biasa seperti ini dengan Aom saat salah satu diantara kami kedinginan. Menghangatkan lebih dekat. Sudah lebih hangat?" tanya Batz menjelaskan semua maksud dari sikapnya
"Oh.. Eh.. Iya. Jauh lebih hangat" ucap Nae mencoba menyamankan dirinya dipelukan Batz. Batz tersenyum.

"Kamu seperti ini saat bersama Aom?" tanya Nae menatap Batz. Batz mengerutkan dahinya menandakan ia tidak mengerti pertanyaan Nae.
"Kamu selalu bersikap manis seperti ini saat bersama Aom?" tanya Nae menjelaskan pertanyaannya.

Batz mengangguk.
"Kami selalu melakukan hal-hal kecil yang menurut orang sangat manis. Tapi kami tidak merasa seperti itu. Kami hanya selalu mencurahkan sayang kami di tiap perkataan dan perlakuan kami. Jadi itulah hasilnya" ucap Batz menjelaskan
"Mengapa kamu sangat mencintai Aom?" tanya Nae
"Mengapa kamu menyayanginya?" Batz bertanya balik dan mengeratkan pelukan mereka karna udara malam yang semakin dingin.

"Saat pertama kali mengenalnya, aku tertarik untuk lebih dekat dengannya. Saat sudah dekat dengannya, tidak ada alasan untuk aku tidak menyayanginya" jelas Nae
"Gotcha! Begitulah aku. Aku tidak mempunyai alasan mengapa aku mencintainya dan aku sangat tidak mempunyai alasan untuk tidak mencintainya" ucap Batz tersenyum membayangkan Aom

"Kalau saja hatinya belum memilihmu, pasti aku akan mengajakmu bersaing secara sehat" ucap Nae menatap Batz dan Batz mengangguk setuju.

"Terus sekarang aku bagaimana?" tanya Nae menatap Batz. Batz yang merasa diperhatikan juga melihat ke arah Nae. Tatapan mereka bertemu.
Deg!
"Astagaaa kenapa tatapannya begitu? Dan ini kenapa? Kenapa hatiku? Aaarrggghhh kumohon hati. Jangan tambah bikin rumit" batin Nae yang merasakan ada yang aneh dengan perasaannya saat menatap mata Batz.

Batz sempat terpaku melihat tatapan Nae namun ia tersadar dengan degupan jantung Nae yang sangat kencang.
"Dia kenapa? Jangan! Kumohon jangan mempunyai perasaan itu padaku. Aku tidak mau menyakitimu" batin Batz

"Nae.." bentak Batz
"Eh.. Iya.. Jangan dibentak juga, Batz" ucap Nae salting
"Aku udah manggil kamu lima kali tapi kamu diem aja" ucap Batz mengontrol sikapnya agar Nae tidak salah sangka.

"Hah? Lima kali??" ucap Nae mengerjap cepat tak percaya. Batz hanya mengangguk menanggapi.
"Maafkan aku" ucap Nae menunduk.

"Sudahlah. Lupakan. Jadi kamu gimana?" tanya Batz mengelus rambut Nae dengan tangan kanannya.
"Aku gatau, Batz. Aku bingung. Mungkin aku akan memilih Ninew" ucap Nae pasrah.
"Kamu yakin? Kamu bahkan belum tau dia. Jangan sembarang. Hatimu kalau sakit akan susah untuk diobati" ucap Batz mengingatkan.

Nae menghela napas berat.
"Batz, boleh aku meminta sesuatu?" tanya Nae. Batz hanya diam menunggu kelanjutan omongan Nae. Namun Nae tak kunjung berbicara. Batz menatap mata Nae yang sedang menatapnya.

*cup*

Nae mencium bibir Batz. Hanya diam tanpa dimainkan. Batz sempat terdiam di awal namun akhirnya sadar dan berusaha mendorong badan Nae. Namun Nae mengangkat sedikit tubuhnya sehingga bibirnya tepat di atas bibir Batz. Batz hanya diam. Nae sempat menatap mata Batz lalu ia menutup matanya. Secara perlahan, ia menghisap bibir bawah Batz. Batz hanya diam membiarkan Nae bermain sendirian dengan bibirnya. Nae menangis. Batz mengingat Aom.
"Maafkan aku, Pie. Aku janji hanya dia" batin Batz.
Merasa Batz hanya diam, Nae melanjutkan mengeksplor bibir atas Batz. Tiap inchi bibir atas dan bibir bawah Batz tak luput dari permainan ciuman Nae namun Batz tetap diam tak membalas.

Setelah cukup lama, Nae melepas ciumannya dan mencium kilat bibir Batz.
"Maafkan aku, Batz" ucap Nae menunduk dan bangun lalu duduk.
Batz menghela napas.
"Sudahlah. Aku memaafkanmu. Sekarang kita tidur yuk. Sudah larut" ucap Batz ikut duduk dan merangkul pundak Nae memastikan ia memaafkan Nae.

Nae menatap Batz yang dibalas anggukan dan senyuman oleh Batz.
"Terima kasih, Batz" ucap Nae tulus.
"Iya, sama-sama" ucap Batz mengangguk, tersenyum dan mengacak rambut Nae lalu mengulurkan tangannya untuk bangun.
Nae menyambut uluran tangan Batz dan mereka masuk ke kamar masing-masing.

The ChoiceWhere stories live. Discover now