Bantu Aku

1.7K 77 137
                                    

Maaf kalo sebelumnya ada yang pernah baca ff lainnya dan merasa ini mirip. Gw gatau. Soalnya gw ga bacain ff orang, bukan maksud sombong, cuma ya ga sempet 😁. Kalopun gw baca ff laen ya karena emang ada rekomen dari readers. Hehehe
Jujur, ini emang ada sedikit pengalaman pribadi. Apabila ada kesamaan cerita, gw minta maaf ya 😊

Dan inilah jawaban dari cinta butanya Nae. Enjoy reading 😊

-----

Saat sore hari, Nae sudah mandi dan bersiap. Lalu Nae berjalan ke garasi untuk mengambil sepedah dan melihat motor Batz.

Nae terdiam.
Diam.
Cukup lama.
Sangat lama.

"Shit!" Umpat Nae menyadari kebodohannya yang lain. Nae berjalan dengan cepat ke arah kamar Batz dan menggedornya dengan cepat dan kuat.

"Apaan sih?" Batz bertanya dengan wajah polos tanpa dosanya. Batz tidak menyadari Nae yang sudah sangat marah bahkan murka.

"KAMU SENGAJA MENGERJAIKU YA? KAMU BOHONG WAKTU BILANG GA BISA BAWA MOTOR. PADAHAL KAMU GILA-GILAAN BAWA MOTOR GEDEMU ITU! AKU UDAH KAYA ORANG BODOH DORONG TUH MOTOR TAPI KAMU.... ARRRRGGGHHH! ARE YOU HUMAN, PHICHYAPHAKH BATZ??!!" Nae membentak Batz dengan sangat murka.

Batz tersenyum tipis, memegang kedua pipi Nae dan mencium singkat bibir Nae.

"Udah marahnya? Kan tadi aku udah bilang kalo ga usah kamu dorong. Tapi kamu ngotot mau dorong. Berkali-kali aku bujuk kamu tapi kamu tetep keukeuh ngedorong juga. Bukan salahku dong? Udahlah, kamu udah siap juga kan? Kita pergi sekarang yuk" Batz mencium kening Nae yang masih mematung lalu mengunci kamarnya dan menarik tangan Nae untuk menunggunya di depan rumah karena Batz akan mengeluarkan sepedah terlebih dahulu.

"Ah, Shit! Iya juga. Hih.. Nae.. Kenapa lo selalu jadi bodoh kalo di depan dia! Dan tadi itu apa? Manis. Ah.. Dia menciumku" wajah Nae merona mengingat kecupan singkat yang diberikan oleh Batz.

"Jadi ga?" Batz memotong lamunan Nae dengan ucapannya. Nae yang salah tingkah langsung berjalan ke arah Batz. Nae duduk di belakang dan memegang bagian belakang sepedah.

"Pegang pinggangku aja. Mumpung lagi gratis" canda Batz yang sudah siap mengayuh sepedahnya.

Perlahan, Nae mulai memegang pinggang Batz dan Batz mulai mengayuh sepedahnya menuju taman.

Sesampainya di taman.

"Jaga sepedahnya" Batz berjalan menjauh meninggalkan Nae di kursi dan sepedah yang ditaruh di samping kursi mereka.

"Seenaknya! Selalu ninggalin meski belum dikasih jawaban" gumam Nae yang sudah meluruskan kakinya.

"Ambillah" Batz memberikan es krim coklat kepada Nae dari belakang. Setelah Nae mengambil es tersebut, Batz duduk di samping Nae, meluruskan kakinya dan memakan es krimnya.

"Makasih ya, Batz" ucap Nae dengan wajah merona. Hari ini, entah sudah berapa kali Batz membuat wajahnya merona.

"Kamu memang sebodoh itu ya? Kok bisa dipercaya mimpin perusahaan sih?" Batz tertawa di sela ia memakan es krimnya.

"Aku tuh ga sebodoh itu ya. Aku cuma...."
"Mampus aja kalo gw bilang karena cinta membutakan segalanya" batin Nae yang langsung membuatnya menghentikan ucapannya sendiri.

"Cuma apa? Makanya jangan terus-terusan natap aku. Orang-orang yang udah-udah, kalo terpesona sama aku ya gini jadinya. Kecuali Aom. Cuma dia yang bisa buat aku bodoh dihadapannya" ucap Batz dengan nada yang terdengar sedih di akhir kalimat.

Nae yang melihat dan mendengar perubahan tersebut, mendekatkan dirinya dan mengelus punggung Batz.

"Tadi aja... Narsis parah. Udah ah.. Jangan sedih lagi. Kamu gamau liat Aom juga sedih kan?" Nae berusaha menghibur dirinya meski ada rasa sesak saat tau Aom lah pemilik seluruh hati Batz.

Tapi Nae sudah bertekad, apapun nantinya. Kalau dia jadi dengan Batz, satu-satunya orang yang tidak boleh dicemburui adalah Aom.

"Terima kasih. Maafkan aku" Batz menatap Nae dengan tulus.

"Hah.. Sekarang seperti bukan dirimu" Nae melepas usapannya dan kembali menikmati es krimnya.

"Kalau aku kembali seperti Batz, nanti kamu akan terlihat semakin bodoh karena terpesona olehku" Batz kembali membanggakan dirinya yang memang tidak dapat dipungkiri oleh Nae.

"Hih.. Kembali lagi dia" Nae acuh dan kembali asik memakan es krimnya.

Mereka terus berbincang ringan. Mulai dari kerjaan, humor, garing, modus sampai narsis.

Tak terasa, waktu mulai menunjukkan pukul 7 pm.

"Nae.." Panggilan Batz membuat Nae menolehkan wajahnya.

"Kenapa?" Tanya Nae yang menatap mata Batz.

"Makan es krim aja berantakan. Persis pikiranmu" ucap Batz menatap bibir Nae.

"Hih.. Ngomen ya ngomen aja. Ga pake ngehina" Nae yang sudah siap membersihkan, langsung ditahan tangannya oleh tangan Batz.

"Aku saja..." Batz menghentikan pergerakan Nae dengan tangannya.

Nae diam mematung. Batz tersenyum.

"Batz.." Ucap Nae memegang bibirnya.

"Maafkan aku. Nae.. Aku rasa aku sudah mulai menyayangimu. Sudah lama aku mulai membuka hatiku dan hatiku memilihmu. Apakah kamu mau membantuku untuk dapat jatuh cinta padamu? Aku mohon, bantu aku!" Batz menatap Nae dengan sungguh-sungguh.

Nae menatap dalam mata Batz. Tidak terdapat kebohongan atau keusilan di dalamnya. Dengan perlahan, Nae mengangguk mantap. Baik Nae maupun Batz saling melempar senyum. Lalu Batz memeluk Nae dengan erat.

"Terima kasih" ucap Batz di sela pelukan mereka. Nae mengusap punggung Batz dan berkata, "iya, sama-sama".

Sebelumnya, saat Batz bilang akan membantu Nae membersihkan bibirnya, Batz benar membersihkan bibir Nae.....dengan bibirnya sendiri.

Batz mencium Nae. Pertama, hanya menempel yang membuat Nae melotot karena terkejut dengan perlakuan Batz namun Batz sudah mulai memejamkan mata

Lalu Batz mulai menghisap bibir bawah Nae. Batz menghisap bergantian, bibir bawah dan bibir atas Nae. Akhirnya pertahanan Nae runtuh dan mulai membalas ciuman Batz.

Mereka terus berciuman dengan saling menghisap dan memiringkan kepalanya. BatzNae saling memegang pinggang pasangannya.

Setelah dirasa cukup, Batz melepas ciuman mereka dan mereka diam hingga Nae membuka pembicaraan.

Setelah permintaan Batz, kini mereka tengah makan malam di sebuah cafe dekat taman.

Lalu mereka pulang dengan Nae memeluk pinggang Batz dan menaruh kepalanya di punggung Batz.

Nae sangat bahagia. Akhirnya, penantiannya menemukan ujung. Rasanya terbalas sudah.

Sementara Batz terus menerus tersenyum.
"Terima kasih, Pie. Aku akan mencobanya. Aku sangat mencintaimu" batin Batz melihat tangan Nae yang melingkar erat di perutnya dan tersenyum.

The ChoiceWhere stories live. Discover now