[Naruhina] slight [Boru-Sara-Sena] [Sasu-Saku]
Menjadi seorang mata-mata sekaligus musuh bagi Kerajaan milik ayahnya sendiri, Boruto harus menjalani kisah rumit penuh dilema antara menjalani kewajibannya, melindungi sang ibu dan juga mencari jati d...
"Sssttt.., diamlah nak.., kanapa kau butuh mereka jika kau punya sebuah tahta, duduklah disini.., dan jadilah Kaisar..lakukan apapun yang kau mau..."
Saphire Boruto kini terpaku pada sosok naga berwarna merah yang kini berbicara padanya.
"Kau, Kau ini apa? Kau makhluk apa? Aku dimana?" ujarnya yang berusaha berpikir sejernih mungkin dan setenang mungkin.
Ia yakin sekali semua ini ada penjelasannya.
"Aku? Oh pangeran.., bagaimana bisa kau tidak mengenalku? Aku adalah..Hasrat terbesarmu!"
Boruto menggeleng kuat. Dia tidak mungkin memiliki ambisi itu.
Tidak sama sekali.
"Kau bohong! Aku tidak mungkin berpikiran seperti itu! Mana mungkin aku yang bukan siapa-siapa ini mendamba tahta kerajaan Uchiha..?"
"Khekhekhe, dasar bocah! Aku tidak sedang membicarakan Uchiha! Yang kumaksud adalah Tahta Konoha!"
Bocah pirang itu melebarkan kedua matanya. Ia tidak bisa bersikap tenang lagi sekarang. Apa yang makhluk terbang itu bicarakan sudah terlampau tidak masuk akal.
"Omong kosong! Aku bahkan tidak pernah menginjakkan kakiku di tanah Konoha, bagaimana mungkin aku-"
"Jangan bohongi dirimu sendiri Boruto..."
Bulu tengkuk bocah pirang ini berdesir hebat kala seekor naga lain berwarna biru mulai membelit tubuhnya. Bisikan halusnya pun mampu menggetarkan setiap sendi tubuh mungilnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Aku tahu kau bisa merasakan itu.., dalam setiap aliran darahmu.., detak jantungmu, dan napasmu.., aku tahu kau bisa merasakan jati dirimu.." ujarnya sambil terus mendesis. Kedua naga itupun mengitari tubuh mungil Boruto yang sudah terduduk lemas.
"Rasakanlah Jiwamu.., jadilah bagian dari kami dan duduklah di tahta itu.."
"Aku..siapa..? Siapa sebenarnya aku..?"
🍀🍀🍀🍀
"Aku.. Aku ingin tahu.., siapa aku ini? Anak siapa? Apa aku ini manusia..?"
Bulir-bulir bening itu tak henti-hentinya mengalir dari iris lavender sang putri tidur. Ia benar-benar tidak tega melihat putranya seperti ini.
