TIGA PULUH : Where is Yura?

253K 19.3K 1.2K
                                    

Aldrich menoleh dengan gusar setelah tidak berhasil menemukan Yura di luar bangunan, parkiran hari itu sangatlah ramai oleh mobil tetapi tidak dengan manusianya.

Aldrich kembali ke dalam gedung dengan napas memburu, laki-laki yang ditinjunya tadi masih duduk dan meringis kesakitan. Pukulan yang dilayangkan Aldrich ternyata sangat menyakitkan efeknya, meskipun hanya dalam sekali pukulan.

Tanpa ragu ia kemudian berjalan kembali ke arah toilet perempuan, untungnya hanya ada dua orang di dalam. Sehingga jeritan karena kekagetan mereka tidak terlalu nyaring.

"Mengapa anda masuk ke sini?!"

"Apa anda tidak lihat logo perempuan di pintu?" Mendengar itu Aldrich hanya bisa mendengus.

"Aku sedang mencari seorang perempuan, istriku. Dia menghilang sejak beberapa menit yang lalu," balasnya dengan nada jengkel yang tidak disembunyikan karena kedua perempuan itu masih terus berusaha mengusirnya.

"Di sini hanya ada kami berdua." Aldrich berdecih lalu keluar dari toilet dengan cepat.

Ia mengembuskan napasnya keras-keras, sebenarnya di mana Yura? Apakah Jonathan menyuruh seseorang untuk membawanya?

Sekali lagi Aldrich mencoba untuk menghubungi Yura tetapi ponsel perempuan itu masih tidak aktif.

Dengan berat hati ia kemudian menghubungi Benjamin.

"Halo iblis muda kita, sangat aneh kau menghubungiku padahal tadi kau berlalu begitu saja." Benjamin tersenyum sinis di sana.

"Beritahu aku dimana wanitaku Benjamin!"

"Wanitamu? Siapa?"

"Jangan berpura-pura goblok." Kepala Aldrich sudah mendidih, wajah laki-laki itu merah padam.

"Aku tidak tahu."

"Apa maksudmu dengan tidak tahu?"

"Aku benar-benar tidak tahu, mengapa kau bertanya padaku? Dia kan 'wanitamu'." Benjamin menekankan satu kata terakhir yang diucapkannya.

"Dasar bajingan!"

"Aku masih memiliki banyak pekerjaan Aldrich. Jadi, selamat siang."

Aldrich menutup mata untuk menetralisir amarahnya. Ia harus bisa mengendalikan dirinya sendiri, jangan sampai menunjukkan kepada orang lain kemarahannya. Apalagi jika jiwa psikopatnya menguasai dan membuat Aldrich membunuh seseorang.

Sial, mengapa ia begitu ceroboh? Seharusnya ia menghubungi Peter saja tadi.

"Yura," lirihnya pelan.

Aldrich tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu mengenai Yura. Ia tidak ingin kehilangan wanita yang sangat ia sayangi untuk yang kedua kalinya.

Aldrich kemudian berjalan dengan langkah gontai, entah mengapa kakinya membawanya ke arah kantin gedung itu. Dengan lemas ia duduk di salah satu kursi tanpa memperhatikan sekelilingnya.

"Urusanmu sudah selesai?" Aldrich mendongak dengan cepat ketika mendengar suara orang yang sedang dicarinya sedari tadi.

Apa benar perempuan di hadapannya ini adalah Yura? Perempuan itu tampak menatap Aldrich aneh dengan mata bulatnya, di tangan kanannya terlihat garpu yang menusuk daging tipis berwarna coklat, sedangkan di tangan kirinya memegang sebotol minuman.

"Aldrich?" panggil Yura dengan dahi mengernyit. Mengapa laki-laki itu memandangnya sedemikian rupa seakan ia adalah guci kuno penting yang ditemukan oleh seorang arkeolog?

"Kau," gumam Aldrich pelan sebelum menarik Yura lalu memeluk perempuan itu dengan erat.

"Aldrich?" panggil Yura sekali lagi. Ia merasa heran dengan kelakuan laki-laki itu.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang