EMPAT PULUH EMPAT : Berteman

255K 18.4K 3.6K
                                    

Ini kok jadi banyak yang suka Dave haha

***

Yura masih mematung ketika Dave berdiri dan tersenyum lebar, laki-laki itu terlihat sangat jangkung dengan kaki yang panjang.

Dave membungkuk sembilan puluh derajat kemudian. Maksud hati ingin menyapa, tetapi yang terjadi ia malah mempermalukan dirinya sendiri.

"Konnichiwa!" Yura maupun Aldrich saling berpandangan karena bingung.

Dave mendongak dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung karena pacar Aldrich malah diam tidak mengerti dan tidak menjawab sapaannya.

Yura kemudian terkekeh. "Aku dari Korea Selatan, bukan Jepang."

Dave tegak kembali dan tersipu malu. "Salah ya?" keluhnya dengan ekspresi menggemaskan.

"Makanya cari tahu dahulu, jangan malah bertindak bodoh seperti itu," komentar Aldrich pedas.

"Aldrich!" Yura memukul lengan laki-laki itu sekaligus memelototinya.

"Tidak apa-apa, kau tidak mengetahuinya." Mendengar Yura tidak tersinggung, Dave kembali tersenyum.

"Bisakah kita berteman?"

Yura mengangguk. "Tentu."

"Lebih baik kita duduk di tempat yang seharusnya dan memesan makanan."

Sejujurnya, Aldrich mulai jengkel karena Yura tampak menaruh perhatian lebih pada Dave. Seakan-akan terpesona olehnya.

Aldrich duduk dengan ekspresi wajah keras, Yura dan Dave masih saling mengobrol basa-basi. Mulai dari apa kabar hingga senang bertemu denganmu.

Aldrich menggenggam gelas kaca masih dengan emosi yang tak bisa terkontrol, sehingga tak sadar bahwa tenaganya yang besar berhasil membuat gelas itu remuk. Pecahan-pecahan gelasnya melukai telapak tangannya hingga mengeluarkan darah.

"Aldrich, kau berdarah!" Yura mengambil beberapa lembar tisu dengan tangan bergetar, mengelap darah yang keluar setelah pecahan-pecahan gelas kaca itu Aldrich singkirkan dengan santai.

"Ini memang darah."

Yura memanggil-manggil pelayan dengan panik. "Bisa kau bawakan obat, perban dan segalanya untuk hal ini?"

Si pelayan sempat membulatkan matanya ketika melihat telapak tangan Aldrich yang terluka, sedangkan si empunya sendiri malah memasang wajah marah. Bukannya meringis karena sakit.

"Kan aku yang masokis, kenapa kau yang menyakiti dirimu sendiri?" celetuk Dave dengan dahi mengernyit karena tidak mengerti.

"Shut up."

Setelah benda-benda yang diminta datang Yura mulai mengobati hingga membalut telapak tangan Aldrich dengan perban. "Mengapa kau menyakiti dirimu sendiri?"

Aldrich masih belum menunjukkan tanda-tanda akan tersenyum atau setidak-tidaknya amarahnya mencair. "Karena aku marah."

Ucapan Aldrich begitu lirih, sehingga Yura ragu apakah laki-laki itu berniat membuatnya mendengar apa yang dia katakan.

"Kenapa harus marah?" Yura memandang Aldrich dengan tatapan tidak mengerti, lalu berubah menjadi tatapan memohon. "Jangan lakukan hal seperti ini lagi."

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang