ENAM PULUH SATU : Meleset

198K 17.2K 1.6K
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

***

Yura tidak berkonsentrasi sama sekali selama jam mata kuliahnya, penjelasan panjang lebar yang diberikan dosen seakan hanya masuk telinga kanan dan langsung keluar dari telinga kiri.

Pikirannya terus terfokus pada siapa laki-laki berpakaian serba hitam dan topi dengan aksen huruf A berwarna merah, mengapa laki-laki itu harus mengiriminya surat tak beridentitas atau bisa disebut surat kaleng?

Yura tidak mengerti. Selama hidupnya di sini, tidak pernah ia mencari gara-gara dengan seseorang. Apalagi dengan laki-laki.

Karena dari awal orang yang bermasalah dengannya adalah Aldrich, tetapi hubungan mereka membaik. Jadi tidak mungkin walaupun laki-laki itu memiliki inisial A.

Yura melirik dosennya yang masih menjelaskan, mendesah pelan dan tanpa sadar menggigiti kuku jari karena gugup. Perasaannya gundah, bingung harus bagaimana setelah ini.

Selama beberapa jam terakhir Yura selalu bergabung dengan beberapa mahasiswa yang berkumpul dan tidak keberatan jika ia ada di sana, mencoba berbaur dan berusaha tidak terlalu mencolok sehingga tidak mudah ditemukan.

Untungnya, sebelum Aldrich benar-benar menyita waktunya dulu, Yura adalah kepribadian yang ramah dan selalu baik kepada setiap orang. Sehingga ia mudah untuk bergabung dengan yang lain, bahkan beberapa meminta Yura untuk bergabung dengan mereka. Terutama kaum laki-laki.

Selama beberapa jam ini pula Yura larut dalam kebingungan yang mendalam, juga kekhawatiran yang meresahkan.

Tiba-tiba Yura merasa ponselnya yang berada di dalam saku celana bergetar, diam-diam ia mengeluarkan benda pipih itu dan menunduk, membaca pesan yang baru diterimanya.

Dave yang akan menjemputmu. Jangan khawatir soal surat itu, aku akan memastikan kau selalu aman.

Aku mencintaimu.

Yura merasa lebih tenang sedikit, ia menarik senyum tipis dan mengembuskan napas pelan.

Mungkin benar, ia tidak seharusnya terlalu khawatir.

***

Ketika kau mengatakan semuanya aman padahal langit akan runtuh, aku mencoba mempercayainya.

Karena selama ada dirimu, aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi.

***

Beberapa mahasiswi tampak mengalihkan perhatiannya sejenak ketika Dave melangkah menyusuri koridor dengan langkah-langkah pendek, beberapa dari mereka bahkan memekik senang. Meskipun kebanyakan bingung karena baru menemukan laki-laki itu di kampus mereka, wajahnya asing, juga terasa terlalu muda.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang