LIMA PULUH : Seoul

234K 19.4K 2.5K
                                    

Peter menatap geram pada Aldrich yang memerintahnya dengan seenak hati. Disuruh mempersiapkan ini, mempersiapkan itu, memangnya ia seorang pelayan?

Apalagi Peter masih lelah karena baru pulang dari Korea Selatan setelah menonton konser ditambah liburan beberapa hari, dan sekarang ia disuruh melakukan berbagai hal yang membuat tulang-tulangnya terasa remuk.

"Cari saja kekasihmu sendiri Aldrich, aku tidak ingin ikut campur. Jujur, aku lelah dan ingin berisitirahat." Peter membaringkan tubuhnya di atas sofa seraya mendesah pelan.

Aldrich berdecih, mengeluarkan pisau kecil yang tak lupa selalu ia bawa kemana-mana, menusuk sedikit perut Peter hingga laki-laki itu kembali membuka matanya. "Bantu aku, atau kau mati."

"Bunuh saja aku!" teriak Peter kembali menutup matanya.

Aldrich berdecak dan memerhatikan isi kamar Peter dengan seksama. Tempat tidur yang di atasnya terdapat banyak tas dan kantung, rak buku dan album idola Peter, poster, la-

Tunggu, rasanya ia mendapatkan ide. Aldrich tersenyum penuh arti kemudian.

Ia menghampiri salah satu poster bergambar perempuan yang sedang tersenyum dan mencopotnya dari dinding, merobeknya hingga terdengar suara yang membuat Peter kontan melotot. "ALDRICH! SIALAN KAU!"

Aldrich tersenyum penuh kemenangan. "Bantu aku, atau seluruh poster dan album idolamu akan kubakar sampai habis."

"Iya-iya! Aku akan membantumu." Peter mendecakkan lidahnya dan mengambil ponsel.

"Tapi kurasa kau harus memberitahu Benjamin Aldrich," ucap Peter sambil mencari kontak seseorang.

"Untuk apa?"

"Tentu saja jika kau memberitahunya kau akan mendapatkan fasilitas lebih, dan akses untuk mencari pacarmu lebih cepat lagi."

Aldrich memiringkan kepalanya. "Boleh juga. Tapi kau tetap harus menyiapkan apa yang harus aku bawa."

"F*ck you jerk," umpat Peter kesal.

***

Yura mendesah pelan, ia berguling di atas tempat tidurnya yang empuk. Rasanya sama saja ia pulang ke Korea atau tidak, tetap saja ia di rumah sendirian. Ayahnya belum pulang karena mengurus beberapa hal, sehubungan dengan pekerjaannya yang merupakan seorang pengacara.

Sebenarnya mereka berdua sudah bertemu kemarin, yaitu saat ayahnya menjemput Yura di bandara dengan senyuman rindu. Mereka juga sempat sarapan bersama setelah Yura memasak sup rumput laut dan teman-temannya alias masakan Korea lainnya.

Tetapi kini ayahnya sibuk. Yura jadi bosan.

Yura memutuskan untuk keluar dari kamar dan keluar dari rumah untuk pergi ke minimarket, ia memakai jaketnya yang berwarna hijau tua dan mengikat rambutnya.

Keadaan malam di sekitar rumahnya sepi, mungkin karena sudah malam. Meskipun di jalan besar terdengar deru kendaraan di mana keadaan masih ramai seperti biasanya.

Yura mengembuskan napas ketika memasuki minimarket, ia segera berjalan menuju rak yang menjual berbagai jenis ramen. Mengambil dua buah dan bergerak ke rak lain, mengambil cemilan yang biasanya selalu ia makan saat malam di sini, seperti biskuit, cokelat kacang, keripik kentang, hingga roti isi keju.

"Hei! Sejak kapan kau pulang?" Yura menoleh dan mendapati Yuri sedang menatap antusias ke arahnya sambil melambai-lambaikan tangan dari pintu masuk minimarket, sehingga menghalangi orang lain dan sempat ditegur oleh kasir.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang