TIGA PULUH DELAPAN : Feel Different

256K 17.4K 455
                                    

Yura terbangun dengan perasaan hampa. Tidak biasanya ia merasa seperti ini, mungkin karena tidak terbiasa.

Biasanya Yura akan bangun dengan sebuah tangan kekar yang memeluk tubuhnya, atau embusan napas teratur yang terasa di lehernya. Tetapi kini ia hanya terbangun dengan sambutan sinar matahari yang menerobos tirai tipis kamarnya.

Dengan wajah suntuk Yura mempersiapkan diri untuk pergi ke kelas pagi, sejujurnya ia sangat malas untuk melakukan hal itu.

Biasanya ia akan berjalan sendirian dengan langkah ringan menuju kampusnya. Tetapi sekarang tidak lagi, ia sudah terlampau terbiasa pergi kemana-mana bersama Aldrich.

Bagaimana keadaan Aldrich sekarang ya? Apakah laki-laki itu baik-baik saja?

Yura ingin menanyakan keadaan Aldrich kepada Peter, tetapi percuma. Memang ia telah memiliki nomornya tetapi Peter kan sedang pergi ke luar negeri untuk menonton konser. Niat sekali.

Ia kira pengacara adalah orang paling kaku di dunia setelah tentara, tetapi anggapannya itu ternyata salah. Atau Peter hanya satu-satunya yang nyentrik dan berbeda dengan pengacara lain? Entahlah.

Setelah selesai mempersiapkan diri Yura turun dari apartemennya, rambutnya yang diikat asal bergoyang-goyang karena si empunya melangkah dengan tempo yang cepat. Ia berharap setelah sampai di kampus nanti akan bisa melihat Aldrich.

Yura sudah membuang ego dan harga dirinya jauh-jauh untuk sekadar menyadari bahwa kini ia terikat pada psikopat menawan bernama Aldrich. Kepalanya sendiri bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi. Karena perlakuan Aldrich yang sangat mudah berubah-ubah? Pada satu waktu Aldrich akan bertindak kasar, lalu berubah menjadi lembut.

Mungkin juga karena ada perasaan nyaman dan terlindungi yang selalu ia rasakan ketika bersama Aldrich yang kini berada jauh darinya.

Saat Yura berjalan menyusuri jalan menuju halte, hampir saja ia melompat kaget ketika terdengar suara klakson. Sebenarnya suara itu tidak terlalu keras, hanya saja fokus Yura yang entah sedang berada di mana membuatnya menjadi mudah terkejut.

Baru saja ia hendak menggerutu ketika matanya menangkap sosok Aldrich dalam mobil berwarna hitam dengan senyum mengembang.

"Masuk," titahnya. Tanpa banyak pikir Yura masuk sambil mengomel.

"Kemana saja kau? Mengapa tidak menghubungiku?"

Aldrich terkekeh, membelai pipi gadisnya dengan lembut. "Aku banyak urusan kemarin. Untuk sekarang aku akan mengantarmu ke kampus."

"Oh ya, terima kasih untuk rasa khawatirmu itu."

Yura menggeleng cepat. "Aku tidak khawatir."

Aldrich hanya tersenyum, lalu memajukan mobilnya setelah menunjuk seikat bunga di dashboard mobil dengan dagunya.

"Apa?"

"Itu untukmu." Yura mengambil buket bunga harum itu dengan senyuman tertahan.

"Mengapa harus bunga?"

"Perempuan kan selalu suka bunga."

"Tapi aku lebih suka makanan, sedangkan ini tidak bisa dimakan." Yura menghirup harum bunga itu dengan dahi mengernyit.

"Memangnya kau belum makan?" Yura menggeleng jujur. "Belum."

Aldrich berdecak lalu menoleh dengan tatapan tajam. "Mengapa kau belum makan?"

"Aku terburu-buru, jadi tidak sempat."

"Sehari saja aku tidak bersamamu dan ini yang terjadi?"

Yura menoleh ketika mendengar nada bicara Aldrich yang naik. "Memangnya kenapa? Bukan kali ini saja aku tidak sarapan."

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang