State Of Tetraxons

5.2K 191 17
                                    

State Of Tetraxons

Bagian 1. Survivor

Kuarahkan anak panahku dan kucengkeram busurku dengan telapak tangan kiriku yang kuat agar rasa gugup tak menimpaku. Hanya kali ini aku menemukan seekor rusa tua berkeliaran di kota ini sedang melumat dedaunan kering di sekitarnya berdiri. Kuharap di bawah semak-semak layu ini, aku menjadi tidak terlihat oleh mangsaku sendiri. Kupastikan bahwa tak ada bahaya di sekitarku dengan mata yang awas. Namun, anak panahku yang kutarik, tetap berada di sasaran. Sebelum rusa itu bisa bergedik, aku lepaskan anak panah dari busurku, dan mengenai leher rusa tua malang itu kemudian rusa itu ambruk. Aku tersenyum saat mengetahui bahwa aku akan makan enak malam ini.

Sendiri di bungkerku...

Dunia kali ini berbeda. Bumi semakin tua dan kota-kota di atasnya hidup dengan kengerian luar biasa. Jalan-jalannya berantakan, penuh dengan abu manusia. Rumah-rumah serta gedung-gedung tinggi ditinggalkan begitu saja. Udara pun tidak lagi sama dengan sebelumnya. Hingga berat untuk dihirup oleh manusia.

Manusia yang masih bisa bertahan dari kengerian itu...

Satelit itu. Satelit besar yang tak diketahui namanya, jatuh dengan tiba-tiba di tengah pusat kota New York dan itu belum berakhir. Dari reruntuhannya, keluar makhluk-makhluk asing bercakar tajam, menghabisi manusia yang ada di dekatnya. Dari situlah invasi Tetraxons dimulai.

Hingga hanya tersisa abu manusia di belantaran kota...

Sumber dari segala permasalahan di atas bumi ini, tak kunjung kutemui. Hanya ada masalah yang terus menerus datang dengan makhluk-makhluk aneh ini.

Makhluk-makhluk Tetraxons, begitu kami -manusia yang pernah selamat- memanggilnya. Ciri khas mereka ialah sebuah titik-titik putih neon berbentuk segi tetragonal di masing-masing iris mata mereka dan memiliki empat tangan yang mematikan. Ciri makhluk Tetraxons hampir sama dengan manusia yang mereka ubah yaitu terdapat di iris mata mereka yang dijadikan senjata biologi bagi makhluk Tetraxons.

Entah apa yang makhluk itu lakukan. Tapi, setelah mereka menculik dan menangkap manusia-manusia itu dan membawanya ke Central, manusia-manusia itu dikembalikan ke jalanan kota dan dibiarkan. Namun jika kau lihat lebih dekat, manusia yang dikembalikan bukanlah manusia yang sebenarnya. Mereka telah "diubah" menjadi sesuatu yang bukan mereka; Pandangan mata yang kosong, kehilangan memori, dan berubah menjadi manusia Tetrax yang kanibal.

Begitulah yang aku hadapi dalam 6 bulan ini. Berjalan mengindap-indap berkeliling kota demi mendapat amunisi senjata serta makanan. Mengawasi lingkungan sekitar dan menyiapkan busur dan anak panahku jika mendapati hal-hal yang mengganjal. Sulit memang untuk membedakan yang mana Tetrax dan yang mana manusia asli. Karena mereka hanya mengubah manusia secara mental. Bukan fisik seutuhnya.

Aku bahkan tak tahu bagaimana menghentikan invasi ini. Karena setiap matahari tenggelam, Tetraxons akan membunyikan suara gaung seperti terompet besar dan artinya "pengubahan manusia" dimulai di Central, julukan orang-orang yang mana itu adalah bekas gedung-gedung tinggi di tengah kota New York yang sekarang dijadikan markas besar makhluk Tetraxons. Jadi, invasi dan penculikan tak akan pernah berhenti sampai ada seseorang yang menerobos masuk dan menghancurkan Central dari dalam.

Dan itu misi yang ingin dilakukan oleh setiap manusia yang selamat dari kejaran Tetraxons.

Termasuk aku.

Jean Foxter. Gadis yang selamat dari invasi Tetraxons dan memiliki misi yang pasti dimiliki oleh setiap manusia yang bertahan hidup; 'Hancurkan Tetraxons beserta pemimpinnya! Tak peduli hanya ada satu peluru di senjata kami! Tak peduli hidup atau mati!'.

Dan dengan busurku ini, aku berusaha menjalankan misi itu setiap hari...

Hari sudah semakin sore saat aku tiba di bungkerku dengan daging rusa yang sudah kukuliti dengan mata pisauku. Aku membuka lempengan baja tipis yang menutupi bungkerku dengan diangkat lalu digeser ke samping. Aku masuk ke dalam bungkerku yang awalnya merupakan gua berair dan dipenuhi binatang-binatang kecil merayap. Namun, setiap hari dalam 6 bulan ini, aku terus menggali gua itu dan membuang genangan air sedikit demi sedikit dengan kaleng bekas. Binatang-binatang itu pun sudah lama pergi meninggalkan gua ini sejak aku mengasapinya dengan kayu bakar.

State Of TetraxonsWhere stories live. Discover now