Prolog

14.3K 404 12
                                    

   Gadis berjilbab lebar nan besar itu menundukkan pandangan ke lantai seraya tersenyum tipis, Kenapa? Ia merasa sungkan berbicara dengan lelaki yang sekarang ini sudah menjadi Guru spiritual nya.
  
"Saya memang meminta Kamu untuk jaga pandangan, tapi bukan berarti kamu selalu menunduk ketika Saya sedang menjelaskan rumus yang akan membuat Kamu pusing nantinya."  ucap lelaki berpeci ini dengan wajah datar nya,

Ira sedikit mendengus kesal, semenjak Auva menjadi Gurunya. Auva sama sekali tidak ragu untuk menunjukan sikap dinginnya. Padahal dulu, senyuman khas milik Auva selalu ditampilkan diwajah manisnya.

Ira tersenyum tipis lalu melirik lelaki ini dengan penuh paksa, Ia ingin memfokuskan pikirannya pada rumus Nahwu dan Shorof. Ira memang sangat menyukai dan bersahabat baik dengan fisika juga Matematika, Namun untuk pelajaran agama. Dirinya masih sangat kesusahan, bahkan untuk sekedar memahami persuku katanya pun Ira harus membuka kamus khusus.

"Susah." Ira menyerah dengan menaruh kepalanya diatas kayu tua. Auva berdekhem bak kapten yang memberikan aba-aba pada pasukan.

"Saya paling tidak suka dengan orang yang gampang menyerah tanpa mau berusaha." Ucap Auva yang semakin memperlihatkan mimik kesalnya pada Ira.

Hati gadis itu berontak, rasanya ingin sekali Ia membantah dan mengusir Gurunya. Namun, apalah daya, Takdir meminta Ira untuk bersabar. Ia menaikkan kembali kepalanya hampir sejajar  berhadapan dengan Auva.

"Maaf, tapi Aku udah usaha." Kata Ira melirik Auva dengan suara pelan.

"Saya belum lihat usaha kamu dari kemarin. Waktu saya sangatlah sedikit, Jadi kamu tolong hargai Saya disini." Ucap Auva tampak mengontrol emosinya, akhir-akhir ini gadis cantik itu memang suka membuat emosinya memuncak.

"Tapi emang sul.." Bantahan dari gadis itu terpotong berkat Gurunya.

"Kalo kamu memang ada masalah ceritakan sama Saya. Jangan selalu menjadikan kata sulit untuk menyerah dalam belajar, Kamu akan lihat nikmatnya dari perjuangan nanti." Gadis itu kembali mendapatkan nasihat dari Guru Spritualnya.

  Jangan selalu menjadikan kata sulit untuk menyerah dalam belajar. Ucapan Gurunya yang masih hangat membuat dirinya sadar, bahwa kesulitan akan menjadi hal mudah disaat ada sebuah perjuangan didalamnya.

  Ira tersenyum bangkit seraya menunjukkan anggukan mantap kepada Guru Spritual nya, Lelaki itu membalasnya dengan senyum tipis. "Makasih Gus." Ucapnya seraya mengambil pensil yang tergeletak asal di meja tua.

"Saya suka semangatmu Tasmirah Iftinan Sharda." Ucapnya dengan senyum manis, Ya. Ira mendapatkan senyuman itu kembali, disini dia tahu bahwa Gurunya akan bersikap manis jika dirinya sendiri memperlihatkan sikap juang dalam belajar.

Tbc...

Semoga suka ya ukhti wa akhi, masih baru dan sangat butuh kritik dari kalian^^ 

《Ambil yang baik, hempaskan yang buruk》

Mengejar Cinta IllahiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant