Bab 10| Ilmu Agama.

1.7K 95 15
                                    

    Gadis itu masih berfikir seberapa hebatnya Auva dimata teman-temannya dan keluarganya, pria itu tak lebih dari pria yang telah memanah hatinya beberapa kali dan melukainya berujung kali dia adalah Gilang, perbedaanya hanya dia alim. Ah lantas sejak kapan sahabat dan keluarganya perduli dengan hal berbau agama? Ini membingungkan.

   Ira mulai bosan, tidur tak nyaman. Begadang yang Ia rasakan. Ira mengambil alih ponsel yang telah terlantar di atas meja belajar lalu kembali merebahkan tubuh kurusnya dikasur berukuran king size.

   Ira membuka aplikasi line diponsel bermerk samsung, Ia berusaha mencari hal yang mungkin saja akan mengembalikan senyumannya.

   Hal yang terjadi barusan diponselnya itu berhasil mebelalakan matanya hampir sempurna.

  "Gila nih, papa tumben on jam segini?" Ucapnya lirih sambil membuka profil Papanya di Line.

   Ira sedikit kepo, mengapa Papa nya yang super sibuk bisa membuka ponsel semalam ini, terlebih aplikasi Line yang memang hanya di khususkan Papanya untuk keluarga, kerabat, dan teman dekat. Sedangkan untuk komunikasi urusan bisnis Papanya selalu mengandalkan email dan sekretarisnya.

  Papa belom tidur?

Rara masih pegang hp?
Papa masih ada urusan sama temen deket papa.

Hehe, susah bobok Pah.

Papa sehat kan? Rara rindu.

Iya papa sehat sayang. Kamu cepetan tidur jaga kesehatan, Mama sama sodaramu gmn?

Sehat semua pah, cuma ya Mama yang rada aneh.

Aneh kenapa Ra? Jgn bkn papamu cemas.

Mama sering banget pulang malem ikut pengajian Pah.

Oh itu, papa uda tau. Sekolah kamu gimana?

Lancar ko pah.
Eum papa kapan pulang?

Belum tau ra. Kenapa?

Ih kok kenapa.
Kan ini mo liburan akhir,
abis ini Rara mikirin UN pah.

Maaf ya sayang,
Papa usahakan satu minggu lagi pulang terus liburan.

Kenapa ga pulang besok pah?

Papa masih banyak urusan disini.

Yaudah gapapa,
Rara sekarang uda
bisa masak lho.

 

Ira mendesah sebal, hampir sepuluh menit Ia menunggu balasan dari Papanya. Ira mencoba berfikir positif meski pertkataan teman sekelasnya yang akhir-akhir ini menganggu ketenangan jiwanya.

"Eh Ra, lo pindah rumah ya." Ucap Greci, teman sekelas Ira.

"Pindah kemana ci? Gue masih stay ko." Jawab Ira. Greci mengernyitkan dahinya bingung.

"Emang ada apa sih?" Tanya Ira balik.

"Ih Ira mah aneh, orang uda dua kali aku lihat Papa kamu sering ke Rumah sebelah kok." Jawab Greci dengan nada kesalnya.

"Hahaha, ngaco lo. Papa gue tuh di kaltim." Ira tertawa lebar mendengar ucapan Greci yang terdengar impossible.

"Serah lo deh, jangan sampe lo telat menyadari Ra." Greci pergi membuang bungkus minumnya keluar kelas.

Mengejar Cinta IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang