Bab 20| Hari Kelulusan

1.3K 90 2
                                    

Angin pagi ini teramat segar, membuat siapapun yang menghirup udara merasa lebih baik. Terlebih, untuk para siswa dan siswa yang sudah menyelesaikan Ujian Nasional. Lega. Begitu katanya. Tapi kembali tertekan saat acara pelepasan sekaligus pengumuman hasil dibagikan.

Tapi hal itu tidak ada dalam diri gadis dengan senyum yang tampak dipaksakan. Dia masih mendengar cerita sahabatnya dengan baik. Paham sekali, bahwa aksi sahabatnya adalah menghibur diri nya. Pura-pura tidak mengerti mungkin lebih baik, begitu pikir Ira. Ia tidak mau mempersulit keadaannya sekarang. Baginya semua sudah terlanjur menjadi kepingan kaca yang terlindas truk pengangkut barang bekas. Iya. Setelah terlindas akan hancur, dan setelah itu di biarkan layaknya barang tak terpakai.

Ira menginginkan suatu keajaiban pada dunianya. Bukan persoalan Papa nya yang tega. Melainkan keluarga nya yang tersisa. Semoga dirinya bisa bersama dalam ketegaran tiada tara. Menampakkan wajah berseri dengan hati bersih tanpa noda luka. Biarlah waktu yang membantu. Melupakan kejadian hidup yang menyesakkan dada.

Mendengar suara sahabatnya, pikiran Ira yang telah melayang kembali ke daratan.

"Ra! Dasar budeg! Capek nih bibir gua." Kesal Cla dengan meninggikan suaranya.

Ira terkikik geli melihat bibir yang sengaja di monyong kan.

"Bibir lu seksi gitu, kok." Goda Ira pada Cla. Yang lain ikut tertawa.

Tawa hambar bagi Ira. Tidak apa, asalkan ketiga sahabatnya tidak ikut berduka atas hatinya yang remuk. Semoga waktu juga bisa membuat mereka bersahabat hingga tua.

"Ra, lu mau lanjut mana, sih?" Tanya Windi serius.

"Iya tuh. Mau lanjut kemana?" Zahra ikutan kepo.

"Belum tau. Mungkin sini lagi." jawaban yang terlihat enteng.

"Yah.. Nggak seru! Masa disini sih. Suasana gitu-gitu aja." Protes Cla dan Windi.

"Mending kamu cari sekolah yang lebih bagus, Ra. Yang ilmu agamanya lebih banyak. Sekalian nyantri." Zahra menimpali

Sebenarnya, ketiga sahabatnya sama saja. Tidak setuju Ira melanjutkan di sekolah ini. Meski cara mereka berbeda. Ira sangat tau, amat mengerti karakter sahabatnya. Tapi mengapa? Apa yang salah dengan sekolah ini? Semua masih tanda tanya. Ada deretan pertanyaan menggantung diri di otaknya. Tapi ini bukan waktu yang tepat. Jadi biarlah ia simpan dulu.

Percakapan itu terputus saat suara kepala sekolah memberi sambutan pada wali murid dan siswa-siswi nya. Dengan khidmat semua masuk dalam pidato yang cukup memberi suasana haru.

Acara berikutnya adalah pengumuman hasil Ujian. Tentunya, jantung bisa tidak aturan. Semua mulai resah dengan nilai masing-masing. Namun Ira malah memainkan ponselnya, mengirim pesan pada Mama nya.

Mam, pasti Ira lulus. Tapi nggak jamin nilai bagus hehe. Love you mom.

Ira segera tersenyum manis saat selesai mengirim pesan via whatsapp pada Mama nya.

"Duh, gua grogi nih. Gimana kalo nilai jelek?" Windi menarik jari-jari Ira asal. Hingga terdengar pekikan kecil dari mulut Ira.

"Bocah! Ini jari gua jangan lu tarik asal. Sakit! Lagian ngapain, sih. Mikir nilai? Lu belajar kan, ya udah santai aja." Maki Ira dengan muka kesal.

"Ya wajar kali, lu enak, pinter!"

Ira tidak menyahut. Cla dan Zahra pun tidak mau peduli. Tidak penting. Detik-detik yang membuat jantung meletus bagai mercon tahun baru. Tanpa di duga, tanpa pernah terlintas di otaknya. Ia mendengar namanya di panggil oleh Guru di depan.

Tuhan, apakah ini mimpi?

"Sssst! Ra. Nama lu tuh, budeg! Sono maju!" Bisik Cla yang hampir meneriaki sahabatnya.

Mengejar Cinta IllahiWhere stories live. Discover now