Bab 4| Awal pertemuan.

2.6K 125 2
                                    

Gadis berambut sebahu tersebut memasuki rumahnya dengan wajah kusut, Ia duduk diruang tamu dan meletakan tasnya diatas meja.
Ia meraih remot ac dan menambah agar ruangan tersebut lebih dingin dari sebelumnya. Ia tersenyum seraya mengusap-usap figura gold yang tergambar lima orang dengan senyum dibibir.

"Ini foto terakhir liburan, udah tiga tahun Papa ngga ajakin liburan." Ucap Ira yang masih fokus pada foto keluarga tersebut.

"Bibi." Teriak Ira dengan nada lembut. Ira tidak pernah membentak pembantunya, karena dia selalu diajarkan orangtua untuk bersopan santun kepada yang lebih tua, meskipun Ia tak peduli dengan agama.

Dalam hitungan menit Sang pembantu datang dengan membawa minuman dingin dan juga cemilan. Sudah menjadi kebiasaan Ira dilayani dan dimanja.

"Nih non minumnya, sini biar tasnya bibi bawa ke kamar." Ucap Bi Lastri seraya memberikan minuman dingin.

Ira berdecak tak suka. "Berapa kali sih Ira bilang, urusan tas Ira sekalian ke kamar Bi." Ucap Ira menyrutup minuman dingin buatan Bi Lastri.

"Hehe, Rasanya Bibi kayak bukan pembantu dirumahnya non." Ucap Bi Lastri sambil mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ira menarik tangan Bi Lastri sehingga Ia duduk disamping Ira. "Kan Ira udah bilang kalo Bibi itu udah kaya Mama kedua Ira." Ucap Ira dengan senyumnya.

"Bibi seneng banget deh punya majikan kayak non." Ucap Bi Lastri mengelap air matanya dengan lap dapur.

Ira terkekeh. "Bibi jorok deh, ntar ingusan juga disitu lagi." Ledek Ira dengan tawanya.

"Ih non bisa aja. Bibi ke dapur dulu." Ucap Bi Lastri mendapat anggukan dari Ira.

Ira mengambil ponselnya dari dalam tas, Ia memasukan sandi dan mengeklik aplikasi Joox. Ia menuliskan musik favoritnya.
Ia membawa tas dan ponselnya ke kamar, lalu menganti pakaian sekolahnya dengan kaos biru laut dan celana jeans pendek.

"Katanya Ka Gilang mau Vidiocall gue, ah php tuh cowo." Celetuk Ira seraya menyisir rambutnya.

"Eh ya, Gue kan udah janji mau anteri Fahmi ngaji ntar sore. Duh kenapa keluar malasnya ya." Ucap Ira memijat dahinya.

Ira merebahkan tubuhnya dikasur King Size, Tubuhnya begitu lelah hari ini. Ia memilih tidur dan bangun nanti sore untuk menempati janji-janjinya.

*****

Gilang POV.

"Gue kan dah bilang ama lo, kalo mau masuk kamar orang ketuk dulu!" Ucapku sambil menatap Tania lekat.

"Maaf, Lang. Lagi pula Gue kesini mau minta bantuan pelajaran yang belum ngerti." Ucap Tania mengalungkan kedua tanganya pada tanganku.

"Bisa ga sih bersikap sopan sama Gue? Inget ya, Gue dah ada pacar." Kataku memperingati Tania dengan jelas.

Dia melepaskan aksi gilanya. Dan mengangguk, lalu berjalan menuju balkon.

Ini kamar siapa?

Kok tuh mak lampir seenaknya?

"Apa yang ga lo pahami?" Tanyaku duduk disampingnya.

"Ini. Lihat deh, itu susah banget Lang." Ucapnya dengan nada genit. Aku tersenyum devil.

"Itu baru aja diterangin tadi, Lo ga perhatiin guru? Gue sama geng Gue yang terkenal nakal aja tanpa merhatiin Bab tadi udah bisa." Ucapku membanggakan diri. Dia berdecak kesal.

Mengejar Cinta IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang