Bab 24| Pesantren?

1.4K 93 6
                                    

Letak fokus mata Ira belum lepas dari laptop berwarna putih tulang, dari tadi ngedumel sendiri. Entah apa yang dia kerjakan, ini bahkan hari libur kan?

“Ra? Masih ngurusin laptop aja.”

Ira tidak menjawab, hanya menoleh sebentar lalu fokus kembali pada kerajaan nya.

“Kalau diajak bicara tuh lihat orangnya, dek!” Tegur Rafi

Terdengar hembusan nafas panjang Ira, lalu menutup laptopnya. Dan menaik kan kedua alisnya pada Abang nya.

“Kenapa, Kak?” Ira mengambil satu buah anggur di meja makan.

“Lah? Tanya aja sama Mama.” Jawab Rafi ketus.

“Heleh, Ada apa Mamaku sayang?” Ira menggoda

“Hish! Besok kan pertama kamu masuk Aliyah Negeri, Ra.. Jadi ka...”

Ira tersentak. Yang benar saja, bahkan ia tidak tau bentuk sekolahnya seperti apa.

“Serius Ma? Wah, kok lagi bilang, sih.”

Mama nya menggaruk-garuk kepala yang terbalut kain suci.

“Ahhh, Ngga mau ah... Ira ijin aja dulu.”

“Pala lu, ijin gimana coba? Baru aja hari pertama.” Rafi mengomentari dengan tajam.

“Eh, Ira... Jangan gitu ah. Besok kamu ngga di ajak mikir kok, paling cuma perkenalan aja sayang.” Mama nya memberi pengertian.

Menggeser kan matanya, Ira melihat adik tercinta memainkan tablet tanpa memperhatikan pembicaraan memalas kan ini.

“Serah aja, tapi Ira mau dianter jemput.” Manja nya kumat.

“Lho?? Nanti Fahmi bagaimana kalau kakak minta anter jemput?”

“Naik becak aja kamu,” “Atau naik ojek.”

“Heh! Udah ah... Pagi-pagi udah berantem aja.”

“Dengerin Mama ya... Nanti malam Mama anterin kamu ke pesantren karena kamu besok udah masuk sekolahnya.”

Ira melotot. Mata nya hampir menggelinding di meja makan. Mama nya ini memang sungguh luar biasa membuat hati nya tertikam oleh mangsa sendiri.

“Pesantren? Malam ini? Mama bercanda nya lucu deh.” Ira mencoba menetralkan apa yang baru saja membuat nyawanya hampir melayang.

“Serius sayang. Papa kamu nanti siang juga kemari, Dinda juga.”

“HUH?!” Ira menjerit.

“Ahhhh, ngga mau!”

Berlian bening di kelopak mata Ira mengintip. Hidungnya sudah merah, Cengeng sekali rasanya. Tapi mau bagaimana. Ira mana bisa hidup sehari tanpa keluarga nya.

“Haha, Kak Lala cengeng!” ledek Fahmi tak henti-hentinya

***

Ira POV

Aku benar-benar tak habis pikir dengan keluarga ku, terutama Mama. Bagaimana bisa mereka memutuskan masa depanku segampang itu, ya memang awalny aku setuju saja sekolah dengan pilihan Mama. Tapi itu tidak dengan masuk pesantren.

Sekarang dua koper sudah tertata rapi di dekat meja belajarku. Iya, Mama dan Bibi yang menyiapkan keperluanku.

Sejak  pembicaraan tadi, Aku masih malas menemui mereka. Terutama dua manusia kejam yang sedang duduk di ruang keluarga, kalian pasti tau siapa itu. Aku hanya heran saja, bagaimana Mama kuat melihat kedekatan suaminya dengan pelakor itu, maksudku istri muda suami Mama.

Mengejar Cinta IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang