Bab 19 | Menggores Hati

1.5K 105 4
                                    


Jangan terlalu bahagia dengan hadiah-hadiah hidup,
Kamu belum melewati fase dimana air mata akan sulit dihentikan,
Dimana hati akan sulit dikendalikan
Percayalah jika kamu menemukan bahagia dalam hidup,
Maka jangan lupakan kesulitan dalam hidup, Karena keduanya saling berdampingan.

💓💓💓

Ira POV


Kehebohan di saat jam istirahat adalah hal yang tidak bisa ku hindari, ya sekedar kekantin untuk beli minum saja perlu menunggu sampai kaki mulus ini jadi karatan, bayangkan saja siswa-siswi yang susah diatur dan tentunya susah nahan lapar semua menyerbu kantin sekolah. Hanya saja, saat ini ada yang sangat berbaik hati membelikan ku roti lengkap dengan air mineralnya, tapi tunggu si baik ini siapa gitu? Perasaan teman sekelas pasti tidak ada yang baik gini deh? Halah biarkan. Penting perut ini tak demo-demo ala mahasiswa kena DO.

Mungkin dari salah satu kalian ada yang berfikir kenapa aku bisa normal? Ups sorry maksudnya bisa biasa saja. Padahal baru seminggu jomblo huaaaaa. Oke jangan salah paham dulu guys, disini aku korban, ya. So aku strong kok. Tenang saja, Ira yang kali ini akan lebih hati-hati dengan omongan para lelaki yang matanya jelalatan kesana kemari.

Parah banget, coba deh bayangin jadi aku? Seberapa berat jadi cewe cantik yang masih anget ngejomblo. Semua cowo pada menyerbu guys, parah kan parah? Gini. Aku bukan tipe cewe yang mudah banget tertarik sama cowo jenis apa pun itu, aku lebih suka cowo humoris dan humble dari pada yang sok di romantis kan padahal makan bakso masih ngutang buehh parah.

Belum juga aku ini sembuh dari luka yang sudah ditorehkan oleh lelaki yang seminggu lalu menjadi pacar satu tahunku. Dan sudah ada rentetan manusia tidak jelas yang mencalonkan menjadi pacarku? Hello mereka pikir aku ini perusahaan apa.

Kalian harus tahu, yang sangat membuat aku sengsara sampai saat ini bukan hanya para cowo genit saja, melainkan sahabatku yang amit-amit jabang bayi ikutan milihin pacar, katanya, "Biar kamu nggak galau." Hei, mereka tidak punya kaca atau bagaimana? Ya wajar kalau galau namanya juga putus Cinta. Parah mana galau nya aku sama tuh bocah dua. Hm entalah, selain dari itu. Kakak tersayang yang akan selalu disayang malah bubar sama geng nya yang super duper kece badai. Dan dari omongan orang, penyebabnya adalah aku. Rasanya menjadi pengacau hidup orang itu bukan mau ku guys, sama sekali bukan aku! Ini semua karena Gilang yang merasa tidak enak hati dan akhirnya memilih keluar dari geng yang sudah dibangun kokok sejak kelas VIII, dan tiba-tiba saja hampir hancur hanya karena ada satu semut yang menumpangi *plak

Oke, serius! Aku tidak bohong. Sakit banget rasanya, (lagi nggak membahas cinta ya) Bayangin lagi deh. Aku ini yang masih lugu dan polos sampai di bully seluruh anak SMP-SMA yang memang satu gedung. Itu semua karena kesalah pahaman, dan itu juga yang membuat Kak Rafi tidak nyaman hingga memutuskan pertemanannya dengan Kak Gilang.
Mereka memang tidak menyalahkan ku, justru mereka selalu menjadi obat saat rasa perih kembali menyadarkan ku pada kejadian di kafe. Hanya saja aku belum bisa melupakan Kak Gilang, jujur saja dia laki-laki yang ku harapkan menjadi Cinta pertamaku dan terakhirku. Tapi tragisnya cintaku terlukai oleh kebosanan pada hatinya. Sudah lupakan.

Baru saja aku ingin membuka kemasan roti yang rasanya lumayan ngangenin di lidah. Kegiatan ku terhenti saat mendengar jeritan sahabatku yang tidak lain adalah Zahra. Wait, Zahra menjerit? Benarkah?

"Iraaaa. Ya Allah, kamu di panggil dari tadi nggak nyahut." Protesnya dengan nafas yang masih terengah-engah.

Aku meringis melihat mimik mukanya, dan jilbab yang Hahahaha lari kesana kemari.

"Kenapa, Zahra? Lagian kamu kok teriak-teriak? Bukannya nggak baik ya. Apa itu.. Suara perempuan itu sya..? Apa sih lupa nih."

Ini segala otak ku geser, masak mengingat satu kata saja tidak bisa. Hadeh malu.

Mengejar Cinta IllahiWhere stories live. Discover now