Bab 29| Berharap lebih

1.4K 85 7
                                    

Rasa sakit harus di cintai, Arda. Rasa sakit itu yang bikin sampai di sini, sejauh ini, dan setegar ini.

💜💜💜

Malam itu kepalaku seperti dihantam dengan batu berkali-kali. Pusing sekali. Aku tidak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini, setelah mendengar semua dari Bunda aku ingat betul aku masih sadarkan diri. Selanjutnya, Aku membuka mata, dan posisiku sudah ada di ranjang asrama.

Aisyah bilang aku di antarkan Mbak Pengurus karena aku jatuh pingsan, sepertinya hari-hariku akan semakin sulit di sini.

Pagi ini aku tak fokus pada keterangan dari guru, padahal ini sudah ganti jam pelajaran. Pikiran ku masih melayang mengingat ucapan Bunda, harapan manis Neng Ayun, dan yang paling membuatku merasa ngeri; tatapan datar Gus Auva. Semua itu seperti kaset yang di putar ulang oleh pemilik nya.

"Sampai di sini dulu penjelasan Saya, wassalamu'alaikum anak-anak."

Bu Ning meninggalkan kelas ku dengan segera, ini pukul sembilan lebih lima belas menit yang artinya para siswa akan menyerbu kantin sekolah.

Setidaknya aku bisa berpikir tanpa harus takut kena teguran, sabar dulu cacing-cacing. Kamu harus mengerti bahwa otak ku sedang menenggang.

Hanya segelintir murid yang masih sibuk pada buku hingga memutuskan untuk tidak istirahat, biasa itu orang yang rajin. Tapi, Adam? Cowok ini tumben sekali tidak ke kantin, padahal dia tidak bisa tahan lapar.

Dia menatap ku tajam, Aku segera memalingkan pandanganku ke tempat lain, sial sekali. Dia pasti kepedean.

"Terpesona juga lo sama ketampanan Adam Mahendra," Dia tertawa puas sambil mengambil duduk di tempat Alisa.

Aku meliriknya malas, cowok ini sungguh menyebalkan.

"Bisa gak buat gak ganggu Gue hari ini?"

Dia mengerut kan dahinya, apa yang kurang jelas dari perkataan ku Adam?

"Kapan gue ganggu elo?"

Astagfirullahal'adzim. Sabar Ira, orang sabar di sayang Allah.

"Setiap saat,"

"Masa?"

Aku diam, malas menanggapi mulut monyong nya itu.

"Yaelah, Arda... Arda. Lo gak berubah dari dulu,"

Aku menatapnya bingung.

"Iya, lo tuh kalo lagi punya masalah kelihatan banget. Tadi Bu Ning udah liat lo bengong, tapi beliau diam aja."

Aku mengerjap kan mata tak percaya.

"Sumpah, Ar. Gue mana pernah bohong," Adam membentuk tanda V di depan muka nya.

Iya, Adam memang jujur. Dia tidak pernah bohong, Adam Mahendra cowok menyebalkan di kelasku. Adam adalah incaran anak kelas dua belas, karena Adam selalu terlihat tampan dan keren. Begitu kata Alisa.

Alisa menyukai Adam sejak ada peristiwa terjatuh di lapangan basket, saat itu kepala Alisa terkena bola basket. Bola basket yang salah sasaran. Kalian tau pelaku nya siapa? Yap, Adam Mahendra sengaja ingin mengincar kepalaku dengan bola oranye itu. Sayangnya Aku keburu duduk, jadi Alisa yang terkena imbas.

Aku begitu enek dengan Adam. Dua tahun sekelas dengannya dulu membuatku mengingat lagi bagaimana nilainya dan nilaiku selalu sama. Itu membuat Adam mengganggap aku fans fanatik nya. Gila kan? Mana mungkin fans fanatik sampai segitunya. Menyukainya saja tidak. Hingga akhirnya aku dan dia menjadi rival.

"Woi!" Dia menjerit di telingaku.

Sabar.

"Biasa aja!" Kata ku tak kalah sengit

Mengejar Cinta IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang