Bab 27| Berujung penyesalan

1.3K 79 6
                                    

Malam ini, malam yang di tunggu-tunggu oleh kami. Mencari kebebasan sebentar di luar pesantren adalah suatu peringkat yang sulit dicapai. Pesantren Al-Ikhsan terlalu ketat, gerbangnya pun tidak mudah untuk di panjat. Terlalu tinggi. Malam ini kami sudah benar-benar berdoa, semoga Allah meloloskan aksi nakal kali ini. Setidaknya biarkan kami menghirup udara malam di kota ini.

Ruang Maryam sudah sepi, hanya tersisa aku, dan kedua sahabatku. Kami hanya sibuk memandang dari tadi, sebelum jam delapan tepat tidak ada yang boleh bicara. Tidak boleh bertanya ini itu, itu semua mitos dari Alisa. Yang katanya bisa merusak momen indah malam ini. Kami menurut saja.

Aku sudah tidak sabar, membayangkan ramainya pasar malam, yang paling aku tunggu nonton film atau konser. Ini sungguh menggembirakan. Jangan khawatir tentang tiket, Alisa bilang ia punya kenalan yang dapat diajak bernegosiasi jika ada uang lebih. Maklum, ini indonesia. Semua bisa dicapai dengan uang.

"Yes! Udah jam lapan," sorak Alisa memudarkan lamunanku.

"Yakin ini rencana yang bagus?"

Kami menoleh ke arah Zahra yang masih belum berkutik dari ranjangnya.

"Ck, jelasin deh, Ra."

Aku tersenyum lembut, semoga ini menyakinkan Zahra.

"Santai aja, kita kan cuma mau lihat film, nonton konser, terus ke pasar malam. Insya Allah aman," kataku menarik Zahra keluar kamar

"Kita harus hati-hati, pasang mata pasang telinga," intruksi Alisa

"Siap!"

Kami menatap sekeliling, rasanya di sini aman. Tidak ada tanda-tanda orang lain selain kami.

"Kita lewat belakang aja, Aku udah pertimbangkan. Lewat gerbang depan peluang ketangkap besar."

"Lo yakin? Tembok belakang tinggi banget, Lis," Aku memberi nada peringatan

Sesampainya di belakang pesantren, Alisa mengambil posisi sujud di dekat tembok. Firasatku benar, dia memang sudah gila.

"Ira, kamu dulu yang naik!"

Aku menggeleng, "Nggak! Lo gila?"

"Gak! Karena aku waras makanya aku suruh kamu naik. Ini gak sesusah yang kalian pikirkan."

"Naik aja, Ra. Lisa kuat kok," Zahra menyuruhku.

Demi apa pun ini bukan tentang tak berani melompat, tapi Alisa? Harus ku injak dia? Astaga, benar-benar gila!

"Oke, lo yang minta."

Aku menaiki punggungnya dengan pelan, lalu memanjat tembok dengan lihai. Jangan panik. Jangan panik. Yes! Berhasil. Loncat!  Dan sekarang aku sudah benar-benar di luar tembok pesantren, benar kah? Amazing!

Buk!

"Awww, aduh... aduh..."

HAHAHA

"Ish! Kok di ketawain, sakit tau!" Zahra melotot

HAHAHA

Aku tak bisa berhenti tertawa, dia jatuh dengan keadaan yang amat mengenaskan.
Oh, Aku sungguh jahat.

Detik berikutnya Alisa loncat, ia ikut melotot pada ku. Ganas!

"Gak ada yang luka 'kan?" Tanya nya

"Alhamdulillah,"

"Bagus deh, ayo buruan jalan..." Alisa membantu Zahra berdiri

"...hati-hati, suara kita masih bisa di denger dari dalam."

Mengejar Cinta IllahiOnde histórias criam vida. Descubra agora