Bab 25| Jurusan

1.4K 83 5
                                    

Malam itu aku dan Kak Ayun segera berjalan beriringan menuju kamarku. Tanpa membawa koper, kata Kak Ayun. Dia sudah menyuruh Mbak-Mbak ndalem membawanya.

“Nah, ini kamar kamu.”

“Maryam?”

“Kenapa kamu bingung, heum?”

“Ini kan ruang kamar, kak. Kenapa nama orang yang dipakai?”

Dia terkikik geli. “Haduh, Ira... Ira... Kamu nggak tau Maryam itu nama siapa?” Aku hanya menggeleng santai.

Dia bergumam pelan. “Besok malam ada kajian rutin, kamu akan temukan jawabannya disana, ya.” Katanya.

Kalau sekarang bisa, kenapa nunggu besok malam?

“Iya,” Aku pasrah saja.

Kak Ayun membuka pintunya.

“Assalamualaikum...” Salam kami.

“Wa'alaikumussalam, eh ada neng Ayun...” Kata salah seorang yang entah siapa namanya.

Kak Ayun tersenyum ramah.“Syfa? Kamu kan senior di kamar ini, jadi tolong bimbing adik-adik kamu. Dan ya, bimbing Ira.”

Gadis yang berjilbab pink itu mengangguk serta tersenyum lebar mungkin padaku atau pada Kak Ayun?

“Iya, Neng. Ira itu tempat tidur kamu...” Mbak Syfa menunjuk kasur pojokan kamar.

“Mbak tinggal dulu, ya, Ra? Betah-betah ya.” Kak Ayun menepuk pundakku pelan.

“Iya, Kak. Makasih, ya.”

“Kamu kayaknya dekat banget sama Neng Ayun, Ra.”

Aku mengiyakan ucapan Syfa.

“Beruntung dong, Ra.”

Beruntung apanya?

Aku tidak menjawab memilih diam saja.

“Eh, Gue... Eum... Aku manggilnya apa? Kak atau Mbak atau Neng?”

Syfa tertawa, bukan hanya syfa. Hampir seisi kamar menertawakan ku.

“Eh, siapa namanya... Ira? Ya Allah, panggilan Neng tuh buat anak kiai. Kayaknya kamu nggak ngerti apapun yang menyangkut pesantren, atau jangan-jangan tentang agama juga?”

Aku sudah bisa menebak, akan ada yang mengejek ku disini. Lagi pula pertanyaan seperti apa itu, baru saja mengenalku sudah berani sotoy. Ya, meskipun demikian benarnya.

“Ssttt! Jangan gitu Sa.” Syfa membelaku.

“Kamu manggilnya 'mbak' aja, Ra. Yang tadi nggak usah di masukin ke hati. Besok kan sekolah pertama mu di Aliyah. Semangat ya, aku ke tempat ku dulu.”

Aku rasa Syfa, eh Mbak Syfa tipikal orang yang adil. Maksudku tidak pilih teman, dia lumayan cantik. Hm, kulitnya bersih.

Tapi tunggu, ini seperti ada yang kurang beres. Mama bilang kalau aku sekamar dengan Zahra, tapi mana orang nya?

Setelah merasa kamar ini tenang, aku membuka lemari kecil dari kayu di bagian kiri sisi ranjangku, sudah tertata rapih. Pakaian sekolahku, jilab, kaus kaki, jaket, dan pakaian gamis pastinya. Tapi aku tidak menemukan kaos lengan panjang disini. Pakaian favoritku ternyata tidak ambil alih kepindahanku.

Aku memandangi penghuni kamar ini dengan samar, pasalnya satu jam tadi kamar ini sedikit kisruh karena kehadiranku dan jika tidak salah mereka membahas gus tampan---katanya. Kalian tahu 'kan? Gus tampan yang mereka maksud adalah Gus menyebalkan yang ku rasa.

Mengejar Cinta IllahiWhere stories live. Discover now