Bab 16| Al-Qur'an Sebagai Pedoman Hidup

1.7K 94 1
                                    

Assalamu'alaikmu..
Maaf lama, sibuk soalnya. Judulnya panjang ya kayak panjangnya rinduku padamu.. eaak.

   ¤¤¤

   Cahaya matahari datang dengan malu-malu, langit tidak  secarah hari biasanya, ada awan hitam yang membuatnya terlihat gelap. Ya gelap, seperti kehidupan manusia yang tanpa landasan, dan arah.
   
   Auva sudah menyiapkan beberapa kitab dan Qiro'ati untuk latihan dasar membaca
Al-Qur'an yang akan ia ajarkan pada Ira. Ia masih sedikit ragu untuk mendatangi rumah gadis yang di anggapnya unik, Auva hari ini akan bertemu dengan partner mengajarnya namun demi Sang Abah dia rela menunda pertemuan itu dan lebih memilih mengajari Ira.

   Ia menuruni tangganya dengan hati-hati seraya menyapu pandangan ke sudut-sudut rumah, Wanita paruh baya itu tersenyum hangat ia segera mencium tangan punggungnya dan pamit dengan salamnya. Dari dini keluarganya selalu mengajarkan adab-adab atau etika berprilaku yang sesuai dengan kalamNya, terutama Abah. Ia adalah sosok yang selalu menekan keras agar anak-anaknya tidak ada yang nyeleweng dari syariat islam. Sungguh keluarga yang penuh dengan keberkahan karena tunduk pada Allah, mengidolakan Rasulullah, menjalankan kewajiban sebagai muslim, mengajak pada ma'ruf, mencegah pada yang mungkar, dan melaksanakan sunnah.

   Sepanjang perjalanan Ia hanya disuguhi oleh kendaraan yang memenuhi ibu kota, bosan rasanya setiap keluar rumah melihat problem yang sudah sangat sering terjadi. Auva mendendangkan lagu qosidah dan shalawat favoritnya sebagai obat penyejuk hati setelah Qur'an.

   Tanpa dirinya sadari ia sudah memarkirkan mobilnya dihalaman luas milik Ira, megah sangat megah. Mungkin orang yang datang ke rumahnya mengira bahwa ini adalah istana negara. Auva segera mengucapkan salam dan menekan bel beberapa kali.

"Eh, den Auva, ayo masuk." Pinta Bi lastri.

   Auva masuk dan dipersilahkan duduk, meskipun raganya ada disini namun hatinya ada dimasjid, karena ia lebih senang mengajari anak-anak mengaji. Lamunannya berhasil pudar saat ada gadis datang dengan sapaan. Auva sedikit terkejut saat melihat penampilan Ira sekarang, sungguh demi apa pun dia terlihat anggun, Ira tersenyum kecut hingga membuat Auva tolak melihatnya.
   Mereka berjalan menuju ruang keluarga, sebenarnya akan lebih baik di ruang tamu namun satu jam lagi teman-teman kakaknya akan datang. Auva langsung duduk disusul oleh Ira, jarak mereka cukup lebar.

"Kamu sudah wudhu?" Tanya Auva yang masih sibuk mengeluarkan kitab-kitab.

Ira berdecak keras.

"Emang harus wudhu, gua malas." Respon yang membuat Auva geleng-geleng, bahkan gadis ini tidak tahu harus dalam keadaan suci dahulu saat mengaji.

"Saya disini guru kamu, maka ikuti peraturan saya. Lebih tepatnya peraturan Allah." Jelas Auva dengan senyum ramahnya, Ira tidak berkutik dan segera pergi mengambil air wudhu.

   Auva merasakan bahwa ponselnya berbunyi, Ia mengambil ponselnya dari saku celananya. Dua pesan baru. Batinya. Ia memasukan pin kunci untuk membuka ponselnya dan setelah terbuka matanya tertuju pada pesan tadi.

Assalamualaikum, ane gak jadi pindah ke luar kota. Partner guru ngajinya udah ane cancel.

Dengan senyum yang khas, Auva mulai mengetik pesan via WhatsApp pada sahabatnya.

Alhamdulillah, saya padahal  udah ga enak karena ga bisa ketemu sama partner baru, Dav.


Loh emang ente ini ga dirumah?

Mengejar Cinta IllahiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora