Bab 26| Cinta dan Benci

1.4K 80 2
                                    

Di dalam ruang Maryam terjadi aktivitas yang sama seperti sebelumnya. Ada yang baca Qur'an, hapalan, belajar, dan ada juga yang ghibah.

Di Ranjang selatan Ira masih stay dengan pendiriannya, memohon pada Syfa untuk membimbing nya menghapal rangkaian sholat serta bacaannya. Dia tau, kalau Syfa type wanita yang tidak tegaan. Itu yang membuat Ira memilih Syfa.

"Mbak, please. Ajarin aku dong." Ira masih memohon di ranjang Syfa. Dia bodoamat dengan suara bisik-bisik tukang ghibah.

Syfa terlihat bingung. "Bukannya Mbak gak mau, tapi Mbak gak sempet, Ra. Kamu tau sendiri Mbak ini pengurus, tugas Mbak itu memang membimbing tapi bukan yang buat hapalan, sayang." Syfa mencoba membuat Ira mengerti

"Yah, terus gimana dong? Aku tadi udah hapalan tapi kata Alisa sama Zahra semua pelafalan nya belepotan." Ira menghembuskan nafas kecewa.

Syfa memegang pundak Ira, "Ra, semua orang belajar pasti pernah ada di posisi kayak kamu. Jadi kamu jangan merasa putus asa. Mbak tau, ini seharusnya kamu hapal di usia SD. Tapi kamu juga harus ingat, nggak ada kat terlambat buat belajar. Apalagi hal wajib kayak gini."

"Orang islam itu harus menunaikan kewajiban, Sholat salah satunya, Ra. Jadi Mbak mutusin mau bantuin kamu."

Syfa tersenyum tulus seraya melihat ke arah kitab yang Ira bawa, Syfa merasa kasihan kepada Ira. Gadis secantik dia dan secerdas Ira harus mengalami hal yang begitu pahit di masa-masa remajanya.

"Yaudah, nanti kita belajar nya. Aku harus ke ndalem dulu. Nggak papa kan?" Ijin Syfa

"Hm, yaudah."

*****

Ira menatap luar ke arah jemuran para santriwati. Kali ini tempat yang sering ia kunjungi malahan tempat favoritnya sekarang. Dengan segala tanaman yang menghijau kan padangannya.

Sedangkan  kedua temannya itu sudah mulai tidak asik, Zahra dengan keuletan belajarnya hingga lupa bahwa ada Ira yang ingin berbagi cerita.
Alisa yang sudah mulai gila, mencoba hal-hal yang ekstrem sampai mendatangkan surat teguran dari pihak sekolah pun pasantren.

Rencana Alisa yang membuat Ira harus meremas otaknya supaya mendapat keputusan yang tidak merugikan siapa pun. Sebenarnya rencana kabur dari kajian malam nanti bukanlah hal yang ekstrem bagi mereka, hanya saja, jika sampai terjadi sesuatu lalu melibatkan pesantren itu yang akan dikatagorikan ekstrem.

"Kalo gue kabur dari kajian terus ketahuan bisa berabe urusannya... tapi kalo nggak kabur gue suntuk banget. Apalagi kalo samping gue si Dilla, bisa darah tinggi.."

"Kalo dipikir-pikir lagi, nonton konser terus lihat pasar malam tuh bukan hal yang mengerikan, deh. Lagi pula mau masuk semester satu itung-itung refreshing deh." 

Setelah menyelesaikan aksi debat dengan otak dan nuraninya. Akhirnya Ira memutuskan untuk ikut nakal malam ini.
Ira menemui Alisa di Aula santri.

"Iraaaa. Sini!" Panggil Alisa saat melihat Ira kebingungan di Aula

Ira menoleh seraya melambaikan tangan pada Alisa. "Huh, Aula segede ini bikin gue pusing nyari bocah tengil kayak lu," Sambar Ira kesal

"Enak aja, Aku nih baik ya! Kamu harus ingat jasaku bayarin bakso kamu tuh," tukas  Alisa

"Iya iya. Eh, gue mau kasih lu kabar gembira nih. Setelah gue pikir dengan matang gue putusin buat ikut acara nakal besok," Ira menaik turunkan alisnya bergantian

Mengejar Cinta IllahiWhere stories live. Discover now