Part 2

7.1K 1K 61
                                    

Author pov

Hyein masih membeku di posisinya, otaknya benar-benar tidak bisa mencerna apa yang baru saja dilakukan lelaki yang kini masih menyudutkannya di pintu mobil. Nafas  keduanya masih memburu membuat mereka dapat merasakan deru nafas masing-masing dalam jarak yang seminim ini.

Baekhyun tersenyum penuh kemenangan melihat pemandangan wanita cantik yang saat ini sibuk mengatur nafasnya.

"Jangan main-main denganku, Nona Choi..."

Ucapannya sontak mengembalikan kesadaran Hyein, ia mendorong kuat tubuh lelaki di depannya memberi jarak antara mereka. "Bajingan!" Umpat Hyein dengan penuh pekanan menyiratkan emosi dalam dirinya.

Hyein segera mengambil tasnya dan bergegas keluar mobil tanpa memperdulikan lelaki yang sedari tadi menatapnya dengan senyum miringnya, Baekhyun melajukan mobilnya setelah Hyein menghilang dari pandangannya.

Hyein menghempaskan kasar tubuhnya ke atas sofa di ruang tengahnya dan menutup wajah lelahnya dengan sebelah tangannya. Hari ini benar-benar membuat batinnya lelah, ia tidak habis fikir bahwa hidupnya bisa berubah hanya dalam 1 hari. Begitu hebat pengaruh seorang Byun Baekhyun dalam hidupnya, hingga membuat patung es seperti Hyein menjadi seperti cacing kepanasan.

Ia bejalan gontai menuju dapur untuk mengambil sesuatu yang mungkin dapat melegakan kerongkongannya yang kering sedari tadi.

Brak!!!

Botol yang dipegang tangan kiri Hyein tiba-tiba terlepas dan menggelinding di lantai, ia menggenggam tangan kirinya yang kini gemetar tanpa alasan. "Tidak berguna!" gumam Hyein penuh emosi.

***

Hyein pov

Hari ini aku benar-benar sibuk, bahkan rasanya tidak punya waktu untuk sekedar mengisi tenaga. Banyak sekali proposal proyek yang harus aku periksa, ayolah bagaimana mungkin aku harus menangani 3 proyek sekaligus.

Drrrrttt... drrrttt...

Kualihkan perhatianku pada benda persegi panjang yang ku letakkan asal di atas meja kerjaku, Aboji, kuraih ponselku dan menggeser ikon hijau lalu menepelkannya di telinga sambil menghimpitnya dengan bahu untuk menahan agar tetap diposisinya.

"Yeobseo?"

"Apa kau lupa hari ini harus fitting baju pengantin?"

"Apa tidak bisa ditunda? aku benar-benar sibuk, banyak proposal yang-"

"Pekerjaamu akan digantikan pamanmu hari ini, aku sudah membicarakan dengannya" ucap Ayah memotong pembicaraanku.

Aku menghembuskan nafas panjang, "Baiklah, aku harus kemana?"

Kulangkahkan kaki menuju ruangan direktur perusahaan BJ group, sebenarnya lebih baik terjun dari atap gedung 24 lantai ini daripada harus masuk ke ruang terkutuk ini. Ah, bukan ruangannya tapi pemilik ruangannya.

"Dia ada di dalam?" tanyaku pada sekretarisnya.

"Eh.. n-nona Choi?" tanyanya terbata yang kubalas anggukan

"T-tuan i-itu sedang..." sambungnya terbata.

Aku mengernyit, Ada apa dengan orang ini? batinku. Tanpa menunggu kelanjutan kata-katanya aku membalikkan tubuhku menuju pintu ruangan yang bertuliskan Direktur Byun Baekhyun, bukannya tidak sopan tapi aku malas basa-basi apalagi dia berbicara tidak jelas.

Cklek...

Kubuka perlajan pintu yang ada dihadapanku dan langsung disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Si Brengsek yang berstatus calon suamiku itu sedang bercumbu panas dengan wanita yang yah... aku akui cukup seksi, kegiatan mereka terhenti begitu menyadari keberadaanku di ambang pintu.

"Lanjutkan saja, aku akan menunggu di luar." ucapku datar, aku berjalan menuju ruang tunggu yang berada di lantai yang sama. Sekali brengsek tetap saja brengsek batinku.

"Ayo" aku mengadah sedikir untuk melihat orang yang berbicara padaku.

"Sudah?" tanyaku

"Belum, tapi ada calon istriku disini" jawabnya santai

"Selesaikan saja" ucapku acuh

"Bagaimana kalau kau saja"

Aku menatapnya tajam, "Dasar sinting!" Ucapku penuh penekanan lalu berjalan mendahuluinya.

***
Aku memasuki sebuah butik yang terletak di daerah Myeongdong dengan langkah berat, dulu ini adalah impianku untuk masuk ke butik ini mencari baju pengantin untukku dan pria yang kini berjalan berdampingan denganku. Tapi itu dulu, sebelum aku membencinya lebih dari hidupku saat ini.

Pegawai butik menyapaku dengan ramah, "Nona Choi dan Tuan Byun?" Tanyanya memastikan, aku membalasnya dengan anggukan dan senyum tipis.

"Baiklah silahkan ikut kami"

Beberapa pegawainya membantuku mengenakan gaun yang telah dipesan oleh calon mertuaku, ah mengingat bahwa aku akan menikah dengan anak dari Nyonya Byun membuat mood ku memburuk.

Setelah selesai, tirai yang membatasiku dan Baekhyun terbuka, dia tampak mengenakan tuxedo hitam dengan kemeja putih. Tampan batinku, aku merutuki diriku yang tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa dia benar-benar tampan, mata sipit, hidung mancung, rahang tegas dan bibir cherry benar-benar tipikal pria idaman. Astaga apa yang aku pikirkan, kutarik nafas anjang mengembalikan kesadaranku.

Aku menyadari tatapan seseorang yang sedari tadi mengamatiku lekat-lekat.

"Apa?" Tanyaku datar

Baekhyun menyeringai, "Cantik" gumamnya pelan yang masih dapat kudengar. Aku tetap memasang wajah dinginku, andai saja hari ini terjadi 3 tahun yang lalu aku pasti tersenyum bahagia dihadapannya.

Usai membeli baju pengantin, kami melanjutkan perjalanan mencari cincin pernikahan disalah satu toko perhiasan langganan ibu Baekhyun.

Sepanjang perjalanan aku tidak berbicara sama sekali dan aku rasa tidak perlu karena semuanya sudah diatur oleh orang tua kami, aku hanya perlu duduk manis dan mencoba semua yang telah dipilihkan.

Baekhyun memarkirkan mobilnya di basement apartementku, "Aku punya kekasih" tutur Baekhyun.

"Bukan urusanku" ucapku tanpa menoleh padanya.

"Aku harap setelah kita menikah kau tetap memegang ucapanmu."

"Baiklah" jawabku, aku segera keluar dari mobilnya tanpa menoleh sedikitpun. Aku tersenyum sinis, benar perasaan itu sudah hilang sepenuhnya bahkan kata-katanya yang dulu menyakitiku tidak berarti apapun lagi.

Aku ikuti permainanmu Tuan Byun

Bastardजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें