Part 26 [END]

8.4K 776 58
                                    

"Sayang, kau yakin?"

Sudah tidak dapat aku hitung pertanyaan yang sama terlontar dari Baekhyun, aku saja lelah menjawabnya.

"Iya, aku tidak apa. Oppa pergi saja, sebentar lagi Eunwoo akan datang menemaniku." jawabku sambil mendorong tubuhnya ke arah pintu.

Baekhyun membalikkan tubuhnya menatapku cemas untuk kesekian kali, "Hubungi aku kalau ada apa-apa, mengerti?" tegasnya yang aku iyakan agar lelaki ini cepat pergi dan tidak terlambat bekerja.

Ia mengecup keningku lalu menangkup wajahku, menyatukan bibir kami dan melumatnya sebentar lalu berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan perutku.

"Jagoan, ayah pergi bekerja ya? Jaga ibumu, kalau mau keluar tunggu ayah pulang." Baekhyun mengecup perutku lama, aku tersenyum melihat betapa ia sangat menyayangi calon anak kami. Ia mengecup keningku sekali lagi sebelum benar-benar meninggalkan pekarangan rumah. Kami memutuskan pindah dari apartemen dengan paksaan Baekhyun, dia ingin kami memulainya dari awal dengan hidup baru seperti pasangan umumnya. Baekhyun mempunyai impian bermain dengan anaknya di taman belakang rumah, lucu dan sangat menyenangkan hanya dengan membayangkannya saja.

Usia kandunganku sudah menginjak 9 bulan lebih dan dokter bilang hanya tinggal meunggu hari, Baekhyun menjadi semakin protektif karenanya. Sehun dan Seungho oppa pun tidak kalah cerewetnya dengan suamiku ini, ayahpun sama saja ia sampai melarangku bekerja sejak bulan ke 8, bosan tentu saja tapi aku bersyukur dengan hidupku yang semakin membaik.

Kehadiran Byun junior ini memang memberikan dampak positif pada hidupku, tapi aku tidak akan melupakan kakaknya yang sudah tenang di sana. Walaupun dia sudah pergi jauh, Baekhyun tetap memberikannya nama. Byun Hwa Eun, nama yang Baekhyun pilihkan artinya anugrah yang abadi. Ya, karena Hwa Eun akan selalu abadi dalam hati kami meski tidak pernah melihat dunia dia tetap menjadi anugrah dalam hidupku dan Baekhyun.

Tok tok tok

Nah aku tahu siapa ini, dia selalu mengetuk pintu padahal ada bell yang tertempel tepat di sampingnya.

"Noona." Eunwoo tersenyum menampakkan eyesmilenya. Ia menerobos tidak tahu diri dan langsung menyambar toples camilan di atas meja. Dasar sekretaris tidak tahu malu, beruntung aku menganggapnya adikku sendiri.

"Apa aku terlambat datang? Baekhyun hyung berisik sekali menelfonku terus menerus padahal aku sedang mengemudi." omelnya sambil tetap mengunyah.

Aku terkekeh laku mengacak rambutnya sayang, "Tidak, dia memang sedikit berlebihan belakangan ini."

Ia menatapku lama dari atas kebawah, entah apa yang dipikirkannya lalu dia tersenyum bodoh padaku. "Halo keponakan, apa kabar?" tanyanya senang sembari mengelus perut buncitku.

"Eoh? Noona!" pekiknya antusias.

"Dia menyapamu Eunwoo-ya."

Byun kecil bergerak lincah menendang-nendang dari dalam, rasanya sedikit nyeri kalau sudah terlalu kuat tapi tetap rasanya terobati menyadari dia sehat-sehat saja. Aku malah panik jika dia tidak bergerak sehari saja.

"Kau belum sarapan kan?"

"Belum, aku kan kesini untuk makan gratis." aku bersumpah ingin memukul kepalanya, tapi urung setelah ia memasang aegyonya.

Aku menyiapkan sarapan untuk Eunwoo dan segelas susu hangat, dia ini memang adik kecil. Padahal usianya sudah 26 tahun tapi suka sekali susu coklat, dan aku sudah menyiapkan untuknya setiap pagi selama sebulan ia menemaniku di rumah. Ayah menyuruhnya menungguiku di rumah tanpa potongan gaji, bahkan Eunwoo kemarin mengaku gajinya naik setelah ia menemaniku di sini pasti Ayah yang melakukannya.

BastardWhere stories live. Discover now