Part 16

5.3K 853 11
                                    

Hyein membuka matanya setelah merasakan tidurnya terganggu, jantungnya hampir berhenti saking kagetnya melihat wajah Baekhyun yang berada hanya 5 senti dari wajahnya. Lelaki itu menyentuh setiap inci wajah Hyein dengan jarinya saat wanita itu tertidur.

Baekhyun terkekeh pelan melihat ekspresi terkejut Hyein yang ketara, "Apa aku membangunkanmu?" Sungguh pertanyaan bodoh, jelas-jelas Hyein memang terbangun karenanya.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Hyein mengabaikan perasaannya yang campur aduk karena lelaki itu.

"Hanya sedang susah tidur."

Bohong, Hyein tau Baekhyun berbohong.

"Aku tidak tau apa yang terjadi padamu, tapi kau bisa sakit jika kurang tidur." Ujarnya lembut. "Besok kau ada rapat penting kan? Sebaiknya jaga kesehatanmu."

Rasa hangat melingkupi hati Baekhyun, Hyein selalu memperhatikannya padahal selama ini Baekhyun hampir tidak perduli pada wanita yang telah menyandang marganya itu.

"Boleh aku meminta sesuatu sebelum tidur?"

"Apa?" Tanya Hyein lemah, ia mengantuk.

"Aku ingin menciummu." Seketika kantuk Hyein menguap, lelaki di depannya ini sakit jiwa atau hanya ingin menggodanya?

"Tidak lucu." Jawab Hyein tanpa sadar.

"Aku tidak sedang bercanda Hye." Tegasnya.

Hyein mematung, lidahnya kelu untuk menjawab. Ini pertama kalinya Baekhyun meminta izin untuk menciumnya, selama ini ia akan langsung mencium Hyein jika ingin.

Baekhyun tersenyum lembut, "Diam aku anggap sebagai jawaban 'ya'" lelaki itu menempelkan bibir mereka lama dan dalam lalu melumatnya lembut, tidak ada nafsu seperti biasanya tapi ciuman lembut penuh perasaan.

Ini pertama kalinya Baekhyun melakukan ini, sungguh berbeda dan rasanya membuat Hyein nyaman. Hyein memejamkan matanya lalu membalas, mungkin Baekhyun mengalami sesuatu yang berat dan membutuhkan seseorang untuk berbagi hanya saja terlalu gengsi.

Hyein pikir ini hanya untuk menalmpiaskan masalahnya, tak apa selama hanya ciuman. Baekhyun melepaskan pagutan mereka lalu mengecup bibir Hyein beberapa kali, ini bukan ciuman pertama mereka tapi kali ini berhasil membuat jantung keduanya berdetak tidak karuan.

Lelaki itu tersenyum tulus menampakkan sedikit eye smilenya sebelum menarik Hyein ke dalam pelukannya. Hyein merindukan senyuman itu, senyuman yang dulu berhasil membuatnya jatuh lagi dan lagi tapi kali ini Hyein tidak mau terbawa sampai sejauh itu karena ia tau Baekhyun tidak pernah benar-benar miliknya.

***

Hyein kewalahan menangani dokumen yang ada di hadapannya, sebulan lebih dalan keadaan buruk akibat morning sick membuat pekerjaannya semakin menumpuk. Sekretarisnya, Eunwoo bahkan dengan tidak berperasaannya terus meletakkan dokumen baru untuknya.

"Ya! Yang ini saja belum selesai Eunwoo-ya."

Eunwoo menggeleng tidak mau tau, "Baru hari ini kau benar-benar berkerja noona no mercy." tegasnya.

Hyein mendengus kesal, jika Eunwoo tidak dianggapnya adik sendiri maka habislah dia.

Melihat Hyein mengerucutkan bibir membuat Eunwoo tertawa keras-keras, Hyein sering berperilaku kekanakan belakangan ini. Sikap dingin Hyein perlahan luntur, hilang entah kemana digantikan dengan Hyein yang easy going dan kekanakan. Entah apa sebabnya tapi Eunwoo bersyukur akan hal itu, Hyein yang dingin dan kaku seperti es kutub sangat menyeramkan, sungguh.

Menurut Eunwoo, Hyein terlihat seperti kakaknya yang sedang hamil. Apa Hyein juga hamil? Tapi Hyein tidak pernah mengatakan apapun tentang itu padanya, lagi pula Hyein sudah menikah dan itu bukan masalah jika ia hamil pikir Eunwoo.

Getaran ponsel mengalihkan atensinya dari Hyein, Eunwoo melihat Hyein yang masih terfokus dengan dokumen tanpa menyadari ada panggilan masuk membuat Eunwoo berinisiatif memberikan benda persegi panjang berwarna gold itu.

"Noona ada panggilan dari ibu mertuamu." Hyein mengangkat wajahnya dan menatap Eunwoo beberapa detik.

"Ah ya terimakasih."

Hyein menempelkan ponselnya di telinga kiri dan menahannya dengan bahu sambil melanjutkan pekerjaannya.

"Halo ibu, ada apa?"

Mata Hyein membulat, ballpoint silver yang sedari tadi bertengger di jarinya terlepas. Eunwoo terlihat bingung dengan air wajah Hyein yang mendadak berubah sedih dan terkejut.

"A-aku akan ke tempat Baekhyun dulu, ibu tenanglah aku akan segera kesana."

Ponsel Hyein terjatuh karena tangannya yang gemetaran, pipinya basah dengan air mata. Eunwoo yang berada disana dengan sigap memungut ponsel Hyein dan berusaha menenangkan noonanya.

"T-tolong antar aku... Ke kantor Baekhyun."

***

Eunwoo dan Hyein sudah tiba di depan lobby BJ Corp. Hyein yang tadinya sangat lemas kini seolah telah memperoleh tenaganya dan berlari menuju lift ia tidak mengatakan apapun pada Eunwoo dan lekaki itupun merasa itu bukan bagiannya untuk ikut campur.

Hyein membuka pintu ruangan Baekhyun tanpa mengetuk, ia mendapati Baekhyun tengah duduk di kursi kebesarannya dengan wajah menangkup di atas meja. Hyein berjalan pelan mendekatinya, wanita itu meremas bahu Baekhyun memberikan kekuatan.

Mendapati Baekhyun menatapnya dengan mata sembab membuat hati Hyein serasa diremas kuat, Hyein membawa Baekhyun ke dalam pelukannya disertai pecahnya isak tangis dari suaminya itu.

Tak ada sepatah katapun keluar dari bibirnya yang terkatup rapat, disaat seperti ini ia tidak boleh menangis. Baekhyun membutuhkan kekuatan dari orang disekitarnya.

Merasa tangisan Baekhyun cukup mereda, Hyein melepaskan pelukannya lalu menangkup kedua pipi Baekhyun dengan kedua tangannya dan mengusap sisa air mata yang membasahi pipi lelaki itu.

"Dia meninggalkanku Hye." ucap Baekhyun parau.

Hyein hanya menahan bibir Baekhyun untuk berkata lebih jauh dengan ibu jarinya dan menggeleng lemah, "Ayo pulang, nenek pasti menunggumu sekarang." Seulas senyum tipis terpatri di wajah Hyein.

Baekhyun mengangguk lemah lalu mengikuti langkah Hyein yang masih setia menghenggam erat tangannya. Ia mengabaikan tatapan perihatin karyawannya melihat wajah sembabnya, tatapannya hanya tertuju pada seseorang yang memberinya sedikit ketenangan sedari tadi, istrinya.

Eunwoo mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang sambil sesekali melirik ke arah pasangan suami-istri yang duduk di bangku belakang dengan kaca spion. Eunwoo baru mengetahui nenek dari Baekhyun meninggal dunia hari ini setelah mendengar pembicaraan beberapa karyawan disana.

Ia merasa perihatin melihat Baekhyun yang sesekali masih meneteskan air mata di pundak istrinya. Eunwoo dapat melihat sisi berbeda dari Hyein yang selama ini ia kenal, ia melihat ketulusan, kesabaran dan sifat keibuan menyeruak dari Hyein.

Setelah hampir 4 jam perjalanan mereka sampai di kediaman keluarga Byun di Bucheon. Baekhyun setengah berlari memasuki rumahnya diikuti Hyein yang berjalan di belakangnya dengan tatapan sendu.

Nyonya Byun memeluk erat putranya yang terisak melihat tubuh kaku sang nenek, bibir Hyein gemetar menahan isakan sedangkan air matanya sedari tadi tak berhenti menyuarakan kesedihannya. Nenek Byun adalah orang yang baik dan penyayang, ia selalu membuat Hyein merasa memiliki keluarga saat bersamanya.

Hyein beranjak mendekati Baekhyun dan menepuk punggungnya pelan berusaha menenangkan walaupun ia sendiri dalam keadaan tidak baik, bahkan bayinya seperti tahu neneknya pergi untuk selamanya sehingga membuat Hyein mengernyit menahan keram di perutnya.

Baekhyun membalikkan badannya menangkap tubuh Hyein dalam pelukannya dan kembali terisak, Perut Hyein semakin keram bayinya seperti ikut sedih dengan tangisan ayahnya. Hyein memeluk Baekhyun erat dan menepuk punggungnya sekali lagi.

"Kau masih punya aku, Baekhyun."

***

Mau aku double update lagi ga? Kalo iya ntar malem aku post chap selanjutnya hehe

BastardWhere stories live. Discover now