Part 6

5.7K 894 27
                                    

Sudah sebulan pernikahanku dengan Baekhyun, aku cukup bersyukur dia tidak pernah "menyentuh"ku. Walaupun kadang dia bersikap kurang ajar dengan mencium atau memelukku tiba-tiba. Yah biar kan saja, aku tahu semakin aku melawannya semakin jauh perbuatannya.

Satu lagi yang membuatku tambah pusing, ibunya selalu saja menghilangkan bantal yang sengaja kubeli agar Baekhyun tidak memelukku setiap malam. Dalam seminggu aku bisa membeli 5 bantal dan tetap akan hilang esok harinya. Akhirnya aku menyerah, jika terus begini hanya membuang tenaga dan waktuku.

Insomniaku semakin parah tapi aku terus berpura-pura tidur di sebelahnya setiap malam. Aku harus mengendap-ngendap setiap malam untuk meminum obat tidur, aku tidak akan menujukkan sisi lemahku padanya.

Aku hampir tidak punya waktu untuk konsultasi karena proyek kerjasama perusahaan ayah dan baekhyun yang baru berjalan butuh pengawasan extra. Semoga saja tubuh dan otakku masih bisa kompromi.

Cklek

Pintu apartemen terbuka, aku tau siapa yang datang tanpa perlu menoleh. Jelas saja, hanya Baekhyun dan aku yang tau passwordnya ahh... ralat hanya aku, Baekhyun dan kekasihnya yang tau.

Aku tidak berniat beranjak sama sekali dari tempat dudukku, masih dengan posisi yang sama aku menyandar di sandaran sofa. Kepalaku semakin sakit hari ini.

Baekhyun turut duduk di sebelahku dan memejamkan matanya, ia terlihat sangat lelah.

"Kau sudah makan?" Tanyaku sambil melihat ke arahnya.

Lelaki itu membuka matanya tanpa melihat ke arahku, "Belum." Jawabnya yang membuatku menghembuska nafas panjang.

Walaupun hubunganku dengannya kurang baik aku tetap mengurusinya sebagai istri. Setidaknya agar Tuhan tidak terlalu membenciku karena bermain-main dengan ikatan suci.

Aku beranjak ke dalam kamar dan menyiapkannya air hangat beserta baju gantinya lalu kembali ke ruang tengah, "Mandilah, aku akan menyiapkan makan malam." Ucapku sedikit memerintah.

Baekhyun mengangguk lalu masuk ke dalam kamar. Sebenarnya aku merasa sedikit aneh dengan tingkahnya hari ini, dia lebih penurut dan tidak banyak tingkah. Biasanya dia akan menggodaku sampai aku naik pitam, aku mengidikkan bahuku acuh apa peduliku?

***

Author pov

Tidak ada yang spesial dalam pernikahan Hyein, semuanya terasa hambar. Ia diam namun hatinya memekik, meronta minta dibebaskan setiap saat. Hyein tidak sanggup hidup dengan Baekhyun yang kini berstatus sebagai suaminya, apalah artinya sebuah status jika keduanya sama-sama memberontak dalam hati.

Seperti sore ini, Hyein mendapati Jinri dan Baekhyun sedang bercumbu di apartemen. Bukannya cemburu, ia hanya risih setiap kali mendengar desahan menjijikkan dari keduanya. Ia butuh istirahat, jika ada tempat yang benar-benar membebaskannya dari Byun Baekhyun ia akan dengan senang hati berlari kesana.

Hyein memasang earphone dan memutar musik dengan volume maksimal menghindari suara-suara aneh di luar sana, ia memejamkan mata berharap ada keajaiban yang membuatnya tidur dengan sendirinya tanpa obat sialan itu.

Wanita itu tidak tidur, meskipun sudah memejamkan mata berjam-jam, tubuhnya tersentak berasakan ada tangan yang menggerayangi tubuhnya disertai material basah yang melumat lehernya lembut. Hyein mendorong tubuh kekar yang tengah menindihnya, namun tidak mengubah posisi lelaki itu sedikitpun. Astaga, apa dia belum puas dengan kekasihnya tadi?

"Jauhkan tangan dan bibir kotormu dariku brengsek!" ujar Hyein sinis.

Baekhyun terkikik, apa dia sudah gila? Hyein baru saja menghinanya tapi dia malah tertawa. Ck! Kemana otak cerdas soerang Byun Baekhyun sampai tidak bisa memproses informasi, bahwa ia sedang dikatai brengsek?

"Aku pikir kau menggodaku dengan pakaian sperti itu." ucap Baekhyun santai.

Hyein memandang tubuhnya mencari apa yang salah dengan pakaiannya. Tidak ada yang salah, dia hanya menggunakan kemeja putih yang tampak menenggelamkan tubuhnya dan juga hotpans.

"Otakmu saja yang mesum!" teriak Hyein.

Baekhyun memajukan tubuhnya membuat wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja, "Adikku tegang melihat bentuk tubuhmu." Bisiknya seduktif membuat Hyein refleks mendorong Baekhyun lalu beranjak dari sana sedangkan lelaki itu tertawa semakin keras

Sabar Hyein batin Hyein menenangkan.

***

"Hye, aku akan memberimu obat dengan dosis yang lebih tinggi." Seungho menatap Hyein yang berada di depannya sendu.

Hyein mengangguk sembari tersenyum, tidak ada ketulusan disana hanya ada gurat kesedihan yang tersimpan jauh dalam hatinya. Seungho tau Hyein tidak baik-baik saja walaupun Hyein terus meyakinkannya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia seorang psikiater dan itu membuatnya dengan mudah membaca keadaan Hyein.

Wanita itu butuh bantuan, meskipun Hyein tidak pernah memikirkan kejadian masa lampau. Tapi traumanya terhadap pelaku membuat kenangan menyakitkan itu terputar dengan sendirinya di luar kendali. Seungho khawatir Hyein mulai berhalusinasi jika ia kekurangan tidur terus menerus, otaknya butuh beristirahat.

Melihat kantung mata Hyein yang mulai kehitaman membuat ia miris sendiri karena tidak bisa menyelamatkan adiknya dari bajingan itu. Jika bisa, ia ingin membawa kabur Hyein dari kehidupannya dan melupakan semua yang terjadi. Hyein baru saja bangkit, tapi ia hampir terpuruk lagi sekarang.

"Jangan cemas, aku baik-baik saja Oppa. Aku masih bisa mengatasinya." ucap Hyein meyakinkan.

Seungho tersenyum tipis, ucapan adiknya itu lebih terdengar seperti meyakinkan diri sendiri dari pada meyakinkannya. "Datanglah kapan saja kalau kau mau diterapi." Hyein mengangguk lalu beranjak berdiri didepan Seungho, ia memeluk Seungho erat seolah hanya itu pelampiasan ketakutannya saat ini.

"Aku masih ada pekerjaan, nanti kuhubungi lagi." ucap Hyein setelah melepaskan pelukannya, Seungho mengangguk sebagai jawaban.

BastardWhere stories live. Discover now