Part 18

5.6K 821 25
                                    

"Tentu saja."

Hyein mencondingkan tubuhnya mendekati Baekhyun tanpa ia sadari, tubuhnya seolah bergerak dengan sendirinya.

Cup

Baekhyun mematung merasakan sentuhan bibir lembut di pipinya, Hyein menciumnya dan ia dapat merasakan ketulusan wanita yang berstatus sebagai istrinya itu setelah melihat senyuman itu sekali lagi. Senyuman yang berhasil membuat perasaan Baekhyun tidak karuan entah kenapa. Tidak, Baekhyun tahu benar perasaan itu. Perasaan yang sempat membuat dunianya hanya berpusat pada Hyein.

"Kau belum makan kan? Aku akan memasak, tunggu sebentar." Hyein melangkahkan kakinya meninggalkan Baekhyun yang masih mematung. Hyein malu dengan perbuatannya, entah setan dari mana yang merasukinya dan membuatnya melakukan hal aneh seperti itu. Hyein tau itu bukan karena keinginan bayinya, tapi itu terjadi begitu saja tanpa Hyein sadari.

Hyein tidak dapat makan dengan tenang kerana lelaki Byun itu terus melirik ke arahnya, meskipun tidak menoleh ia dapat merasakan tatapan canggung Baekhyun padanya. Tentu saja mereka merasa canggung, Hyein bukan seorang wanita agresif yang akan mencium terlebih dahulu. Meskipun hanya di pipi tapi efeknya sampai ke jantung Baekhyun.

"Ehem... Sudah?" tanya Hyein dengan nada canggung.

Baekhyun mengangguk pelan menandakan ia sudah selesai dengan santapannya, dengan sigap Hyein mengambil peralatan makan untuk di cuci. Hyein tidak sanggup berada di dekat Baekhyun lebih lama lagi, itu tidak baik untuk kinerja jantungnya.

"Mm... Hye." panggil Baekhyun ragu.

Nafas Hyein tercekat, ia seperti lupa cara bernafas hanya karena lelaki itu menyebut namanya. Sungguh luar biasa efek seorang Byun Baekhyun untuk dirinya. Hyein merasa bodoh karena melakukan hal di luar nalarnya kepada Baekhyun, jika tidak mereka tidak akan canggung seperti ini.

Wanita itu berusaha mengatur nafasnya dan menggumam pelan menjawab panggilan Baekhyun.

"A-aku mmm... Ah... Aku tidur duluan." Baekhyun berjalan menuju kamar tanpa basa-basi lagi dan memukul kepalanya sendiri setelah menutup pintu. Bagaimana bisa ia mengatakan hal tidak penting itu, pasti saat ini Hyein diam-diam sedang menertawakannya atau menganggapnya aneh.

"Aku ini kenapa?" gumamnya.

***

Hyein membaringkan tubuhnya di sebelah Baekhyun setelah memastikan pria itu sudah tidur, ia tidak nyaman dengan suasana canggung mereka sehingga memutuskan untuk menunggu lelaki itu tidur terlebih dahulu.

Matanya membelalak kaget ketika tubuhnya di tarik menghadap lelaki itu, bibirnya sempat bertabrakan dengan dada bidang Baekhyun yang memeluknya erat.

"B-baek." ucapnya terbata.

Baru saja Hyein akan mengangkat kepala untuk melihat wajah Baekhyun, lelaki itu dengan sigap menahan kepala Hyein di dadanya.

"Jangan melihatku." Hyein bergeming tidak menjawab, ia bingung dengan perlakuan Baekhyun. "Aku ingin berbicara tapi rasanya sangat canggung jika melihat wajahmu, jadi biarkan seperti ini." Hyein mengangguk lalu menunggu apa yang akan Baekhyun bicarakan.

"Terimakasih sudah merawatku, aku tidak tahu apa yang kau lalui tapi kurasa kau lebih kuat dariku karena aku rasa yang kau hadapi lebih berat dan kau mampu bertahan sampai sejauh ini. Harusnya aku tidak bersikap egois karena membuat orang di sekitarku mengalami masa sulit terlebih kau."

Baekhyun mengambil nafas panjang, "Aku bersyukur kau yang ada disini bersamaku, Hyein." tubuh Hyein terasa kaku, hatinya tak henti merasakan jutaan kupu-kupu di sana. Lelaki itu memang memiliki efek yang hebat untuk kelangsungan hidupnya.

Hyein merasakan jeri telunjuk dan ibu jari Baekhyun menganggat wajahnya, tatapan mereka beradu untuk beberapa detik sebelum Hyein memejamkan matanya merasakan bibir lembut Baekhyun di keningnya yang tidak tertutup poni.

Ini pertama kalinya Hyein merasakan perasaan ini lagi setelah bertahun-tahun, dan saat itu pula Hyein menyadari. Perasaannya pada Baekhyun tidak pernah berkurang sedikitpun.

***

Semuanya terasa baik-baik saja, Hyein bahkan menjadi lebih dekat dengan Baekhyun. Jika kalian berfikir hubungan seperti sepasang kekasih atau suami-istri pada umumnya itu sama sekali salah besar. Mereka lebih terlihat seperti teman dekat dengan canda-tawa dan pembicaraan tidak penting mengisi keseharian mereka.

Tidak ada pembicaraan yang mengarah pada kehidupan pribadi, keduanya masih menutup rapat diri masing-masing untuk itu.

Hyein tau Baekhyun masih menyandang status sebagai kekasih Shin Jinri dan itu bukan masalah besar bagi Hyein selama Baekhyun masih bersamanya.

Kebersamaan mereka tentu saja tidak selancar itu, tak jarang Hyein menerima tamparan yang meluncur mulus ke kedua pipinya karena menurut Jinri, Hyeinlah penyebab keretakan hubungannya dengan Baekhyun.

Hyein tidak terlalu ambil pusing, ia merasa tidak bersalah karena tidak ada yang salah dalam cinta bukan? Kadang Hyein membenci dirinya saat logika berkata ia salah telah muncul di tengah-tengah hubungan Baekhyun dengan Jinri.

Semua tampak abu-abu, di satu sisi ia menang karena menyandang status sebagai istri Baekhyun tapi di sisi lain ia adalah perusak karena Baekhyun dan Jinri sudah memiliki hubungan terlebih dahulu.

Hyein tahu ia egois karena tetap bertahan di samping Baekhyun di saat jelas-jelas ada satu nama yang sudah tertanam dalam hati lelaki itu. Ini bukan karena ia sedang hamil, tapi karena dirinya sendiri yang menginginkan Baekhyun dan Hyein menyadarinya. Sebegitu sulitkah untuk bersama Baekhyun?

Mungkin Baekhyun menganggap mereka adalah teman sekarang, tapi pikiran Hyein mengatakan tidak ada teman yang mencium temannya tidak ada teman yang tidur berpelukan, dan tidak ada teman yang menghamili temannya walaupun Baekhyun tidak tau.

Inilah yang menjadi salah satu dari sekian banyak alasan Hyein tidak berani mengungkapkan kehamilannya pada Baekhyun, pikiran bahwa bisa saja Baekhyun menolak keberadaan bayinya dan memintanya menggugurkan kandungannya kerap kali menghantui Hyein saat ia ingin mengatakan kejujurannya. Hyein terlalu pengecut.

Hari ini Jinri datang lagi dengan kilat emosi yang tergambar jelas di matanya saat memasuki apartemen tanpa permisi. Mungkin wanita ini sangat tahu jadwal Baekhyun dan Hyein yang membuatnya selalu datang di saat Hyein memang sendiri di apartemen mewah itu.

Hyein meringis merasakan rambutnya ditarik kuat, "Kau! Pasti kau yang membuat Baekhyun mengabaikanku!" pekiknya tepat di telinga Hyein membuat telinganya berdenging seketika.

"Aku tidak melakukan apapun, silakan tanya pada kekasihmu itu." jawabnya mencoba tetap tenang.

Jinri melepaskan rambut Hyein kasar, kepala Hyein berdenyut nyeri begitu pula perutnya. Ia merasa tertekan dan itu membuat bayinya ikut memberontak.

Plak!

Sekali lagi tamparan Jinri mendarat mulus di pipi Hyein meninggalkan jejak memerah di sana.

"Dasar jalang! Kau pikir aku tidak tau kau hamil!"

Mata Hyein membulat tak dapat menyembunyikan keterkejutannya lagi, tidak ada yang tahu tentang ini kecuali Sehun dan Seungho. Hyein percaya mereka tidak akan mengkhianatinya.

"Beraninya kau mengandung bayi itu! Kau sengaja mau merebut Baekhyun?! Iya?!" bentaknya.

Gelengan Hyein membuat Jinri semakin geram, ia tidak mau menerima alasan apapun dari wanita ini.

"Baekhyun tidak tau, jadi kumohon jangan lakukan apapun pada bayiku. Kau boleh menyiksaku, tapi tidak dengan dia." tidak lagi Jinri batinnya.

Jinri menyeringai jahat dan mulai mendekayi Hyein yang tengah menunduk, "Akan lebih adil jika aku menyakiti kalian berdua." ia mengangkat wajah Hyein kasar. "Kau mengacaukan hidupku!" Jinri mendorong kuat tubuh Hyein hingga terpental jauh dari tempat berdirinya.

Seketika perih menjalar tubuh Hyein terutama perutnya yang serasa diremas dan ditusuk ribuan pisau. Hyein memejamkan matanya menahan perih sembari memegangi perutnya, Hyein menangis menyadari bayinya dalam bahaya saat cairan merah kental keluar dari bagian bawahnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

BastardWhere stories live. Discover now