Part 7

5.6K 931 43
                                    

Hyein meringis merasakan kepalanya bak dihantam dengan keras, bayangkan saja jika kau hanya tidur paling lama 21 jam dalam seminggu. Oh... bahkan jika ada penghargaan untuk pura-pura baik-baik saja mungkin wanita itu akan mendapatkannya.

Wanita itu menarik rambutnya kuat berharap itu dapat mengurangi rasa sakitnya tanpa memikirkan bahwa mahkotanya bisa saja berguguran, yang ada dalam pikirannya hanya menghilangkan rasa sakit sebelum suami... ah Baekhyun pulang agar ia bisa bersikap seperti biasa.

Jika diingat baru 1 jam sejak Sehun datang memberinya kejutan ulang tahun dan ia masih bisa tersenyum bahkan tertawa bahagia tanpa rasa sakit yang mendera.

Bukankah ia hanya mencoba tidur setelah sahabatnya itu pulang? Mengapa untuk tidur ia harus tersiksa begini?

Pip...pip...pip...

Sayup terdengar dari pintu, itu pasti Baekhyun. Mau tidak mau Hyein merapikan rambutnya yang sedari tadi ditarik tanpa ampun dan mengambil nafas dalam.

Saatnya bermain peran batinnya.

Hyein berjalan keluar kamar menghampiri Baekhyun yang tengah duduk di sofa sembari melonggarkan dasinya. Ia duduk di sebelah lelaki itu tapi tetap memberi jarak.

"Kau sudah makan?" Pertanyaan klasik yang selalu diucapkan Hyein sekedar memenuhi tugasnya sebagai istri.

Baekhyun menegakkan tubuhnya yang terasa lelah luar biasa dan menatap Hyein lekat-lekat, "Hari ini kau ulang tahun?" Tanyanya balik mengabaikan pertanyaan Hyein sebelumnya.

Bagaimana dia bisa tau? Pikir Hyein, ia melirik sekilas meja bar di dapur, terdapat sebuah kue blackforest favoritnya yang sudah tidak utuh di beberapa bagian. Hyein lupa membereskannya.

"Tadi Sehun kesini memberi kejutan dan aku lupa membereskannya." menjelaskan tampa menjawab inti pertanyaan. Hyein juga tidak tau mengapa ia menjelaskannya pada Baekhyun, memangnya lelaki itu perduli?

Baekhyun memejamkan matanya sejenak, menghambuskan nafas panjang lalu kembali menyandarkan diri di sofa, terlihat jelas di mata Hyein bahwa lelaki itu sangat lelah sekarang.

"Kau mau apa?" Hyein mengernyit mendengar pertanyaan Baekhyun, dia tidak mengerti.

Seperti dapat membaca fikiran Hyein, Baekhyun mulai membuka suaranya lagi, "Aku akan memberikan apapun yang kau mau sebagai hadiah."

"Apapun?" Tanya Hyein yang dijawab anggukan yakin.

"Kalau begitu aku ingin kau tidak bekerja besok." Pinta Hyein, wanita itu merutuki dirinya yang meminta hal bodoh itu. Memangnya dia siapa meminta hal aneh seperti itu? Tapi kalimat itu meluncur bebas tanpa terkendali jadi dia bisa apa selain menunggu respon Baekhyun?

Baekhyun menautkan alisnya bingung, "Untuk?" Tanya lelaki itu singkat.

"Meminta hadiahku." Jelasnya, Baekhyun tampak menganggukkan kepalanya pelan lalu meraih ponsel di saku celananya mengetikkan nomor yang sudah dihapalnya di luar kepala.

Hyein tersenyum senang ketika Baekhyun dengan senang hati menghubungi sekretarinya meminta jadwalnya besok di atur ulang. Tunggu... kenapa ia harus senang? Ah... sudahlah sebaiknya Hyein mengabaikan pertanyaan bodoh dalam otaknya.

***

Baekhyun menatap tidak percaya pada wanita yang tengah memainkan air bercapur pasir dengan kakinya, wanita itu memang sulit ditebak bahkan Baekhyun yang mengaku sangat memahami keinginan wanita nyatanya sama saja.

Hembusan angin di bibir pantai membuat rambut wanita itu tersapu membuat semua pria normal akan berdecak kagum menatapnya.

"Cantik." Gumam Baekhyun.

Hyein berlari mendekati Baekhyun dan melepas baju atasannya menampakkan lekuk tubuhnya yang menggunakan bikini, Baekhyun melotot tidak percaya, apa wanita ini tidak sadar hampir semua pria menatapnya bahkan saat ia masih menggunakan pakaian tertutup, apalagi hanya dengan bikini?

"Hei! Pakai bajumu!" Teriak Baekhyun.

"Hm? Kenapa?" Hyein bingung.

Baekhyun mengusap wajahnya kasar, wanita ini polos atau memang tidak perduli dengan para lelaki yang sedari tadi menatapnya penuh minat?

"Para lelaki di sini menatapmu sedari tadi Hye, mereka berminat denganmu!" Ucapnya frustasi.

Di luar dugaan, Hyein mendekati Baekhyun lalu menarik lelaki itu agar ikut dengannya.

"Apa yang kau lakukan?" Baekhyun tidak mengerti.

"Kalau itu masalahnya, kau bisa ikut denganku. Tinggal tunjukkan kalau aku tidak sendiri, mereka pasti berhenti menatapku." Ujarnya santai, "Lagi pula aku membawamu kesini bukan untuk melamun."

Wanita itu menarik Baekhyun ke bibir pantai dan menyirami wajah lelaki itu. "Ya! itu mengenai mataku!" Hyein tertawa membuat Baekhyun tertegun beberapa saat, itu seperti Hyein yang dikenalnya 3 tahun lalu.

Hyein terdiam bingung dengan ekspresi Baekhyun yang sulit dibaca, detik berikutnya ia menyesali dirinya yang tidak kabur sedari tadi.

"Aku akan membalasmu Hyein!" Baekhyun mengejar Hyein yang sudah beberapa langkah di depannya, wanita itu mau tidak mau mengerahkan tenaganya sebelum Baekhyun melemparnya ke dalam air.

Mereka tertawa, mengabaikan semua yang pernah terjadi. Ini tidak salah, tidak sama sekali. Bukankah lebih baik mereka saling membahagiakan walau hanya sebentar, dibandingkan mereka yang selama ini seolah saling membenci ini lebih baik.

***

Semilir angin senja menyapa dua sejoli yang tengah duduk memandangi langit yang mulai gelap, ini pertama kalinya mereka benar-benar menikmati kebersamaan setelah bertahun-tahun.

"Jadi? Kau mau hadiah apa?" Baekhyun membuka suara.

Wanita itu tetap bergeming tidak menganggapi membuat Baekhyun menanyakannya sekali lagi, "Kau mau apa? Tas, jam tangan, perhiasan atau apa? Sebutkan saja pasti akan aku penuhi."

Hyein menggeleng pelan, "Sepertinya kita punya definisi berbeda dalam hal ini." Baekhyun menatap wanita di sampingnya itu bingung. "Aku sudah mendapatkan hadiahku, jadi terimakasih untuk hadiahnya." ucap Hyein sembari tersenyum pada Baekhyun.

"Aku... tidak mengerti apa maksudmu." Baekhyun menyuarakan kebingungannya membuat Hyein tertawa kecil.

"Kau tau? Kau baru saja memberiku hadiah yang sangat besar." Ucapnya pada Baekhyun yang juga tengah menatap laut, gumaman bingung lelaki itu memaksa Hyein menjelaskan lebih detail maksud ucapannya.

"Waktumu, kau baru saja memberiku waktumu dan itu adalah hadiah yang sangat besar." Jelasnya, "Menurutku waktu itu sangat mahal, kau tidak bisa membelinya bukan? Jika bisa semua orang pasti membeli waktu di masa lalu dan memperbaiki kesalahannya atau mungkin merubahnya." Sambung Hyein.

"Waktu itu sangat berharga, kau pasti pernah mendengar pepatah yang mengatakan, time is money arti sebenarnya bukannya kau dapat menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dengan waktu yang kau buang, tapi waktu yang kau habiskan sangat berharga." Hyein menutup matanya merasakan hembusan angin menerpa wajahnya.

"Terimakasih, untuk waktunya." Ucap Hyein tulus sembari tersenyum.

Baekhyun terpaku, Hyein sangat berbeda dengan semua wanita yang dikenalnya bahkan kekasihnya sendiri. Bukankah semua wanita menyukai hadiah mewah dan berkelas? Tapi wanita ini hanya meminta waktunya yang ia rasa bukan Hyein yang merasa senang melainkan dirinya.

Seulas senyun terukir di wajah Baekhyun, rasanya lega ialah yang memiliki Hyein sebagai istrinya. Bolehkah Baekhyun egois? ia ingin mengabaikan bahwa ia telah menorehkan luka teramat dalam di hati Hyein. Dia tidak ingin lelaki lain merasakan ketulusan wanita ini.

Baekhyun enggan berbagi.

BastardWhere stories live. Discover now